Laman

Jumat, 28 Maret 2014

Kecepatan Penggunaan Oksigen Dalam Respirasi Hewan



I.              Judul     : Respirasi Kecepatan Penggunaan Oksigen Dalam Respirasi Hewan
II.           Tujuan  :
1.      Membuktikan bahwa respirasi membutuhkan oksigen
2.      Menghitung kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi beberapa macam hewan.
III.   Dasar Teori
Respirasi pertukaran gas adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara sel-sel yang aktif dengan lingkungan luarnya atau antara cairan tubuh hewan dengan lingkungan tempat hidupnya. Definisi respirasi juga meliputi proses biokimia yang berlangsung di dalam sel berupa perombakan molekul-molekul makanan dan transfer
energi yang dihasilkan (respirasi seluler). Proses respirasi erat kaitannya dengan laju
metabolisme (metabolit rate) yang didefinisikan sebagai unit energi yang dilepaskan per unit waktu. Laju respirasi pada hewan tergantung pada aktivitas metabolisme total dari organisme tersebut. Fungsi utama respirasi adalah dalam rangka memproduksi energi melalui metabolisme aerobik dan hal tersebut terkait dengan konsumsi oksigen (Santoso, 2009).
Bernapas artinya melakukan proses pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen (O2) dan mengeluarkan Karbondioksisa (CO2). Oksigen merupakan zat yang sangat penting untuk setiap kehidupan. Berbagai makhluk hidup sangat memerlukan oksigen bagi kelangsungan hidupnya. Bahkan kepompong kupu-kupu yang tampak tidak bergerak juga memerlukan oksigen, sehingga apabila sekelilingnya dilapisi cat, kepompong akan mati. Pertukaran gas O2 dengan CO2 dapat berlangsung melalui proses difusi.
       Proses respirasi pada serangga, sama dengan pada organisme lain, merupakan proses pengambilan oksigen (O2), untuk diproses dalam mitokondria. Baik serangga terestrial maupun akuatik membutuhkan O2 dan membuang CO2, namun pada keduanya terdapat perbedaan jelas: di udara terdapat kurang lebih 20% oksigen, sedang di air 10%. Oleh karenanya kecepatan difusinya juga berbeda, di air 3x lebih kecil daripada kecepatan difusi O2 di udara (Sainssone, 2008).
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea, yang terbuat dari pipa yang becabang di seluruh tubuh, merupakan salah satu variasi dari permukaan respirasi internal yang melipat-lipat dan pipa yang terbesar itulah yang disebut trakea. Bagi seekor serangga kecil, proses difusi saja dapat membawa cukup O2 dari udara ke sistem trakea dan membuang cukup CO2 untuk mendukung sistem respirasi seluler. Serangga yang lebih besar dengan kebutuhan energi yang lebih tinggi memventilasi sistem trakeanya dengan pergerakan tubuh berirama (ritmik) yang memampatkan dan mengembungkan pipa udara seperti alat penghembus (Campbell, 2005:113).
Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh. Respirasi ekternal sama dengan bernafas, sedangkan respirasi internal seluler ialah proses penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan zat sisa metabolisme sel yang berupa CO2, penyelenggaraan respirasi harus didukung oleh alat pernafasan yang sesuai yaitu, alat yang dapat digunakan oleh hewan untuk melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya, alat yang dimaksud dapat berupa alat pernafasan khusus ataupun tidak (Isnaeni, 2006:78).
Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidungMetabolisme adalah keseluruhan proses-proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Proses metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, Karena seluruh proses metabolisme selalu menggunakan katalisator enzim. Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi dua, yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks, sementara katabolisme adalah reaksi pemecahan atau pembongkaran senyawa kimia kompleks yang mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung energi lebih rendah.
Pada hewan yang tingkat tropiknya lebih tinggi, memiliki peralatan khusus untuk menangkap O2 dan melepaskan CO2. Alat-alat ini dapat berupa insang atau paru-paru atau saluran udara (trakea) atau bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran O2  dengan CO2. (Goenarso, 2005:97).
a. Saluran pernapasan melalui permukaan tubuh dimana pertukaran gas terjadi misal pada protozoa hingga cacing tanah. 
b.    Pertukaran gas terjadi melalui pertukaran tubuh yang pipih, bentuk tubuh yang pipih meningkatkan rasio terhadap permukaan terhadap volume tubuh dan menurunkan jarak difusi keseluruh bagian tubuh, terdapat pada cacing pipih.
c.  Insang dalam yang dilengkapi dengan kapiler jaringan, terdapat sistem penyaluran air melalui permukaan insang; digunakan pada ikan.
d.   Insang luar, alat ini meningkatkan luas permukaan  dan alat ini tidak terlindungi sehingga mudah terluka, pertukaran ini dapat terjadi pada insang luar maupun bagian tubuh yang lain; misal dijumpai pada kecebong.
e.   Paru-paru yang dilengkapi dengan jaringan pembuluh darah, paru-paru merupakan  kantung yang berhubungan dengan faring, udara dihisap sehingga udara masuk dengan mekanisme ventilasi udara dijumpai pada vertebrata yang bernafas diudara.
f.   Pertukaran gas pada ujung-ujung yang lembut melalui trakea, cabng-cabang saluran ini menuju  ke berbagai bagian tubuh dan menembus ke berbagai jaringan, ditentukan pada serangga dan arthopoda (Ridwan, 2010).
Pusat kontrol pernafasan (breathing control center) manusia berlokasi di dua daerah di otak, yaitu media oblongata dan pons. Dibantu oleh pusat kontrol di pons, pusat medula menurunkan irama dasar pernafasan, ketika kita bernafas dalam-dalam, mekanisme umpan balik negatif mencegah paru-paru kita supaya tidak membesar secara berlebihan, sensor peregangan dalam jaringan paru-paru mengirimkan influs saraf kembali ke medula yang akan menghambat pusat kontrol pernafasan (Santoso, 2009).
Serangga merupakan hewan terestial yang tidak memiliki paru-paru tetapi menggunakan system trakea untuk pertukaran gas. Kulit pada serangga terletak dikedua sisi bagian toraks dan abdomen, memiliki sederatan paru-paru atau disebut juga spirakel, yang tersusun pada setiap segmen dan behubungan dengan system saluran trakea spirakel dilindungi katub atau rambut-rambut untuk mencegah evaporasi yang berlebihan lewat pori-pori ini. Trakea tersusun dengan teratur, sebagian berjalan longitudinal dan sebagian lagi tranpersal. Diameter trakea yang besar berkisar sekitar 1mm dan selalu terbuka dengan penebalan berbentuk spiral dan melingkar, terbentuk dari khitin yang keras, merupakan suatu bahan yang juga terdapat pada kutikula (Goenarso,2005:114)
 Trakea merupakan invaginasi (lekukan kedalam)dari ectoderm dan umumnya mempunyai lubang keluar yang disebut spirakel. Bentuknya berupa pembuluh yang silindris yang mempunyai lapisan kitin (chitin). Lapisan kitin ini mempunyai penebalan seperti spiral. Spirakel terdapat sepasang tiap ruas tubuh yang kadang-kadang mempunyai katup untuk menjaga penguapan air. Trakea mempunyai cabang-cabang dan cabang yang terkecil yang menembus jaringan disebut trakeolus dengan diameter 1-24. Trakeolus tidak mempunyai lapisan kitin dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas, trakeolus pada serangga ujungnya buntu dan berisi udara atau kadang-kadang berisi cairan .
Alat pernapasan pada serangga berupa trakea, udar masuk dan keluar melalui lubang kerut yang disebut spirakel atau stigma yang terletak di kanan kiri tubuhnya. Dari stigma udara terus masuk ke pembuluh trakea memanjang dan sebagian ke kantung hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh. Pada system trakea ini pengangkutan oksigen dan karbon dioksida tidak memerlukan bantuan system transportasi khususnya darah. (Cartono,2005:86)
Fungsi spirakel dan trakea untuk memungkinkan lewatnya udara kepercabangan saluran yang disebut trakeol, yang merupakan saluran lembut intraseluler dengan diameter sekitar 1μm. Jumlahnya sangat banyak dan berada diberbagai jaringan, terutama otot. Berbeda dengan trakease, saluran-saluran lembut ini tidak dilapisi dengan kutikula, pertukaran gas terjadi dengan mudah melewati dinding saluran ini. System pernapasan pada serangga melalui sejumlah percabangan saluran udara pada system trakea. Oksigen langsung dibawa ke jaringan, jadi tidak dilaksanakan melewati aliran darah. Distribusi oksigen dan pengeluaran karbondioksida tidak dilakukan lewat system peredaran. Pada kebanyakan serangga dengan difusi saja sudah tercukupi oleh karena itu tubuh serangga pada umumnya berukurab kecil. Pada beberapa spesies difusi ini dibantu dengan gerakan ritmiks toraks atauabdomen. Cara mengalirkan udara (ventilsi) seperti itu, pada belalang spirakel dibuka dan ditutup bergantian, sehingga udara dapat masuk ke tubuh lewat spirakel toraks dan keluar tubuh lewat spirakel abdomen. Selain itu serangga dapat mengendalikan laju masuknya oksigen ke jaringan. Bila terjadi peningkatan otot (saat terbang ) akan terjadi penumpukan asam laktat di jaringan. Akibatnya tekanan osmosis cairan jaringan meningkat sehingga cairan di trakeol terserap masuk, sehingga jalan udara lebih leluasa mencapai jaringan dan difusi oksigen ke jaringan lebih cepat (Goenarso, 2005:117).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu (Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O +ATP  (Tobin, 2005:69).
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hwan, ukuran badan dan aktivitas (Tobin, 2005:70).
1V.  Metodologi Penelitian
3.1  Alat dan Bahan
-Alat:   1. Respirometer
            2. Beker glass
            3. Pipet
            4. Pencatat waktu
            5. Timbangan analitik
-Bahan:            1. Belalang
                        2. Cacing Tanah
                        3.  Cicak
                        4. KOH
                        5. Vaselin atau malan
                        6. Kapasa
                        7. Eusin
4. 2 Cara Kerja
Menyeimbangkan respirometer unit
Menimbang hewan percobaan
Memasukkan hewan percobaan kedalam respirometer dan memasukkan pula KOH yang telah dibungkus dengan kapas
Menutup tabung dengan pipa kapiler yang terdapat pada respirometer, pada posisi horizontal
 














Meletakkan respirometer pada posisi horizontal
Menghitung kecepatan penggunaan oksigen tiap menit sebanyak sepuluh kali
Mengulangi kegiatan diatas untuk percobaan hewan lainnya
Mengamati dan mengukur gerakan eusin tiap satu menit sampai sepuluh kali
Memasukkan eusin ke dalam ujung pipa kapiler dengan menggunakan pipet sebanyak satu tetes
 

























IV.         Pembahasan

Pada praktikum kali ini yang berjudul respirasi tentang kecepatan penggunaan oksigen dalam respirasi hewan dilakukan dengan tujuan yaitu untuk membuktikan bahwa respirasi membutuhkan oksigen serta untuk menghitung kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi beberapa macam hewan. Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan tiga macam hewan yaitu belalang, cacing dan cicak.
Praktikum kali ini dilakukan dengan cara memasukkan hewan percobaan kedalam respirometer. Akan tetapi, sebelum dimasukkan kedalam respirometer, hewan percobaan ditimbang dahulu dengan menggunakan timbangan analitik. Hal ini dilakkukan untuk mengetahui pengaruh berat badan atau massa tubuh tehadap kecepatan penggunaan oksigen. Setelah ditimbang hewan dimasukkan kedalam respirometer. Respirometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan beberapa hewan yang memiliki ukuran relatif kecil. Prinsip kerja respirometer adalah alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernafasan ada oksigen yang digunakan oleh organisme serta ada karbondioksida yang dikeluarkan. Jika organiseme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat di amati pada pipa kapiler berskala.
Saat hewan percobaan baik belalang, cacing serta cicak dimasukkan kedalam respirometer, praktikan juga menambhakan KOH yang yang dibungkus dengan kapas. Dalam percobaan ini KOH berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme  cacing, belalang maupun cicak tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah bernapas dan pergerakan larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. KOH dapat mengikat CO2 karena memiliki rumus reaksi:
KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
Selain itu pada praktikum kali ini juga menggunakan larutan eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme pada repirometer sederhana. Larutan eosin selama percobaan selalu bergerak mendekati botol respirometer sederhana karena organisme dalam percobaan dalam respirometer dapat menghirup udara O2 melalui pipa sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna dapat bergerak yang menandakan kadar oksigen dalam pipa kapiler menyusut akibat digunakan untuk proses respirasi. Melalui respirometer ini dapat dibuktikan bahwa dalam proses respirasi membutuhkan oksigen.
Dengan respirometer laju konsumsi Oksigen bisa diketahui lewat cairan eosin yang dimasukkan ke dalam pipa respirometer. Karena hewan yang ada dalam tabung atau botol respirometer hanya mengkonsumsi Oksigen yang ada dalam pipa, cairan eosin perlahan-lahan akan maju sesuai dengan pengambilan oksigen yang dilakukan hewan tersebut sehingga menunjukkan skalanya. Sedangkan hasil respirasi (CO2) yang dikeluarkan oleh hewan, diikat oleh KOH yang disimpan ditempat yang sama dengan hewan yang diuji, sehingga dalam botol maupun dalam pipa respirometer hanya ada oksigen saja. Dan untuk menghindari kebocoran, praktikan mengolesi dengan malan pada sambungan sambungan antara botol dengan pipa respirometer, karena apabila bocor akan sangat berpengaruh kepada laju konsumsi oksigen dan menyebabkan laju konsumsi yang dihitung itu tidak murni hasil respirasi hewan yang sedang diuji.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pada kelompok 1 dan 2 yang menggunakan hewan percobaan belalang, pada belalang yang pertama yang memiliki berat 0,8 gr memiliki rata-rata penggunaan oksigen sebesar 0,16 sedangkan pada belalang yang diamati oleh kelompok 2 memiliki berat badan sebesar 1,2 gr serta  rata-rata kecepatan penggunaan oksigen sebesar 0,17. Dari hasil pengamatan ini dapat dilihat adanya perbedaana kecepatan penggunaan oksigen antara kedua belalang tersebut. Belalang yang diamati oleh kelompk 2 memiliki kecepatan penggunaan oksigen lebih cepat dari pada belalang yang diamati oleh kelompok 1. Hal in dapat terjadi dikarenakan, hewan yang memiki massa tubuh yang relatif besar, maka energi yang dibutuhkan juga relarif besar. Hal ini dikarenakan hewan yang memiliki maasa yang relatif besar maka lebih banayak sel yang membutuhkan oksigen dari pada hewan yang memiliki massa relatif kecil. Sehingga untuk mengimbangi energi yang besar tersebut. Maka hewan yang memiliki berat atau masaa yang besar  maka hewan tersebut mempecrcepat proses pengambilan oksigennya, sehinga energi yang diproses juga akan semkin cepat.
Pada kelompok 3 dan 4 yang sama-sama menggunakan hewan percobaan cacing didapatkan hasil yaitu pada cacing yang diamati oleh kelompok 3 memiliki berat 2,9 gr dengan kecepatan rata-rata penggunaan oksigennya 0,06 sedangkan pada kelompk 4 cacing yang diamati memilik berat sebasar 3, 9 dengan dengan kecepatan penggunaan oksigen senilai 0,09. Dari hasil pengamatn tesrsebut dapat dimpulkan bahwa hewan yang memiliki massa yang lebih besar maka kecepatan penggunaan oksigennya juga semakin cepat. Hal ini dikarenkan semakin besar hewan maka semakin banyak sel yang membutuhkan energi serta semakin luas penanmpang sel yang melakukan difusi oksigen, sehingaa semakin cepat serta semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan agar energi yang dibutuhkan dapat terpenuhi.
 Pada kelompok 5 dan 6 yang menggunakan hewan percobaan cicak didapatkan hasil yaitu pada cicak yang diamati oleh kelompok 5 memiliki berat sebesar 5 gr serta memiliki kecepatan rata-rata penggunaan oksigen sebesar 0,2 sedangkan pad acicak yang diamati oleh kelompk 6 memiliki berat sebesar 2,1 gr dengan kecepatan rata-rata penggunaan oksigen sebesar 0,13. Dari hasil pengamatan ini didapatkan hasil yang sesuai dengan dasar teori yaitu semakin besar massa tubuh organisme maka semakin cepat proses respirasinya. Hal ini dikarenakan organisme yang memiliki ukuran serta berat lebih besar, metabolisme yang dilakukan juga relatif besar sehingga oksigen yang dibutuhkan juag relatif besar.
Dari hasil praktikum kelompok 1 dan kelompok 4 serta  pada kelompok 2 dan 3, berat tubuh bukan merupakan salah satu faktor yang mutlak yang menentukan kecepatan respirasi. Akan tetapi kecepatan respirasi juga sangat dipengaruhi oleh laju metabolisme tubuh hewan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada hewan percobaan kelompok 1 yang memiliki berat tubuh 0,8 gr dengan kecepatan rata-rata penggunaan oksigen sebesar 0,16 dengan hewan percobaan pada kelompok 3 yang memiliki berat sebesar 2,9 gr dengan kecepatan rata-rata penggunaan oksigen sebesar 0,06. Jika dilihat pada kedua kelompok tersebut hewan percobaan kelompok 1 yang memiliki berat tubuh yang relatif kecil memiliki kecepatan penggunaan lebih besar dari pada kelompok 3. Hal ini dapat terjadi dikarenakan hewan pada percobaan kelompok 1 memiliki laju metabolisme yang relatif lebih cepat dari pada hewan percobaan pada kelompok 3. Belalang relatif lebih aktif dari pada cacing. Hal ini dikarenakan belalang hampir setiap saat mengepakkan sayapnya untuk terbang serta bertahan dari segala macam predator, sehingga energi yang dibutuhkan juga relatif besar dibanding cacing yang hanya berada dalam tanah untuk menguraikan zat-zat ornganik. Sehingga dalam hal ini laju metabolisme menjadi faktor utama penentu kecepatan penggunan oksigen oleh suatu organisme. Semakin cepat laju metabolisme suatu hewan maka semakin cepat penggunaan oksigen oleh suatu hewan tersebut. Jadi setiap spesies hewan mempunyai laju metabolisme yang berbeda-beda tergantung aktivitas tubuh hewan tersebut.
Selain faktor berat badan serta laju metabolisme kecepatan penggunaan oksigen juga dipengaruhi oleh kelarutan oksigen dalam suatu lingkungan, semakin tinggi kelarutan oksigen maka semakin lambat respirasi terjadi. Sedangkan semakin rendah kelarutan oksigen dalam suatu lingkungan maka rspirasi akan semakin cepat. Luas penampng atau permukaan tubuh untuk difusi juga mempengaruhi kecepata penggunaan oksigen, luas penampang ini berhubungan dengan berat badan. semakin luas penampang tubuh untuk difusi maka respirasi semakin cepat dan begitu juga sebaliknya, semakin sempit luas penampang maka respirasi semakin lambat. Selain yang dijelaskan diaatas frekuensi resprasi juga dipengaruhi umur, jenis kelamin serta posisi tubuh, akan tetapi pada parktikum kali ini faktor-faktor tersebut tidak di praktikumkan.
Aktivitas tubuh hewan berhubungan dengan laju metabolisme hewan tersebut. Semakin tinggi aktivitas hewan, maka laju metabolismenya juga akan semakin cepat yang menyebabkan kecepatan penggunaan oksigen juga semakin cepat Begitu juga sebaliknya, semakin rendah aktivitas hewan maka laju metabolismenya juga akan semakin lambat yang menyebabkan kecepatan penggunaan oksigen juga semakin lambat. laju metabolisme merupakan faktor utama penentu kecepatan penggunaan oksigen oelh suatu hewan.















KESIMPULAN
-          Respirasi membutuhkan oksigen hal ini dapat dibuktikan dari hasil praktikum yaitu larutan eosin yang berwarna dapat bergerak yang menandakan kadar oksigen dalam pipa kapiler menyusut akibat digunakan untuk proses respirasi
-          Semakin besar massa tubuh organisme maka semakin cepat proses respirasinya. Hal ini dikarenakan organisme yang memiliki ukuran serta berat lebih besar, metabolisme yang dilakukan juga relatif besar sehingga oksigen yang dibutuhkan juag relatif besar.
-          Berat tubuh bukan merupakan salah satu faktor yang mutlak yang menentukan kecepatan respirasi. Akan tetapi kecepatan respirasi juga sangat dipengaruhi oleh laju metabolisme tubuh hewan tersebut, semakin cepat laju metabolisme suatu hewan maka semakin cepat penggunaan oksigen oleh suatu hewan tersebut. Semakin lambat laju metabolisme maka semakin lambat pula penggunaan oksigen.
-          Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan respirasi antara kelarutan oksigen dalam lingkungan, berat organisme, laju metabolime, luas penampang untuk difusi oksigen, serta afinitas oksigen.


















Daftar Pustaka
Campbell, jwrence G. Mitchell Neil A.2004. Biologi.edisi 5 jilid 3. Jakarta, Erlangga
Campbell,dkk. 2005. Biologi Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Cartono, 2005. Biologi Umum Untuk Perguruan Tinggi LPTK, Bandung, Prime press.
Darmadi Goenarso, 2005. Fisiologi Hewan.UT.

Isnaeni, Wiwi. 2006. FisiologiHewan. Yogyakarta: Kanisius.

Diakses 30 Oktober 2013

Sainsone. 2008. Sistem Respirasi Pada Hewan.( http://sainsone.files.com/2008/06 /sistem -respirasi-pada-hewan.pdf)
Diakses 30 Oktober 2013

Santoso, 2009. Bahan Ajar Fisiologi Hewan. Padang: Universtas Andalas.
Tobin, A.J. 2005. Asking About Life. Thomson Brooks/Cole, Canada.
Wiwi . Isnaeni.  2006. Fisiologi Hewan.  Yogyakarta : Kanisius.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar