Fusobacterium
sp. Sebagai penghasil amonia
dalam bidang industri
Klasifikasi ilmiah
Domain : Bakteri
Filum : Fusobacteria
Order : Fusobacteriales
Keluarga : Fusobacteriaceae
Genus : Fusobacterium
Spesies :Fusobacterium sp.
A. Karakteristik bakteri Fusobacterium sp.
A. Karakteristik bakteri Fusobacterium sp.
Ø Fusobacterium adalah genus dari anaerob
Ø Bakteri Gram-negatif, mirip dengan
Bacteroides.
Ø Sel-sel
individual yang berbentuk batang dengan ujung runcing baccilli Strain
Ø Fusobacteria
memiliki lipopolisakarida kuat
Ø Fusobacterium adalah Gram-negatif
non-sporeforming bakteri yang dikenal luas dan dipelajari sebagai patogen
manusia dan hewan
B. Ciri-ciri
khusus:
Ciri khusus yang umum dalam kelompok bakteri ini adalah
kemampuannya menghasilkan energi dari oksidasi zat-zat kimia anorganik. Mereka
disebut kemolitotrofik . identofikasi
anggota dalam kelompok ini didasarkan pada macam senyawa yang dimanfaatkan
untuk memperoleh energi, misalnyaamonia atau nitrogen nitrit,belerang atau
senyawa-senyawa belerang, serta besi atau mangan.
Bakteri ini semuanya gram negatif,
tetapi morfologinya beragam. Bentuk sel berbagai spesies dapat seperti batang,
bola atau spiral. Beberapa motil dan yang lain nonmotil. Mereka terdapat dalam
tanah dan lingkungan akuatiksecara luas serta teramat penting karena melakukan
perubahan-perubahan biokimiawi dalam lingkungan-lingkungan tersebut. Mereka
tidak patogenik.
C. Ciri-ciri terpilih :
1.
Autotrofik (energi diperoleh dari oksidasi
senyawa-senyawa anorganik, misalnya amonia dan nitrit, belerang dan
senyawa-senyawa belerang tereduksi, atau besi dan mangan).
2.
Morfologi sel bulat, batang, spiral, membran berlapis
banyak pada beberapa spesies, bakteri pengoksidasi belerang dapat menyimpan
butir-butir belerang.
3.
Motil karena flagela atau nonmotil
4.
Termasuk bakteri gram negatif
5.
Habitat di tanah, limbah, lingkungan akuatik,
lingkungan-lingkungan alamiah yang banyak mengandung belerang, besi atau
mangan, misalnya air tambang asam dan sumber air panas belerang.
D. Mekanisme
dalam menghasilkan amonia:
1.
Bakteri melakukan difusi terhadap materi anorganik
yang berada disekitarnya
2.
Materi anorganik kemudian diserap oleh dinding sel dan
membran sel
3.
Setelah bahan senyawa anorganik sampi ke sitoplasma,
terjadi proses oksidasi senyawa-senyawa anorganik oleh bakteri. Hal ini
dilakukan karena bakteri memiliki kemampuan kemolitotrofik.
4.
Senyawa-senyawa anorganik tereduksi .
5.
Senyawa-senyawa yang tereduksi akan dirubah menjadi
energi oleh bakteri.
Streptococcus agalitica penyebab radang
payudara pada sapi
A.
Karakteristik Streptococcus agalitica
·
Streptococcus adalah
sel yang bulat atau sferis, tersusun berpasangan atau
dalam bentuk rantai Streptococcus adalah golongan
bakteri yang heterogen.
Semua spesiesnya merupakan bakteri non motil,
·
Termasuk bakteri non-sporing dan
menunjukkan hasil negative untuk tes katalase, dengan syarat nutrisi kompleks.
·
Semuanya anaerob fakultatif, kebanyakan
berkembang di udara tetapi beberapa membutuhkan CO2 untuk berkembang.
·
Semua spesies pada Streptococcus tidak
dapat mereduksi nitrat.
·
Streptococcus memfermentasi
glukosa dengan produk utama adalah asam laktat, tidak pernah berupa gas.
·
Banyak spesies merupakan anggota dari mikroflora
normal pada membran mukosa pada manusia ataupun hewan, dan beberapa bersifat
patogenik.
·
Streptococcus digolongkan
berdasarkan kombinasi sifatnya, antara lain sifatpertumbuhan koloni, pola
hemolisis pada agar darah ,hemolisis atau tanpa hemolisis), susunan antigen
pada zat dinding sel yang spesifik untuk golongan tertentu dan reaksi-reaksi
biokimia.
·
Streptococcus lebih ganas dari staphylococcus
·
Sebagian besar dari streptococcus hidupnya komensal.
·
Banyak diantaranya
yang menyebabkan infeksi-infeksi sekunder, misalnya pada penyakit diphtheriae.
·
Pada orang sehat
sering dijumpai streptococcus yang virulen, misalnya dalam kerongkongan,
sedangkan dia sendiri tidak sakit (carier).
·
Gram positif
coccus bentuk rantai, coccusnya bulat-oval (spheric). Besar coccus 0,7-1
mikron. Bentuk rantai ini lebih jelas dilihat dari perbenihan bouillon darah
(media) daripada dari bahan atau material.
·
Temperatur
optimum 37°C. Tumbuh pada media biasa, tetapi lebih baik pada media mengandung
darah (agar darah, bouillon darah) atau mengandung serum (Loffler).
· Dapat
meragikan beberapa jenis gula tanpa gas, seperti : glukosa, laktosa,
saccharosa, sedangkan manitol, raffinosa tidak diragikan. Demikian juga inulin
tidak dikentalkan.
Streptococcus agalitica
B. Klasifikasi Streptococcus
agalitica
Kingdom : Bacteria
Phylum :Firmicutes
Class :Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus Agalactiae
C. Mekanisme Streptococcus Agalactiae dalam
menyerang organ payudara sapi (mastitis)
Streptococcus
mengeluarkan exotoxin, yang dapat diasingkan dari perbenihan cair. Toxin-toxin
yang dikeluarkan, ialah : haemolysin, leucocidin, erythrogenic (scarlatical
toxin), fibrinolysin. Fibrinolysin ini dapat menghancurkan fibrin manusia in
vitro. Erythogenic toxin ini digunakan sebagai diagnosticum, apakah seseorang
sudah immun atau belum, terhadap penyakit scarlatina (scarlet fever). Percobaan
ini dikenal dengan “DICK TEST”.
Streptococcus
mengeluarkan exotoxin, yang dapat diasingkan dari perbenihan cair. Toxin-toxin
yang dikeluarkan, ialah : haemolysin, leucocidin, erythrogenic (scarlatical
toxin), fibrinolysin. Fibrinolysin ini dapat menghancurkan fibrin manusia in
vitro. Erythogenic toxin ini digunakan sebagai diagnosticum, apakah seseorang
sudah immun atau belum, terhadap penyakit scarlatina (scarlet fever). Percobaan
ini dikenal dengan “DICK TEST”.
Streptococcus agalitica merupakan golongan streptococcus yang beta dan gamma hemolytik. Beta hemolytik
megeluarkan S hemolysin, tetapi hemolysin yang dikeluarkannya kurang daripada
streptococcus gol. A. banyak terdapat pada susu lembu, yang menyebabkan
mastitis. Beberapa jenis terdapat pada vagina dan kerongkongan manusia dan
dapat menyebabkan infeksi puerperalis. Gol. B = Strep.agalactiae yang
menyebabkan mastitis pada lembu.
D. Dasar Patogenitas
Streptococcus
agalactiae mempunyai dasar-dasar patogenitas antara
lain :
-
Mempunyai simpai sebagai komponen virulensi utama
-
Antibodi antisimpai bersifat protektif jika dibantu oleh sel-sel fagosit yang kompeten
dan komplemen Streptococcus agalactiae mampu bertahan pada inang dalam
temperatur tinggi, tergantung dari kemampuannya untuk melawan fagositosis.
Isolat dari Streptococcus agalactiae memproduksi
kapsul polisakarida. Kapsul polisakarida tersebut tersusun atas galaktosa dan
glukosa, berkombinasi dengan 2-acetamido-2-deoxyglucose, N-acetylglucosamine
dan pada ujungnya terdapat asam sialik, yang memberikan muatan negatif. Kapsul
polisakarida tersebut merupakan faktor virulensi yang penting. Kapsul-kapsul
tersebut menghalangi fagositosis dan sebagai komplemen saat tidak
ada
antibodi. Hasil selanjutnya dihilangkan bersama dengan pengeluaran residu asam
sialik, dan kekurangan serum antibodi untuk melengkapi antigen tidaklah opsonik.
Meskipun infeksi/penyerangan bisa saja dihubungkan dengan semua serotype, namun
golongan dengan kapsul serotype III mendominasi isolat dari infeksi neonatal.
E.Penyakit
yang Ditimbulkan dan Gejalanya:
Streptococcus agalactiae merupakan
penyebab penting infeksi pascasalin dan infeksi neonatal. Kira-kira 5-30%.
Infeksi pascasalin yang disebabkan oleh bakteri ini adalah endometritis.
Sedangkan infeksi neonatal berupa pneumonia,
sepsis dan meningitis neonatal. Selain itu
bakteri Streptococcus agalactiae juga menyebabkan penyakit nosokomial dan mastitis
subklinis pada hewan ternak.
a.
Sepsis neonatus
Streptococcus
agalactiae menyebabkan sepsis neonatus dengan 2
perwujudan,
yaitu :
1.
Timbul segera (dari lahir sampai 2 hari)
- Bayi yang baru lahir
sudah mengandung kuman, tetapi hanya 1/100 di
antaranya yang menjadi
sakit
- Infeksi berkaitan
dengan komplikasi obsterik, kelahiran prematur atau
”respiratory distress”
- Angka kematian lebih
50%
2.
Timbul kemudian (7 hari sampai 4 bulan)
- Ditandai dengan
meningitis
- Sering berakibat
kerusakan saraf yang menetap
- Terutama disebabkan
oleh tipe III
- Angka kematian
15%–20%
F.
Mastitis Subklinis pada sapi perah
Mastitis adalah
penyakit radang ambing yang merupakan radang infeksi. Biasanya penyakit ini
berlangsung secara akut, sub akut maupun kronis. Mastitis ditandai dengan
peningkatan jumlah sel di dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air
susu dan disertai atau tanpa disertai perubahan patologis atau kelenjarnya
sendiri. Di Indonesia, kasus mastitis masih banyak terjadi, terutama pada peternakan
kecil yang kurang memperhatikan kondisi kandang maupun tingkat kebersihannya.