Sistem Kontrol
Homeostatik Umpan Balik (Feedback)
Mungkin sistem kontrol
homeostatik yang paling utama adalah berdasarkan prinsip umpan balik
(feedback). Umpan balik terbagi atas dua yaitu negatif dan positif. Umpan balik
negatif dapat didefinisikan sebagai suatu prubahan sebuah variabel yang
dilawan oleh suatu respon yang cenderung berkebalikan dengan perubahan
tersebut. Sebagai contoh, pada burung dan mamalia yang harus menjaga suhu
tubuhnya, peningkatan suhu tubuh akan menghasilkan respon-respon spesifik yang
akan mengembalikan suhu tubuh ke keadaan normal. Jadi, umpan balik negatif
berperan dalam menjaga stabilitas fisiologis tubuh.
Hal ini kontras dengan sistem umpan
balik positif dimana perubahan awal pada suatu variabel akan menghasilkan
perubahan yang lebih lanjut pada arah yang sama. Secara garis besar, sistem
umpan balik positif hanya memiliki peran sangat kecil dalam menjaga
homeostasis. Salah satu contohnya adalah koagulasi atau pembekuan darah. Proses
koagulasi bekerja berdasarkan mekanisme umpan balik positif dan dapat dianggap
sebagai suatu proses yang terlibat dalam menjaga volume sirkulasi darah agar tetap
konstan. Dalam banyak hal, keterlibatan mekanisme umpan balik positif dalam mengontrol
atau usaha untuk mengontrol fungsi-fungsi fisiologis normal hewan mungkin dapat
berubah menjadi suatu bencana (kerusakan). Misalnya jika dalam proses termoregulasi
pada burung dan mamalia, jika sistem tersebut bekerja berdasarkan mekanisme
umpan balik positif maka suhu tubuh yang tinggi akan semakin tinggi sehingga
pada akhirnya akan menimbulkan resiko yang fatal. Contoh lain dari sistem umpan
balik positif adalah dalam fungsi sel-sel saraf. Dalam hal ini, influks awal
dari ion Na+ selama tahap awal potensi aksi akan menghasilkan depolarisasi yang
selanjutnya akan meningkatkan influks Na+. Proses ini akan diikuti oleh
depolarisasi yang semakin meningkat dan influks Na+ juga kian aktif. Secara
umum, contoh-contoh proses biologi yang memperlihatkan sistem umpan balik
positif sangat sedikit (Santoso, 2009: 9)
Komponen-komponen sistem umpan balik terdiri
atas stimulus, reseptor, pusat integrasi, efektor dan respon. Akan tetapi
terdapat 3 komponen prinsip yaitu sebuah reseptor, pusat integrasi dan
efektor. Efektor bertanggung jawab dalam mendeteksi perubahan di lingkungan
hewan, baik lingkungan internal maupun eksternal dimana hewan tersebut berada.
Pada hewan, terdapat banyak sekali reseptor yang masingmasingnya akan memonitor
bagian spesifik dari lingkungan. Fungsi reseptor adalah mengkonversi perubahan
yang terdeteksi di lingkungan menjadi suatu potensial aksi yang dikirimkan
melalui bagian aferen sistem saraf menuju ke pusat integrasi. Pusat integrasi
tersebut biasanya berupa otak atau korda spinalis yang dimiliki oleh hewan. Peranan
pusat integrasi adalah untuk mempertimbangkan informasi yang diterimanya sehubungan
dengan variabel spesifik dan bagaimana variabel tersebut seharusnya. Contohnya,
daerah hipotalamus di otak adalah pusat integrasi untuk mengontrol suhu tubuh
pada mamalia. Berdasarkan informasi yang diterimanya dari termoreseptor, hipotalamus
akan memutuskan respon apa yang harus dimulai untuk mengembalikan suhu tubuh ke
kondisi normal. Respon tersebut kemudian dibawah melalui aksi efektor yang
distimulasi melalui jalur neuron eferen (neuron motorik). Efektor adalah
istilah umum untuk struktur yang membawa respon biologis. Respon-respon
tersebut dapat berupa aktivasi muskular, neural atau endokrin.
Berdasarkan uraian sebelumnya,
pusat integrasi yang dapat berupa jaringan atau organ, haru memiliki suatu
nilai awal dari suatu variabel yang dikontrolnya. Nilai tersebut dikenal dengan
titik setiing (set point) dan merupakan nilai yang harus dijaga oleh sistem
tubuh hewan agar tetap konstan. Dalam hal temperatur tubuh, bagi mamalia set
point nya adalah 37oC. Namun, suhu tubuh sebenarnya dapat mengalami perubahan dalam
batas toleransi + 1oC. Untuk hewan lainnya, nilai tersebut akan bervariasi, beberapa
spesies burung akan menjaga suhu tubuhnya sekitar 42oC, sementara mamalia lainnya
tidak dapat menjaga temperatur tubuh secara konstan.
Setiap variabel fisiologis akan
memiliki kisaran tersendiri dan sangat bervariasi. Sebagai contoh, plasma darah
memiliki pH antara 7.35 – 7.45 dan konsentrasi ion K+ antara 3-5.5 mmol/l.
Kisaran sebenarnya yang masih dapat ditolerir oleh sistem fisiologis sangat
bervariasi antar variabel yang berbeda. Hal tersebut mencerminkan adanya hirarki
naturalis dari homeostasis yang mana bebeapa variabel cenderung lebih dikontrol
daripada variabel lainnya. Variabel-variabel yang dikontrol tersebut memiliki fungsi
sangat penting dibandingkan dengan variabel lainnya. pH darah dan cairan tubuh lainnya
adalah salah satu variabel yang dikontrol sangat ketat. Hal ini terkait dengan peranan
pH dalam mempengaruhi keberlangsungan sistem terutama kerja enzim (berkenaan
dengan struktur dan fungsnya). Perubahan pada pH akan menyebabkan perubahan
sangat signifikan dari status ionisasi ikatan pada enzim yang terlibat dalam interaksi
ion yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan pada struktur enzim. Jika hal
tersebut terjadi, maka akan menjadi sangat destruktif bagi hewan.
Hal sebaliknya justru terjadi
pada level oksigen yang kurang dikontrol secara ketat dalam darah mamalia
dimana level oksigen dapat turun 30-40% sebelum efek-efeknya terhadap
pernafasan terlihat nyata. Fakta berkenaan dengan adanya hirarki naturalis dari
homeostasis antar variabel juga menyiratkan bahwa sistem kontrol homeostasis
yang beragam akan bekerja sama secara kooperatif. Sebagai contoh, pada hewan
yang hidup di gurun, pada siang hari terdapat stres suhu yang sangat ekstrim
yang akan berakibat terjadinya peningkatan suhu tubuh secara drastis.
Satu-satunya jalan untuk melawan perubahan tersebut adalah dengan meningkatkan
evaporasi sehingga akan menurunkan suhu tubuh. Akan tetapi hal tersebut akan
menimbulkan masalah baru karena akan terjadi kehilangan air secara
berlebihan.Gambar:
Sistem Kontrol Homeostasis Umpan Kedepan (feedforward)
Kendati sistem umpan balik
negatif sangat penting bagi penjaga homeostasis tubuh, ada metode fisiologis
lainnya dimana kontrol lingkungan internal juga dilakukan sedemikian rupa. Mekanisme
tersebut adalah umpan kedepan (feedforward). Mekanisme ini adalah akivitas
antisipasi, suatu perilaku yang bekerja untuk meminimalisir kerusakan sebelum
kerusakan itu sendiri terjadi. Contoh yang ideal dari mekanisme ini adalah
proses makan dan minum yang berlangsung sekaligus. Aktivitas memakan memiliki
potensi penyebab terjadinya dehidrasi karena peningkatan konsentrasi
osmolaritas di dalam saluran pencernaan akan menyebabkan kehilangan air dari
cairan tubuh untuk menjaga stabilitas osmolaritas tersebut hingga tetap
isotonik. Untuk meminimalisir adanya gangguan pada osmolaritas cairan tubuh,
kebanyakan hewan minum air pada waktu yang bersamaan dengan makan. Ada juga
prilaku lainnya yang berkontribusi terhadap homeostasis pada hewan, misalnya
hewan dapat belajar untuk menghindari bahan makanan muntah yang mengganggu
homeostasis jika terjadi.
F. Mekanisme Homeostasis Nonfisiologis: Homeostasis
Ekuilibrium
Mekanisme-mekanisme homeostasis
yang telah uraikan sebelumnya adalah bagian dariaspek fisiologis hewan yang
membutuhkan beberapa mekanisme regulasi spesifik(misalnya termoregulasi,
regulasi pH). Akan tetapi, juga mungkin untuk menjalankan suatu sistem kontrol
tanpa melibatkan mekanisme fisiologis. Hal ini dapat dilihat pada hewan-hewan
akuatis baik vertebrata maupun invertebrata yang hidup di dalam badan air yang
sangat luas sehingga perubahan temperatur lingkungan menjadi sangat kecil. Temperatur
tubuh hewan-hewan tersebut akan selaras dengan temperatur lingkungannya sehingga
jika perubahan temperatur air sangat kecil, maka kemungkinan besar temperatur
tubuh hewan tidak akan berubah (konstan). Sehingga hewan tidak perlu melibatkan
mekanisme kontrol fisiologis tubuhnya untuk mengatur suhu tubuh agar tetap
konstan tetapi cukup dengan hanya tinggal di badan perairan yang suhunya
relatif stabil. Mekanisme homeostasis ini disebut homeostasis ekuilibrium.
Secara esensinya, hewan akan berkonformasi dengan suhu lingkungan eksternal.
Akan tetapi apakah homeostasis ini adalah homeostasis sebenarnya atau bukan
masih menjadi masalah yang kontroversial.
G. Mekanisme Aklimatisasi
Dengan merangkum dari semua
uraian sebelumnya, terlihat bahwa homeostasis merupakan upaya integratif dari
hewan dalam mempertahankan kondisi fisiologisnya agar tetap konstan atau berada
dalam level perubahan yang masih dapat ditoleransi. Cakupan dari semuanya itu
adalah kemampuan hewan untuk merubah kisaran dari perubahan-perubahan variabel
fisiologis yang terus dipertahankan tersebut. Kemampuan untuk merubah kisaran
inilah disebut dengan aklimatisasi. Mekanisme ini berlangsung sebagai
efek kumulatif dari perubahan lingkungan eksternal dan kemampuan sistem tubuh
untuk meregulasi kondisi internalnya dengan berbagai mekanisme homeostasis. Jadi,
regulasi tersebut adalah produk dari sistem kontrol dasar hewan yang bekerja
sama dengan efek-efek lingkungan terhadap variabel tertentu. Contohnya,
fisiologi hewan yang hidup di dataran rendah atau sekitar pantai berbeda dengan
hewan yang sama spesiesnya tetapi tinggal di tempat yang lebih tinggi seperti
di pegunungan karena kadar oksigen akan berbeda pada ketinggian tempat yang
berbeda. Ketersediaan oksigen akan menurun dengan bertambahnya ketinggian
tempat. Jadi, orang yang tinggal di tempat yang tinggi akan memperlihatkan
beragam adaptasi fisiologis dan anatomis dibandingkan dengan orang yang tinggal
di dataran rendah dan daerah pantai. Perbedaan tersebut misalnya dari aspek
sensitifitas reseptor tubuh dalam mendeteksi level oksigen dalam darah,
perbedaan struktur pembuluh darah yang membawa darah miskin oksigen kembali ke
pulmo, dan perbedaan dari aspek jumlah dan fungsi eritrositnya.
H. Perubahan-Perubahan Fisiologis
Secara garis besar, perubahan
fisiologis yang terjadi pada hewan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu (a)
perubahan yang disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan eksternal dan (b)
perubahan internal yang diprogram sedemikian rupa dengan atau tanpaperubahan
lingkungan eksternal. Perubahan kategori pertama terdiri atas perubahan akut,
perubahan kronis (aklimatisasi dan aklimasi), dan perubahan evolusioner. Sedangkan
perubahan kategori kedua meliputi perubahan perkembangan (development change),
dan perubahan yang dikontrol oleh jam biolohis periodik. Perubahan akut adalah
perubahan kondisi fisiologis hewan pada waktu yang singkat (short-term),
perubahan yang segera akan muncul setelah lingkungan berubah. Perubahan ini
bersifa reversibel. Perubahan akan kembali ke keadaan normal jika kondisi
lingkungan eksternal kembali ke keadaan semula. Sedangkan perubahan kronis adalah
perubahan fisiologis pada periode yang panjang (long-term) dimana perubahan pada
hewan baru akan muncul setelah berada pada kondisi lingkungan yang baru selamau
beberapa waktu (hari, minggu, bulan). Perubahan ini juga bersifat reversibel.
Adapun perubana evolusioner
adalah perubahan yang muncul karena adanya perubahan frekuensi gen-gen selama
beberapa generasi dalam suatu populasi yang berada pada lingkungan baru.
Perubahan perkembangan adalah perubahan secara fisiologis yangmuncul dalam
suatu jalur spesifik yang telah terprogram sedemikian rupa sejak daritahap
perkembangan embrio hingga dewasa dan menjadi tua. Sedangkan perubahan yang
dikontrol oleh jam biologi periodik adalah perubahan fisiologi hewan yang berlangsung
dengan pola berulang (misalnya setiap hari) dbawah kendali jam biologis(Santoso,
2009:8-14)
DAFTAR PUSTAKA
Bima,
2006. Pengaturan Suhu Tubuh. http://bima.ipb .ac.id/~tpb/ materi/bio100/ Materi/ suhu_ tubuh .html.
Diakses tanggal 16 sep
2013
Isnaini,
Wiwi. 2006. Fisiologi
Hewan.
Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Santoso,
Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan.
Padang. Universitas Andalas
Soewolo, 2000. Pengantar
Fisiologi Hewan. Jakarta : Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah IRBD
Loan No. 3979. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
Kukus,Yondry,
Wenny Supit dan Fransiska Lintong. 2009. Suhu
tubuh:Homeostasi dan efek kinerja padatubuh manusia. (online: ejournal. unsrat.ac .id/index .php/biomedik/ article/view/ 824.
Diakses tanggal 16 sep
2013
bagus ,makasih infonya .saifmath.blogspot.co.id
BalasHapusbagus ,makasih infonya .saifmath.blogspot.co.id
BalasHapus