1.
Pengertian PAIKEM
PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Selanjutnya,
PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan
mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu
dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa
agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari peserta
didik dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima
ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan
dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka
pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan orang lain. Selain
itu, PAIKEM juga memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak
semata-mata “disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar yang amat
mungkin digunakan untuk mengimple- mentasikan PAIKEM, ialah:
1) metode ceramah plus,
2) metode diskusi;
3) metode demonstrasi;
4) metode role-play; dan
5) metode simulasi.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar
yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada
belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan
hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus
dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran
memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran
hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut
tak ubahnya seperti bermain biasa.
PAIKEM merupakan sebuah model
pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama
dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses Interaksi (siswa
berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi,
lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan
pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita,
dialog atau melalui simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi,
(siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari,
dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa
mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan,
percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara).
2.
Peralihan yang Mendasari PAIKEM
PAIKEM dikembangkan berdasarkan beberapa
perubahan/peralihan:
a.
Peralihan dari belajar perorangan (individual
learning) ke belajar
bersama (cooperative
learning);
b.
Peralihan dari belajar dengan cara menghafal (rote
learning) ke belajar untuk
memahami (learning for understanding);
c.
Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge-transmitted) ke
bentuk interaktif, keterampilan
proses dan pemecahan masalah;
d.
Peralihan paradigma dari guru mengajar ke siswa belajar;
e.
Beralihnya bentuk evaluasi tradisional ke bentuk authentic assessment
seperti portofolio, proyek, laporan siswa, atau penampilan siswa
3.
Karakterisasi PAIKEM
PAIKEM disini
memiliki karakteristik yaitu sebagai berikut :
a.
Berpusat pada siswa
Jadi disini guru hanya sebagai fasilitator (bukan penceramah), fokus
pembelajaran pada siswa bukan pada guru, siswa belajar secara aktif, siswa
mengontrol proses belajar dan menghasilkan karyanya sendiri, tidak hanya
mengutip dari guru.
b. Belajar yang menyenangkan (joyfull learning);
c.
Belajar yang berorientasi pada tercapainya
kemampuan tertentu (competency-based learning);
d.
Belajar secara tuntas (mastery
learning);
e. Belajar secara berkesinambungan (continuous learning);
f.
Pembelajaran
dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya.
4.
Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan dalam Implementasi
Pendekatan PAIKEM
4.1
Memahami Sifat yang Dimiliki
Siswa
Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat
ingin tahu. Semua anak terlahir dengan membawa dua potensi ini. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak
Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki
kedua sifat itu. Keduanya merupakan modal dasar bagi
berkembangnya sikap/pikiran kritis dan kreatif. Kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita kembangkan sehingga
berpotensi bagi berkembangnya kedua
sifat tersebut. Suasana
pembelajaran yang diiringi dengan pujian guru terhadap hasil karya siswa, yang
disertai pertanyaan guru yang menantang dan dorongan agar siswa melakukan
percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang baik untuk mengembangkan
potensi siswa.
4.2
Memahami Perkembangan
Kecerdasan Siswa
Menurut
Jean Piaget dalam Syah (2008: 29-33),
perkembangan kecerdasan akal/perkembangan kognitif manusia berlangsung dalam
empat tahap, yakni: Sensory-motor
(Sensori-motor/0-2 tahun) Pre-operational
(Pra-operasional / 2-7 tahun) Concrete-operational
(Konkret-operasional / 7-11tahun) Formal-operational (Formal- operasional / 11
tahun ke atas). Selama kurun waktu pendidikan dasar dan menengah, siswa
mengalami tahap Concrete-operational dan
Formal-operational.
Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga
usia menjelang remaja, anak memeroleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah
berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk
mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam
sistem pemikirannya sendiri.
Selanjutnya,
dalam perkembangan kognitif tahap
Formal-operational seorang remaja telah memiliki kemampuan
mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan
kognitif, yakni: 1) kapasitas menggunakan hipotesis; 2) kapasitas menggunakan
prinsip-prinsip abstrak.
Dengan kapasitas menggunakan hipotesis
(anggapan dasar), seorang remaja akan
mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu
khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang
relevan dengan lingkungan yang ia respons. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan
prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi
pelajaran yang abstrak, misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu
abstrak lainnya dengan luas dan mendalam.
Sebagai bukti bahwa seorang remaja pelajar telah memiliki
kedewasaan berpikir, dapat dicontohkan ketika ia menggunakan pikiran
hipotesisnya sewaktu mendengar pernyataan seorang kawannya, seperti:
"Kemarin seorang penggali peninggalan purbakala menemukan kerangka manusia
berkepala domba dan berkaki empat yang telah berusia sejuta tahun". Apa
yang salah dalam pernyataan ini? Remaja pelajar tadi, setelah berpikir sejenak
dengan serta-merta berkomentar: "Omong kosong!" Ungkapan "omong
kosong" ini merupakan hasil berpikir hipotetis remaja pelajar tersebut, karena
mustahil ada manusia berkepala domba dan berkaki empat betapapun tuanya umur
kerangka yang ditemukan penggali benda purbakala itu.
4.3
Mengenal Siswa secara
Perorangan
Para
siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang
berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam
kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan
yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang
memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah
(tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya
bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal.
4.4 Memanfaatkan Perilaku Anak dalam Pengorganisasian Belajar
Sebagai
makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau
berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorga-nisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak
dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak
akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk
seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat
individunya berkembang.
4.5 Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Kemampuan
Memecahkan Masalah
Pada
dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif
untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut,
kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya
ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan tugas atau
mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata
“Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata
“Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
4.6 Mengembangkan Ruang Kelas sebagai Lingkungan Belajar yang Menarik
Ruang
kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disaran-kan dalam PAIKEM. Hasil
pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu.
Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk
bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat
berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan
sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan
ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan
rujukan ketika membahas suatu masalah.
4.7 Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Lingkungan
(fisik, sosial, atau budaya) me-rupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan
belajar anak. Lingkungan dapat ber-peran sebagai media belajar, tetapi juga
sebagai objek kajian (sumber belajar). Peng-gunaan lingkungan sebagai sumber
belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan
menggunakan ling-kungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan
dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pe-manfaatan
lingkungan dapat mengembang-kan sejumlah keterampilan seperti meng-amati
(dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,
mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
4.8 Memberikan Umpan Balik yang Baik untuk Meningkatkan Kegiatan Belajar
Mutu
hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian
umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara
guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada
kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara
santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi
tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan
siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan
pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya
sekedar angka.
4.9 Membedakan antara Aktif Fisik dan Aktif Mental
Banyak
guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja
dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk
saling ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAIKEM.
Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya
perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut
dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab
rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari
temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAIKEM.’
4.10
Pengelolaan
Kelas PAIKEM
Seting
kelas yang konstruktif didasarkan pada nilai-nilai konstruktif dalam proses
belajar, termasuk kolaborasi, otonomi individu, refleksi, relevansi pribadi dan
pluralisme. Seting kelas yang konstruktif akan memberikan kesempatan aktif
belajar. Mengacu pada pendekatan holistik dalam pendidikan, seting kelas
konstruktif merefleksikan asumsi bahwa proses pengetahuan dan pemahaman
akuisisi adalah benar-benar melekat pada konteks sosial dan emosional saat
belajar. Karakteristik seting kelas konstruktif untuk belajar adalah
terkondisikannya belajar secara umum, instruksi, dan belajar bersama.
5.
Implementasi Model Pembelajaran PAIKEM
5.1 Desain Pesan Pembelajaran PAIKEM
Kata desain menunjukkan adanya suatu proses
dan suatu hasil. Sebagai suatu proses, desain pesan sengaja dilakukan mulai
dari analisis masalah pembelajaran hingga pemecahan masalah yang disumuskan
dalam bentuk produk. Produk yang dihasilkan dapat dalam bentuk prototipe,
naskah atau stori board, dan sebagainya.
Mengenai desain pesan, desain pesan meliputi
perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan atau informasi. Hal
tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya serap yang
mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan atau informasi, agar terjadi
komunikasi antara pengirim dan penerima. Fleming dan Levie (dalam
Seel&Richie,1994) membatasi pesan pada pola-pola isyarat atau simbol yang
memodifikasi perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Desain pesan berurusan
dengan tingkat paling mikro melalui unit-unit kecil seperti bahan visual,
urutan, halaman dan layar secara terpisah.
Karakteristik lain dari desain pesan adalah
bahwa desain pesan harus bersifat spesifik baik terhadap medianya maupun tugas
belajarnya. Hal ini mengandung arti bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan
berbeda tergantung apakah medianya bersifat statis, dinamis atau
kombinasi dari keduanya, misalnya suatu potret, film, atau grafik komputer.
Juga apakah tugas belajarnya berupa pembentukan konsep atau sikap, pengembangan
ketrampilan atau strategi belajar, ataukah menghafalkan informasi verbal.
5.2 Prinsip Desain Pembelajaran
Berdasarkan pada
pembahasan tentang teori-teori belajar kognitif dan teori pemrosesan informasi
serta teori komunikasi, dapat dikembangkan beberapa prinsip yang dapat
dijadikan pedoman dalam kegiatan desain pesan pembelajaran. Ada lima prinsip
utama desain pesan pembelajaran yaitu:
a . Prinsip kesiapan dan motivasi
Prinsip
ini mengatakan bahwa jika dalam kegiatan pembelajaran siswa/peserta belajar
memilki kesiapan seperti kesiapan mental, serta kesiapan fisik dan motivasi
tinggi, maka hasil belajar akan lebih baik..
Kesiapan
mental diartikan sebagai kesipan kemampuan awal, yaitu pengetahuan yang telah
dimiliki siswa belajar yang dapat dijadikan pijakan untuk mempelajari materi
baru. Oleh sebab itu, dalam menyusun desain pesan, guru harus lebih dahulu
mengetahui kesiapan siswa melalui tes penjajagan atau tes prasayarat belajar
yang diberikan pada siswa. Jika diketahui pengetahuan awal siswa belum
mencukupi, maka dapat diadakan pembekalan/matrikulasi.
Sedangkan
kesiapan fisik, berarti bahwa siswa dalam melakukan kegiatan belajar tidak
mengalami kekurangan atau halangan, sebagai faktor yang sangat berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar. Misalnya untuk belajar musik siswa tidak
boleh terganggu pendengarannya. Sedangkan motivasi adalah merupakan dorongan
yang menyebabkan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Dorongan itu bisa berasal dari dalam atau luar. Semakin tinggi motivasi siswa
untuk belajar, semakin tinggi pula proses dan hasil belajarnya. Oleh karena
itu, dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru berupaya mendorong motivasi
siswa dengan menunjukkan pentingnya mempelajari pesan pembelajaran yang sedang
dipelajari.
b. Prinsip penggunaan alat pemusat
perhatian
Prinsip
ini mengatakan bahwa jika dalam proses belajar perhatian siswa/si belajar
terpusat pada pesan yang dipelajari, maka proses dan hasil belajar akan semakin
baik. Perhatian memegang peranan penting dalam kegiatan belajar. Semakin baik
perhatian siswa, proses dan hasil belajar akan semakin baik pula.
Cara-cara yang dapat
digunakan untuk mengarahkan perhatian siswa antara lain:
1)
Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman atau kehidupan siswa
2)
Menggunakan alat pemusat perhatian seperti peta konsep, gambar, bagan, dan
media-media pembelajaran visual lainnya.
3)
Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang dipelajari dengan topik-topik yang
sudah dipelajari.
4)
Menggunakan musik penyeling
5)
Mencipatakan suasana riang
6)
Teknik penyajian yang bervariasi
7)
Mengurangi bahan/matteri yang tidak relevan
c .
Prinsip partisipasi aktif siswa
Meliputi aktifitas, kegiatan, atau proses mental, emosional maupun
fisik. Contoh aktifitas mental misalnya mengidentifikasi, membandingkan,
menganalisis, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk aktifitas emosional
misalnya semangat, sikap, positif terhadap belajar, motivasi, keriangan, dan
lain-lain. Contoh aktifitas fisik misalnya melakukan gerak badan seperti kaki,
tangan untuk melakukan ketrampilan tertentu.
Cara-cara yang dapat
digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah:
1)
Memberikan pertanyaan-pertanyaan ketika proses pembelajaran berlangsung
2) Mengerjakkan latihan
pada setiap akhir suatu bahasan
3)
Membuat percobaan dan memikirkan atas hipotesis yang diajukan
4) Membentuk kelompok
belajar
5) Menerapkan pembelajaran
kontekstual, kooperatif, dan kolaboratif
d.
Prinsip Umpan Balik
Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa
mengenai keberhasilan atau kekurangan dalam belajarnya. Upaya yang dapat
dilakukan oleh guru dalam memberikan umpan balik diantaranya dengan memberikan
soal atau pertanyaan kepada siswa, kemudian memberitahunya dengan benar.
Memberikan tugas, kemudian memberitahukan tugas apakah tugas yang dikerjakan
sudah benar. Kembalikan pekerjaan siswa yang telah dikoreksi, dinilai, atau
diberi komentar/catatan oleh guru.
e. Prinsip Perulangan
Mengulang-ulang
penyajian informasi atau pesan pembelajaran. Proses penguasaan materi
pembelajaran atau ketrampilan tertentu memerlukan perulangan.. tidak
adanya perulangan akan mengakibatkan informasi atau pesan pembelajaran tidak
bertahan lama dalam ingatan, dan informasi tersebut mudah dilupakan.
Upaya
mengulang informasi dapat dilakukan dengan cara yang sama dan dengan media yang
sama. Misalnya media kaset diputar berulang-ulang, membaca buku dua atau tiga
kali. Perulangan dapat juga dengan cara dan media yang berbeda pula. Misalnya
setelah mendengar metode ceramah, siswa diminta untuk membaca buku dengan topik
yang sama. Penggunaan epitome, advance organizer, rangkuman, atau kesimpulan.
6.
Aplikasi Desain Pesan
dalam Kegiatan Belajar Mengajar PAIKEM
Terjadinya
belajar dilihat dari adanya perbedaan kecakapan seseorang antara sebelum dan
sesudah mengalami dan berada dalam situasi belajar tertentu. PAIKEM
memungkinkan pebelajar memperoleh kemampuan berdasarkan teori Gagne yaitu
ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, ketrampilan
motorik, dan sikap. Berikut akan dijelaskan masing-masing defini
kemampuan tersebut,dan pengintregasian prinsip desain dengan pendekatan PAIKEM
akan dijelaskan dalam matrik.
Ketrampilan
Intelektual yang dimaksud ketrampilan intelektual adalah kemampuan untuk
menggunakan lambang-lambang seperti bilangan, bahasa, dan lambang-lambang
lainnya yang mewakili benda-benda nyata pada lingkungan individu. Ketrampilan
intelektual dibagi menjadi empat kategori yaitu diskriminasi,konsep,aturan dan
pemecahan masalah.
Diskriminasi adalah kemampuan untuk memberi respon yang
berbeda terhadap stimuli yang berbeda satu dengan yang lain menurut satu
dimensi fisik atau lebih. Konsep adalah kemampuan yang memungkinkan individu
untuk mengidentifikasi stimulus yang mempunyai karakteristik walaupun
stimulinya berbeda secara menyolok. Aturan adalah subyek dapat merespon
hubungan dan kesatuan obyek. Pemecahan masalah aturan-aturan yang lebih komplek
untuk memecahkan masalah.
Strategi
kognitif meliputi kemampuan yang dipergunakan untuk mengelola proses perhatian
belajar, mengingat, dan berfikir. Kemampuan informasi verbal terkait dengan
mempelajari fakta-fakta, mempelajari serangkaian informasi yang
terorganisasikan. Ketrampilan sikap adalah keadaan internal yang komplek yang
mempengaruhi pemilihan tingkah laku itu sendiri. Ketrampilan motorik adalah
kemampuan yang dipelajari untuk melakukan kecakapan yang hasilnya dicerminkan
oleh adanya kecakapan, ketepatan, dan kelancaran gerakan tubuh.
7.
Penilaian Hasil Belajar.
Sebuah pertanyaan untuk direnungkan. Apakah sebuah
”Penilaian Mendorong Pembelajaran ?” atau apakah ”pembelajaran itu untuk
mempersiapkan sebuah tes ? ” atau apakah ’Pembelajaran dan Tes’ tersebut
dilakukan guna mendapatkan pengakuan tentang kompetensi yang diperlukan siswa
atau sekolah? Dalam pelaksanaan konsep PAIKEM, penilaian dimaksudkan untuk
mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik itu keberhasilan dalam proses maupun
keberhasilan dalam lulusan (output). Keberhasilan proses dimaksudkan bahwa
siswa berpartisipasi aktif, kreatif dan senang selama mengikuti kegiatan
pembelajaran. Sedangkan keberhasilan lulusan (output) adalah siswa mampu
menguasai sejumlah kompetensi dan standar kompetensi dari setiap Mata
Pelajaran, yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Inilah yang disebut efektif
dan menyenangkan. Jadi, penilaian harus dilakukan dan diakui secara komulatif.
Penilaian harus mencakup paling sedikit tiga aspek : pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Ini tentu saja melibatkan Professional Judgment dengan memperhatikan
sifat obyektivitas dan keadilan. Untuk ini, pendekatan Penilaian Acuan Norma
(PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pendekatan penilaian
alternatif yang paling representatif untuk menentukan keberhasilan pembelajaran
Model PAIKEM
Media dan bahan ajar. ”Media dan Bahan Ajar” selalu
menjasi penyebab ketidakberhasilan sebuah proses pembelajaran di sekolah.
Sebuah harapan yang selalu menjadi wacana di antara para pendidik/guru kita
dalam melaksanakan tugas mengajar mereka di sekolah adalah tidak tersedianya
’media pembelajaran dan bahan ajar’ yang cukup memadai. Jawaban para guru ini
cukup masuk akal. Seakan ada korelasi antara ketersediaan ’media bahan ajar’ di
sekolah dengan keberhasilan pembelajarn siswa. Kita juga sepakat bahwa salah satu
penyebab ketidakberhasilan proses pemblajarn siswa di sekolah adalah kurangnya
media dan bahan ajar. Kita yakin bahwa pihak manajemen sekolah sudah
menyadarinya. Tetapi, sebuah alasan klasik selalu kita dengar bahwa ”sekolah
tidak punya dana untuk itu”!.
Dalam
pembelajaran Model PAKEM, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif,
proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif
yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema
mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia
seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu
mengaksesnya. Tanpa merendahkan sifat dan nilai multimedia elektronik, para
guru dapat memilih dan merancang media pembelajaran alternatif dengan
menggunakan berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di
dapat, seperti bahan baku kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya,
guna memotivasi dan merangsang proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Media
simulasi untuk pembelajaran PAKEM tidak selalu harus dibeli jadi, tetapi
dirancang bisa dirancang oleh seorang guru mata pelajaran sendiri. Guru
dituntut lebih kreatifdan memiliki kesempatan untuk mengembangkan ide dan
inofatifnya.. Jadi, model ’pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan’, atau yang kita sebut dengan PAKEM itu tidak selalu mahal. Unsur
kreatifitas itu bukan terletak pada produk/media yang sudah jadi, tetapi lebih
pada pola fikir dan strategi yang digunakan secara tepat oleh seorang guru itu
sendiri dalam merancang dan mengajarkan materi pelajarannya.
Dalam
merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling penting untuk
diperhatikanoleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar
individu peserta didik, seperti dalam pendekatan ’Quantum Learning’ dan
Learning Style Inventory’. Media yang dirancang harus memiliki daya tarik
tersendiri guna merangsang proses pembelajaran yang menyenangkan. Sementara ini
media pembelajaran yang relatif cukup representatif digunakan adalah media
elektronik (Computer – Based Learning). Selanjutnya skenario penyajian ’bahan
ajar’ harus dengan sistem modular dengan mengacu pada pendekatan Bloom
Taksonomi. Ini dimaksudkan agar terjadi proses pembelajaran yang terstruktur,
dinamis dan fleksibel, tanpa harus selalu terikat dengan ruang kelas, waktu
dan/atau guru. Perlu dicatat bahwa tujuan akhir mempelajari sebuah mata
pelajaran adalah agar para siswa memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan
dalam Standar Kompetensi (baca Kurikulum Nasional). Untuk itu langkah/skenario
penyajian pembelajarn dalam setiap topik/mata pelajaran harus dituliskan secara
jelas dalam sebuah Modul. Dengan demikian diharapkan para siswa akan terlibat
dalam proses pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dan bermakna (Meaningful
Learning).
8. Jenis Penilaian
Sesuai Dengan Pembelajaran Model PAIKEM
1).
Penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model Pakem adalah penilaian otentik
yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai
teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat
bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
(a) Menilai Kemampuan
Individual melalui tugas tertentu;
(b) Menentukan kebutuhan
pembelajaran;
(c) Membantu dan mendorong siswa;
(d)
Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik; (e) Menentukan
strategi pembelajaran;
(f) Akuntabilitas
lembaga; dan
(g) Meningkatkan kualitas
pendidikan.
Bentuk
penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara
itu, bentuk penilaian non tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, cek
lis, kuesioner, studi kasus, dan portofolio. Dalam pembelajaran, dengan
pendekatan Pakem rangkaian penilaian ini seyogiayanya dilakukan oleh seorang
guru. Hal ini disebabkan setiap jenis atau bentuk penilaian tersebut memiliki
beberapa kelemahan selain keunggulan.
9. Tujuan Penilaian
Pembelajaran Model PAIKEM
1). Menilai kemampuan
individual melalui tugas tertentu
2). Menentukan kebutuhan
pembelajaran
3). Membantu dan
mendorong siswa
4). Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik
5). Menentukan strategi pembelajaran
6). Akuntabilitas lembaga
7). Meningkatkan kualitas pendidikan
10. Merancang Dan Malaksanakan Penilaian Pembelajaran Model PAIKEM
1. Merancang penilaian dilakukan bersamaan dengan
merancang pembelajaran tersebut. Penilaian disesuaikan dengan pendekatan dan
metode yang dilaksanakan dalam pembelajaran.
2. Dalam pembelajaran dengan pendekatan model
Paikem, penilaian dirancang sebagaimana dengan penilaian otentik. Artinya,
selama pembelajaran itu berlangsung, guru selain sebagai fasilitator juga
melakukan penilaian dengan berbagai alat yang sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan oleh siswa.
SOAL-SAOAL UNTUK MODEL PAIKEM
1.
Mengapa di era globalisasi ini
PAIKEM sangat dianjurkan mengingat semakin kompleksnya masalah dunia pendidikan
dan juga besarnya tuntutan yang dibebankan kepada guru dalm menyukseskan
pembelajran disekolah?
2.
Dalam penerapan PAIKEM dalam
proses pembelajran, salah satunya guru harus menyiapkan buku-buku dan bahan
belajar yang lebih menarik didalam kelas. Bagaimana dengan sekolah-sekolah yang
ada dipedalaman dengan keterbatasan sarana dan prasarana. Apa yang harus
dilakukan oleh guru dalam mengatasi hal tersebut, namun seorang guru harus
tetap menerapakan model PAIKEM?
3.
Menurut kajian, pengertian,
metode, dan pelaksanaanya PAIKEM merupakan salah satu cara pembelajran yang
sangat bagus. Bagaimana bila seorang guru kurang memaksimalkan cara ajarnya
ataupun kurang mendalami makna dari PAIKEM itu sendiri sehingga dapat
menghasilkan hasil yang optimal mengenai PAIKEM ?
DAFTAR
PUSTAKA
Depdiknas. 2005. Paket Pelatihan Awal untuk Sekolah dan Masyarakat. Menciptakan
Masyarakat Peduli Pendidik- an Anak. Program Manajemen Berbasis Sekolah. Ja- karta: Ditjen Dikdasmen–Depdiknas.
Setiawan. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM). Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur Pengem-
bang Matematika SMA Jenjang Dasar. Di PPPG Mate- matika Yogyakarta pada tanggal
6 – 19 Agustus 2004.
Syah, Muhibbin. 2006. Islamic English: A Competency-based Reading Comprehension. Cetakan
ke-2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar