I.
JUDUL
1.1 Kecepatan
penggunaan oksigen dalam proses respirasi
II. TUJUAN
2.1 Untuk
membuktikan bahwa pada proses respirasi memerlukan oksigen
2.2 Untuk
membuktikan bahwa keperluan oksigen dalam proses respirasi dipengaruhi oleh
berat tumbuhan
III.
DASAR
TEORI
Fotosintesis merupakan
proses sintesis senyawa organik (glukosa) dari zat anorganik (CO2 dan
H2O) dengan bantuan energi cahaya matahari. Dalam proses ini energi
radiasi diubah menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H yang
selanjutnya akan digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi glukosa (Waluyo, 2006 : 57).
Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lain yang
disebut respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian
senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel
dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob
diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam
respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan
senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat
dan sedikit energi (Lovelles, 1997: 38).
Bahan organik yang dioksidasi adalah
glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi dapat
dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6
+ 6 O2 6 CO2 + 6H2O + Energi
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja
berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangannya disebut
perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan.
Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio),
hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Dua kelas daritumbuhan berbunga
dibedakan dari cacah daun lembaganya : monokotil dan dikotil. Tumbuhan berbiji
terbuka lebih bervariasi dalam cacah lembaganya. Kecambah pinus misalnya dapat
memiliki hingga delapan daun lembaga. Beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak
memiliki kotiledon, dan disebut akotiledon. Kecambah melakukan pernapasan untuk
mendapatkan energi yang dilakukan dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan
yang diserap/diperlukan dan menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O)
dan sejumlah.
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh
makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut
harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang
terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan
cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan
tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak
akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang
berada di dalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena kloropil
hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986 : 87).
Karbohidrat
merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai molekul yang kompleks
dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya seperti sukrosa,
monosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling
sederhana. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk dimer,
trimer dan lain-lain. Dimer merupakan gabungan antara dua monosakarida dan
trimer terdiri dari tiga monosakarida.
Manfaat Respirasi
Bagi Tumbuhan
Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan. Manfaat
tersebut terlihat dalam proses respirasi dimana terjadi proses pemecahan
senyawa organik, dari proses pemecahan tersebut maka dihasilkanlah
senyawa-senyawa antara yang penting sebagai ”Building Block”. Building Block
merupakan senyawa-senyawa yang penting sebagai pembentuk tubuh. Senyawa-senyawa
tersebut meliputi asam amino untuk protein; nukleotida untuk asam nukleat; dan
prazat karbon untuk pigmen profirin (seperti klorofil dan sitokrom), lemak,
sterol, karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatik
tertentu lainnya, seperti lignin.
Telah diketahui bahwa hasil akhir dari respirasi adalah CO2
dan H2O, hal ini terjadi bila substrat secara sempurna dioksidasi,
namun bila berbagai senyawa di atas terbentuk, substrat awal respirasi tidak
keseluruhannya diubah menjadi CO2 dan H2O. Hanya beberapa
substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi CO2 dan H2O,
sedangkan sisanya digunakan dalam proses anabolik, terutama di dalam sel yang
sedang tumbuh. Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna
beberapa senyawa dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis
molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (Lovelles. A. R. 1997 : 35).
Respirasi sangat dipengaruhi oleh
faktor umur dan jenis tumbuhan. Masing-masing jenis tumbuhan mempunyai
perbedaan metabolisme sehingga kebutuhan respirasi berbeda pula. Tumbuhan yang
lebih muda menunjukkan respirdasi yang lebih cepat daripada tumbuhan yang lebih
tua.
Dari proses respirasi dihasilkan
energy. Energy digunakan lebih banyak pada jaringan yang masih muda seperti
kuncup daun dan kuncup bunga untuk memelihara aliran sitoplasma, peredaran zat
makanan, pembelahan kromosom dalam inti, pembelahan sel dan aktivitas
metabolisme lainnya. Jaringan dewasa tidak mengalami pembelahan sel sehingga energy
akan hilang sebagai panas (Dwidjoseputro, 1985: 125).
Menurut Lestari et
al. (2008: 2) mengatakan fotosintat merupakan substrat respirasi sehingga
peningkatan fotosintat akan meningkatkan respirasi yang menghasilkan energi
untuk pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil tanaman.
Untuk mencapai produksi yang tinggi tanaman memerlukan faktor-faktor tumbuh
yang optimum baik berupa hormon yang dihasilkan oleh tanaman sendiri maupun zat
pengatur tumbuh. Faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, air dan zat hara yang
berkaitan erat dengan lingkungan berupa kondisi tanah, daerah dan iklim juga
mempengaruhi produksi tanaman.
Kecepatan masuknya oksigen dari udara
tergantung pada faktor kejenuhan air, temperatur dan juga pergerakan di udara
(angin) dan air yaitu arus, gelombang dan pasang surut. Di samping penambahan
oksigen di lapisan permukaan. juga laut dapat kehilangan oksigen karena
perpindahan oksigen dai laut ke atrnosfir. Jika kenyataan bahwa penambahan
oksigen hanya pada daerah permukaan atau dekat permukaan (baik dari udara
maupun dari proses fotosintesa), maka akan muncul masalah sampai kedalaman
berapa di laut oksigen dapat mengsuplainya. Sedangkan kehidupan juga terdapat
di laut yang dalam dan proses respirasi hewan serta bakteri dekomposer secara
terus-menerus mem-butuhkan oksigen (Azkab, 1998: 9).
Menurut Azizah et
al. (2007; 67-68) mengatakan respirasi adalah proses metabolisme yang menghasilkan
produk sisa berupa CO2 dan H2O dan pelepasan energi. Metabolisme ini merupakan
proses dekomposisi bahan organik yang secara umum mengindikasikan kegiatan
mikroorganisme, dengan tujuan menyediakan karbon yang merupakan sumber utama
bagi pembentukan material-material baru. Selanjutnya hasil proses dekomposisi
sebagian digunakan organisme untuk membangun tubuh, akan tetapi terutama
digunakan sebagai sumber energi atau sumber karbon utama, dimana proses
dekomposisi dapat berlangsung dengan mediasi mikroorganisme, sehingga
mikroorganisme merupakan tenaga penggerak dalam respirasi tanah.
Pada
hakikatnya, respirasi adalah reaksi redoks dimana CO2 adalah hasil
dari oksidasi substrat. Substrat respirasi ini merupakan senyawa-senyawa yang
berada pada sel tumbuhan yang direspirasikan menjadi H2O dan CO2
atau juga senyawa-senyawa organik yang mengalami proses oksidasi. Salah
satu substrat respirasi adalah karbohidrat. Macam substrat ini merupakan
substrat utama dalam respirasi yang berada pada sel tumbuhan tinggi. Selain
karbohidrat, ada juga substrat respirasi yang mempunyai kepentingan lain, yaitu
jenis-jenis gula seperti sukrosa, fruktosa, dan glukosa; asam organic; pati;
dan protein. Macam-macam substrat tersebut digunakan pada spesies dan keadaan
tertentu (Campbell, 2006: 314).
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi laju repirasi, yaitu ketersediaan substrat, ketersedian oksigen,
suhu, tipe dan umur tumbuhan. Mengenai ketersediaan substrat, hal ini sangat
penting dalam pelaksanaan respirasi karena proses ini tergantung pada
ketersidiaanya substrat. Apabila pada tumbuhan yang persediaan substratn yang
berupa karbohidrat rendah, maka laju respirasinya juga akan rendah. Demikian
pula, apabila persediaan karbohidrat agak banyak, maka laju respirasi akan
meningkat juga.
Selanjutnya,
ketersediaan oksigen juga dapat mempengaruhi proses repirasi. Hal ini
dikarenakan oleh fungsinya oksigen sebagai terminal penerimaan electron, jadi
apabila konsentrasinya oksigen rendah maka laju respirasi baik secara aerobic
maupun anaerobic dapat berjalan bersamaan. Sedangkan, jika kadarnya oksigen
meningkat maka laju respirasi aerob akan lebih cepat juga, namun laju respirasi
anaerob tidak akan berjalan lagi sehingga berhenti. Di antaranya, rupanya
pengaruh tersebut tidak selalu sama untuk masing-masing sepsis.
Adapun
pengaruh yang terdapat dari suhu. Faktor ini sangat berkaitan dengan faktor
Q10, dimana suhu dan laju reaksi respirasi berubah secara bersamaan, yaitu
setiap kali suhu naik sebesar 10o C, maka laju respirasi juga
meningkat. Demikian juga pada suhu 0oC, laju repirasi sangat rendah.
Apabila suhu tersebut naik sampai 35-45oC maka perlajuan respirasi
sangat cepat, akan tetapi temperature yang terlalu panas akan menurunkannya.
Hal ini dikarenakan oleh enzim-enzim yang mengalami denaturasi pada suhu di
atas 45oC (Mulyani, 2007: 126-129).
Menurut
Puspitaningrum et al. (2012:48)
mengatakan sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang
terdapat di atmosfer dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air. Proses
respirasi tumbuhan air dan hewan serta proses dekomposisi bahan organik dapat
menyebabkan hilangnya oksigen dalam suatu perairan. Selain itu, peningkatan
suhu akibat semakin meningkatnya intensitas cahaya juga mengakibatkan
berkurangnya oksigen. Meningkatnya suhu air akan menurunkan kemampuan air untuk
mengikat oksigen, sehingga tingkat kejenuhan oksigen di dalam air juga akan
menurun. Peningkatan suhu juga akan mempercepat laju respirasi dan dengan
demikian laju pengunaan oksigen juga meningkat. Peningkatan suhu sebesar 1°C
meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%. Konsumsi oksigen dilakukan oleh
semua organisme melalui proses respirasi.
Dinamika
oksigen terlarut dalam ekosistem perairan ditentukan oleh keseimbangan antara
produksi dan konsumsi oksigen. Tumbuhan akuatik merupakan faktor yang penting
dalam menentukan keseimbangan oksigen dalam ekosistem perairan. Produksi
oksigen berlangsung melalui proses fotosintesis oleh komunitas autotrof,
sedangkan konsumsi oksigen dilakukan oleh semua organisme melalui proses
respirasi dan perombakan bahan organik.
Tumbuhan
akuatik lebih menyukai karbondioksida sebagai sumber karbon dibandingkan dengan
bikarbonat dan karbonat. Bikarbonat sebenarnya dapat berperan sebagai sumber
karbon. Namun, di dalam kloroplas bikarbonat harus dikonversi terlebih dahulu
menjadi karbondioksida dengan bantuan enzim karbonik anhidrase (Effendi, 2003).
Energi matahari diserap oleh klorofil dan digunakan untuk menguraikan molekul
air, membentuk gas oksigen dan mereduksi molekul NADP menjadi NADPH.
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Alat dan Bahan
-
Alat
1. Unit respirometer
2. Beaker glass
3. Pipet
4. Timbangan
5. Stopwatch
-Bahan
1. Kecambah segar
2. Kristal KOH atau NaOH
3. Kapas
4. Vaselin
5. Eosin
Menimbang
kecambah kedelai sebanyak 3, 6 dan 9
gram
|
Memasukkan
kecambah dalam respirometer serta memasukkan pula kristal KOH atau NaOH
yang telah dibungkus kapas
|
Meletakkan
respirometer pada posisi horisontal
|
Mengamati
dan mengukur kecepatan gerakan cairan tiap satu menit sampai 10 kali
|
Memasukkan
eosin ke dalam ujung pipa kapiler dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 1
tetes
|
Menutup
tabung dengan pipa kapiler yang terdapat pada respirometer serta melapisi
dengan vaselin
|
Menghitung kecepatan penggunaan 02
tiap menit dalam tiap gram kecambah
|
Melakukan
semua langhkah kerja diatas untuk berat kecambah 6 dan 9 gram
|
4.3 Hasil pengamatan
3.1 Hasil pengamatan kelompok 1
Berat kecambah
|
Menit ke
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
3 gram
|
0,05
|
0,11
|
0,18
|
0,23
|
0,31
|
0,36
|
0,41
|
0,46
|
0,51
|
0,55
|
6 gram
|
0,08
|
0,16
|
0,24
|
0,32
|
0,40
|
0,51
|
0,58
|
0,63
|
0,70
|
0,78
|
9 gram
|
0,08
|
0,15
|
0,22
|
0,30
|
0,40
|
0,45
|
0,56
|
0,63
|
0,71
|
0,83
|
3.2 Hasil pengamatan kelomok 2
Berat kecambah
|
Menit ke
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
3 gram
|
0,05
|
0,08
|
0,12
|
0,165
|
0,2
|
0,23
|
0,28
|
0,31
|
0,33
|
0,38
|
6 gram
|
0,15
|
0,17
|
0,22
|
0,285
|
0,34
|
0,4
|
0,45
|
0,54
|
0,61
|
0,63
|
9 gram
|
0,17
|
0,25
|
0,34
|
0,43
|
0,52
|
0,61
|
0,7
|
0,79
|
0,9
|
0,98
|
3.3 Hasil pengamatan kelompok 3
Berat kecambah
|
Menit ke
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
3 gram
|
0,04
|
0,07
|
0,12
|
0,15
|
0,19
|
0,22
|
0,26
|
0,29
|
0,32
|
0,56
|
6 gram
|
0,06
|
0,12
|
0,18
|
0,23
|
0,29
|
0,35
|
0,41
|
0,47
|
0,53
|
0,59
|
9 gram
|
0,06
|
0,12
|
0,2
|
0,26
|
0,34
|
0,42
|
0,5
|
0,59
|
0,68
|
0,78
|
3.4 Hasil pengamatan kelompok 4
Berat kecambah
|
Menit ke
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
3 gram
|
0,03
|
0,03
|
0,09
|
0,03
|
0,04
|
0,04
|
0,04
|
0,02
|
0,02
|
0,04
|
6 gram
|
0,01
|
0,03
|
0,05
|
0,05
|
0,04
|
0,05
|
0,05
|
0,05
|
0,01
|
0,05
|
9 gram
|
0,08
|
0,08
|
0,06
|
0,09
|
0,10
|
0,09
|
0,09
|
0,09
|
0,10
|
0,08
|
3.5 Hasil pengamatan kelompok 5
Berat kecambah
|
Menit ke
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
3 gram
|
0,02
|
0,1
|
0,14
|
0,21
|
0,27
|
0,30
|
0,34
|
0,38
|
0,42
|
0,46
|
6 gram
|
0,1
|
0,17
|
0,25
|
0,34
|
0,41
|
0,50
|
0,57
|
0,64
|
0,71
|
0,78
|
9 gram
|
0,08
|
0,18
|
0,29
|
0,39
|
0,49
|
0,59
|
0,68
|
0,78
|
0,89
|
1
|
3.6 Hasil pengamatan kelompok 6
Berat
|
Menit
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
3 gram
|
0,1
|
0,16
|
0,20
|
0,26
|
0,34
|
0,39
|
0,44
|
0,5
|
0,52
|
0,55
|
6 gram
|
0,13
|
0,17
|
0,23
|
0,31
|
0,43
|
0,5
|
0,55
|
0,69
|
0,78
|
0,85
|
9 gram
|
0,17
|
0,31
|
0,41
|
0,49
|
0,58
|
0,68
|
0,81
|
0,95
|
1
|
˃1
|
3.7 Hasil pengamatan kelompok 7
Berat kecambah
|
Menit ke
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
3 gram
|
0,02
|
0,1
|
0,14
|
0,21
|
0,27
|
0,30
|
0,34
|
0,38
|
0,42
|
0,46
|
6 gram
|
0,1
|
0,17
|
0,25
|
0,34
|
0,41
|
0,50
|
0,57
|
0,64
|
0,71
|
0,78
|
9 gram
|
0,08
|
0,18
|
0,29
|
0,39
|
0,49
|
0,59
|
0,68
|
0,78
|
0,89
|
1
|
V.
PEMBAHASAN
Pada praktikum
kali ini yang berjudul “Kecepatan Penggunaan Oksigen Dalam Proses Respirasi”
dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan bahwa pada proses respirasi
memerlukan oksigen serta untuk membuktikan bahwa keperluan oksigen dalam proses
respirasi dipengaruhi oleh berat tumbuhan. Pada praktikum kali ini praktikan
menggunakan kecambah kedelai. Alasan menggunakan kecambah kedelai dikarenakan tumbuhan ini merupakan suatu organisme yang walaupun masih dalam tahap perkecambahan tetapi sudah
bisa melakukan respirasi, hal ini
terbukti dari hasil percobaan yang telah diamati dimana kecambah kedelai sebagai bahan percobaan mampu melakukan respirasi.
Pada awal
praktikum langkah kerja yang dilakukan praktikan yaitu yang pertama praktikan
menimbang kecambah kedelai dengan berat masing-masing yaitu 3 gram, 6 gram
serta 9 gram. Setelah itu praktikan memasukkan masing-masing kecambah yang
sudah ditimbang kedalam tabung respirometer. Setelah itu, respirometer diberi
KOH yang dibungkus dengan kapas. Fungsi dari KOH dalam
percobaan ini adalah untuk mengikat karbon dioksida yang dikeluarkan oleh
kecambah yang berada dalam respirometer. Hal ini bertujuan agar pergerakan
cairan yang berada dalam pipa kapiler benar-benar dikarenakan oleh oksigen yang
dihasilkan oleh kecambah dan bukan merupakan efek dari adanya karbon dioksida.
Setelah
itu praktikan menutup tabung dengan pipa kapiler yang tedapat pada
respirometer. Pada saat melekatkan antara tabung dan pipa kapiler, praktikan
melapisi dengan malan. Hal ini bertujuan agar pada persambungan ini tidak
terjadi kebocoran sehingga oksigen yang akan digunakan untuk respirasi tidak
keluar melalui pipa kapiler. Setelah itu praktikan meletakkan respirometer pada
posisi horizontal. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengamatan jalannya
oksigen pada kecambah karena jika respirometer diletakkan dengan posisi
vertikal kemungkinan oksigen yang dihasilkan akan kembali lagi pada bagian
tabung respirometer sehingga akan menyulitakan praktikan dalam mengamati
pergerakan oksigen.
Pada
saat praktikum, praktikan menambahkan eosin pada pipa kapiler respirometer
dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 1 tetes. Fungsi dari eosin ini adalah
sebagai penanda untuk melihat kecepatan penggunaan oksigen yang dilakukan oleh
kecambah dengan melihat pergerakan dari cairan eosin. Sehingga jika eosin
bergerak berarti kecambah kedelai benar-benar menggunakan oksigen dalam proses
respirasi. Dari pergerakan eosin tersebut, praktikan melakukan pengamatan dan
pengukuran kecepatan gerakan cairan eosin serta kecaptan penggunaan oksigen
tiap satu menit sebanyak 10 kali.
Respirasi merupakan suatu proses pemecahan senyawa organik
yang kompleks menjadi suatu senyawa yang lebih sederhana, dari proses pemecahan
tersebut maka dihasilkanlah senyawa-senyawa antara yang penting sebagai
”Building Block”. Building Block merupakan senyawa-senyawa yang penting sebagai
pembentuk tubuh. Senyawa-senyawa tersebut meliputi asam amino untuk protein,
nukleotida untuk asam nukleat, dan karbon untuk pigmen profirin (seperti
klorofil dan sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen flavonoid seperti
antosianin, dan senyawa aromatik tertentu lainnya, seperti lignin.
Telah
diketahui bahwa hasil akhir dari respirasi adalah CO2 dan H2O,
hal ini terjadi bila substrat secara sempurna dioksidasi, namun bila berbagai
senyawa di atas terbentuk, substrat awal respirasi tidak keseluruhannya diubah
menjadi CO2 dan H2O. Hanya beberapa substrat respirasi
yang dioksidasi seluruhnya menjadi CO2 dan H2O, sedangkan
sisanya digunakan dalam proses anabolik, terutama di dalam sel yang sedang
tumbuh. Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa
senyawa dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
Hasil
akhir dari proses respirasi tersebut yang berupa CO2 dan H2O
akan menjadi bahan baku utama untuk terjadinya proses fotosintesis. CO2
dan H2O dalam proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari dan
klorofil akan menjadi suatu senyawa karbohidrat yang kompleks serta oksigen.
Hasil akhir dari fotosintesis yang berupa karbohidrat serta oksigen akan
menjadi bahan baku utama untuk terjadinya proses respirasi. Pada proses
respirasi karbohidrat tersebut akan dipecah menjadi molekul yang lebih
sederhana, sehingga antara proses fotosintesis serta respirasi merupakan 2
proses penting dalam tubuh tumbuhan yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhisatu sama lain.
Dari
hasil pengamatan didapatkan pada kelompok 1 pada saat kecambah yang digunakan
seberat 3 gram memiliki kecepatan cairan sebesar 0,055, pada saat beratnya 6
gram memiliki kecepatan cairan 0,078 sedangkan pada saat beratnya 9 gram
memiliki kecepatan 0,084. Jika dilihat dari hasil pengamatan menunjukkan dengan
bertambahnya massa dari kecambah maka kecepatan cairannya juga bertambah. Hal
ini sesuai dengan dasar teori. Semakin berat massa suatu tumbuhan maka
kecepatan respirasinya juga akan semakin cepat. Hal ini dikarenakan, tumbuhan
yang memiliki massa yang tinggi menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut memiliki
sel-sel yang lebih banyak dari pada tumbuhan yang memiliki massa relatif
sedikit. Sel-sel yang banyak berarti energi atau asupan oksigennya juga harus
banyak.
Untuk
mengimbangi jumlah sel yang banyak tersebut maka tumbuhan harus melakukan
proses respirasi yang lebih cepat. Tujuannya agar proses pemecahan energi yang
komples menjadi sederhana dalam proses respirasi lebih cepat, sehingga
kebutuhan tumbuhan akan makanan untuk proses hidupnya dapat dipenuhi dengan
optimal. Dari hasil pengamatan dapat dilihat semakin berat massa tumbuhan, maka
kecepatan respirasinya juga akan semakin tinggi dan semakin rendah massa
tumbuhan maka kecepatan respirasinya juga semakin lambat. Hal ini terlihat dari
semakin cepatnya gerakan eosin pada pipa kapiler.
Pada
kelompok 2 Dari hasil pengamatan didapatkan pada kelompok 2 pada saat kecambah
yang digunakan seberat 3 gram memiliki kecepatan cairan sebesar 0,0375, pada
saat beratnya 6 gram memiliki kecepatan cairan 0,063 sedangkan pada saat
beratnya 9 gram memiliki kecepatan 0,098. Jika dilihat dari hasil pengamatan
menunjukkan dengan bertambahnya massa dari kecambah maka kecepatan cairannya
juga bertambah. Hal ini sesuai dengan dasar teori. Hal ini dikarenakan tumbuhan
yang memiliki massa tinggi berarti sel-sel juga semakin banyak serta semakin
banyak pula makanan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sel tersebut.
Sehingga untuk mengimbangi hal tersebut tumbuhan harus melakukan proses
respirasi yang lebih cepat agar pembongkaran energi yang komplek menjadi energi
yang lebih sederhana lebih cepat sehingga asupan makanan tumbuhan dapat terpenuhi
dengan optimal melalui pemecahan menggunakan oksigen.
Pada
kelompok 3 Dari hasil pengamatan didapatkan pada kelompok 3 pada saat kecambah
yang digunakan seberat 3 gram memiliki kecepatan cairan sebesar 0,056, pada
saat beratnya 6 gram memiliki kecepatan cairan 0,059 sedangkan pada saat
beratnya 9 gram memiliki kecepatan 0,078. Jika dilihat dari hasil pengamatan
menunjukkan dengan bertambahnya massa dari kecambah maka kecepatan cairannya
juga bertambah. Hal ini sesuai dengan dasar teori. Hal ini dikarenakan tumbuhan
yang memiliki massa tinggi berarti sel-sel juga semakin banyak serta semakin
banyak pula yang makanan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sel tersebut.
Sehingga untuk mengimbangi hal tersebut tumbuhan harus melakukan proses
respirasi yang lebih cepat agar pembongkaran energi yang kompleks menjadi
energi yang lebih sederhana lebih cepat sehingga asupan makanan tumbuhan dapat
terpenuhi dengan optimal.
Pada
kelompok 4 Dari hasil pengamatan didapatkan pada kelompok 4 pada saat kecambah
yang digunakan seberat 3 gram memiliki kecepatan cairan sebesar 0,038, pada
saat beratnya 6 gram memiliki kecepatan cairan 0,039 sedangkan pada saat
beratnya 9 gram memiliki kecepatan 0,085. Jika dilihat dari hasil pengamatan
menunjukkan dengan bertambahnya massa dari kecambah maka kecepatan cairannya
juga bertambah. Hal ini sesuai dengan dasar teori. Hal ini dikarenakan tumbuhan
yang memiliki massa tinggi berarti sel-sel juga semakin banyak serta semakin
banyak pula yang makanan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sel tersebut.
Sehingga untuk mengimbangi hal tersebut tumbuhan harus melakukan proses
respirasi yang lebih cepat agar pembongkaran energi yang kompleks menjadi
energi yang lebih sederhana lebih cepat sehingga asupan makanan tumbuhan dapat
terpenuhi dengan optimal.
Pada
kelompok 5 Dari hasil pengamatan didapatkan pada kelompok 5 pada saat kecambah
yang digunakan seberat 3 gram memiliki kecepatan cairan sebesar 0,446, pada
saat beratnya 6 gram memiliki kecepatan cairan 0,069 sedangkan pada saat beratnya
9 gram memiliki kecepatan 0,09288. Jika dilihat dari hasil pengamatan
menunjukkan dengan bertambahnya massa dari kecambah maka kecepatan cairannya
juga bertambah. Hal ini sesuai dengan dasar teori. Hal ini dikarenakan tumbuhan
yang memiliki massa tinggi berarti sel-sel juga semakin banyak serta semakin
banyak pula yang makanan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sel tersebut.
Sehingga untuk mengimbangi hal tersebut tumbuhan harus melakukan proses
respirasi yang lebih cepat agar pembongkaran energi yang kompleks menjadi
energi yang lebih sederhana lebih cepat sehingga asupan makanan tumbuhan dapat
terpenuhi dengan optimal. Hal ini terlihat jelas dari grafik yang terlihat berupa
garis lurus dimana dengan bertambahnya massa maka kecepatannya juag semakin
bertambah
Pada
kelompok 6 Dari hasil pengamatan didapatkan pada kelompok 6 pada saat kecambah
yang digunakan seberat 3 gram memiliki kecepatan cairan sebesar 0,055, pada
saat beratnya 6 gram memiliki kecepatan cairan 0,085 sedangkan pada saat
beratnya 9 gram memiliki kecepatan 0,1. Jika dilihat dari hasil pengamatan
menunjukkan dengan bertambahnya massa dari kecambah maka kecepatan cairannya
juga bertambah. Hal ini sesuai dengan dasar teori. Hal ini dikarenakan tumbuhan
yang memiliki massa tinggi berarti sel-sel juga semakin banyak serta semakin
banyak pula yang makanan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sel tersebut.
Sehingga untuk mengimbangi hal tersebut tumbuhan harus melakukan proses
respirasi yang lebih cepat agar pembongkaran energi yang kompleks menjadi
energi yang lebih sederhana lebih cepat sehingga asupan makanan tumbuhan dapat
terpenuhi dengan optimal.
Pada
pengamata kecepatan oksigen pada proses respirasi diperoleh suatu data, pada
pengamatan kelompok 1 didapatkan bahwa kecepatan oksigennya jika dilihat dari
grafik hasil perhitungan dengan menggunakan rumus (Vn-Vn-1)/10 yaitu grafiknya
merupakan suatu garis yang naik turun. Ini menunjukkan bahwa berat tumbuhan
seiring dengan interval yang ada tidak berpengaruh pada proses respirasi. Hasil
pengamatan ini tidak sesuai dengan dasar teori yang mengatakan bahwa semakin
berat tumbuhan maka semakin cepat proses respirasinya. Hal ini dikarenakan
semakin berat tumbuhan massa semakin banyak sel yang menyusunnya, sehinga
semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi. Untuk
mengimbangi hal tersebut maka tumbuhan yang memiliki massa relatif tinggi
melakukan respirasi yang semakin cepat. Sedangkan jika dilihat pada hasil
pengamatan berat kecambah 3 gram, 6 gram serta 9 gram grafik kecepatannya naik
turun sehingga hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan dasar teori.
Pada
hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh kelompok 2 didapatkan bahwa grafik
yang didapatkan dari hasil perhitungan dengan rumus (Vn-Vn-1)/10 didapatkan
hasil bahwa kecepatan penggunaan oksigennya seiring dengan bertambahnya
interval waktu pada berat kecambah 3 gram, 6 gram serta 9 gram tidak
berpengaruh pada proses respirasi tumbuhan. Hal ini terlihat dari garis pada
grafik yang naik turun. Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori. Berdasarkan
dasar teori, Semakin berat tumbuhan maka semakin cepat pembentukan oksigennya.
Hal ini dikarenakan agar oksigen yang dihasilkan lebih banyak sehinga proses
respirasi untuk memecah glukosa berlangsung lebih cepat sehingga kebutuhan
tumbuhan akan asupan energi dapat terpenuhi.
Pada
hasil pengamatan kelompok 3 didapatkan hasil bahwa perhitungan kecepatan
oksigen dalam proses respirasi didapatkan suatu grafik yang juga naik turun.
Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori. Seharusnya seiring bertambahnya massa
pada berbagai interval kecepatan pembentukan oksigennya mengalami kenaikan.
Semakin berat tumbuhan maka semakin cepat pembentukan oksigennya. Hal ini
dikarenakan agar oksigen yang dihasilkan lebih banyak sehinga proses respirasi untuk
memecah glukosa berlangsung lebih cepat sehingga kebutuhan tumbuhan dapat
terpenuhi.
Pada
hasil pengamatan kelompok 4 didapatkan hasil bahwa grafik yang terbentuk dari
hasil perhitungan kecepatan penggunaan oksigen didapatkan bahwa grafik
membentuk suatu garis yang posisinya naik turun. Hal ini tidak sesuai dengan
dasar teori. Seharusnya garisnya merupakan suatu garis lurus yang posisinya
semakin naik seiring dengan pertambahan interval dan berat massa. Kenaikan
garis tersebut dikarenakan tumbuhan yang memiliki massa yang tinggi maka sel
yang hidup dalam tumbuhan tersebut juga semakin tinggi sehingga semakin banyak
energi yang dibutuhkan. Untuk mencukupi hal tersebut tumbuhan melakukan proses
respirasi yang semakin cepat agar kebutuhan tumbuhan akan energi dapat
terpenuhi
Pada
hasil pengamatan kelompok 5 didapatkan hasil bahwa grafik yang terbentuk dari
hasil perhitungan kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi yaitu
semakin berat massa tumbuhan maka semakin cepat penggunaan oksigennya. Hal ini
sesuai denga dasar teori. Jika dilihat dari grafik, kecepatan penggunaan
oksigen pada berat 3 gram lebih rendah dari kecambah dengan berat 6 gram,
begitu juga kecepatan penggunaan oksigen pada kecambah dengan berat 6 gram
lebih rendah dari pada kecambah dengan berat 9 gram. Semua ini dikarenakan pada
proses respirasi, oksigen semakin cepat digunakan untuk memecah glukosa menjadi
molekul yang lebih sederhana. Karena pada tumbuhan yang memiliki massa yang
berat terdiri dari lebih banyak sel dari pada tumbuhan yang memiliki massa
ringan. Maka pemecahan glukosanya harus lebih cepat sehingga oksigennya yan
dibutuhkan juga harus lebih cepat dan banyak. Maka dari itu tumbuhan yang
memilki massa tinggi maka kecepatan penggunaan oksigennya juga tinggi. Hal ini
terlihat pada pengamatan dimana gerak eosin semakin cepat mendekati tabung
diamana kecambah diletakkan.
Pada
hasil pengamatan kelompok 6 didapatkan bahwa grafik yang terbentuk dari hasil
perhitungan kecepatan penggunaan oksigen didapatkan bahwa garis pada grafik
naik turun baik pada grafik dengan berat kecmabh 3 gram, 6 gram maupun 9 gram.
Hal ini tentunya tidak sesuai dengan dasar teori. Karena berdasarkan dasar
teori garai yang terbentuk harus merupakan garis lurus dimana seiring
bertambahnya massa maka kecepatan penggunaan oksigen semakin tinggi. Hal ini
kemungkinan dapat terjadi dikarenakan praktikan melakuka kesalahan pada saat
pembacaan skala cairan eosin pada pipa kapiler. Selain itu juga kemungkinan
juga dikarenakan pada persambungan antara pipa kapiler tan tabung terjadi
kebocoran, sehingga sebagian oksigen keluar.
Pada
hasil pengamatan kelompok 7 didapatkan hasil bahwa grafik yang terbentuk
merupakan garisnya naik turun. Sehingga disini sering dengan pertambahan
interval maupun pertambahan massa dari kecmabah tidak berpengaruh pada
kecepatan penggunaan oksigennya. Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori.
Seharusnya semakin berat massa suatu tumbuhan maka kebutuhan akan oksigen
semakin besar pula sehingga semakin cepat pula pergerakan cairan tiap menitnya.
Pada
hasil pengamatan ketidaksesuaian antara dasar teori dan hasil pengamatan dapat
terjadi kemungkinan karena beberapa faktor yaitu:
1. Kesalahan
praktikan dalam membaca skala pda pipa kpiler
2. Terjadi
kebocoran pada malam sehingga sebagian oksigen keluar
3. Kadar
02 yang berbeda pada tiap tabung respirometer
4. Serta
temperatur yang ada disekitas area praktikum yang serin berubah-ubah
5.
Beberapa faktor
yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme antara lain:, bobot dari
tumbuhan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta
cahaya juga mempengaruhi rata-ratarespirasi tumbuhan. Selain itu juga respirasi
tumbuhan juga dipengaruhi oleh temperatur,, kadar 02 di udara, serta persediaan
air.
VI.
PENUTUP
1.
Dari hasil pengamatan pada praktikum
terbukti bahwa kecambah melakukan proses respirasi, yang dibuktikan dengan
bergeraknya cairan eosin pada pipa kapiler menuju tabung respirometer dimana
kecambah diletakkan.
2.
Semakin berat suatu tumbuhan maka
semakin tinggi pula kecepatan penggunaan oksigen. Hal ini dikarenakan semakin
berat suatu tumbuhan maka semakin banyak sel-sel penyusun tumbuhan tersebut
yang membutuhkan oksigen untuk proses respirasi, memecah karbohidrat menjadi molekul
yang lebih sederhana.
3.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
respirasi pada tumbuhan antara lain berat tumbuhan, keadaan lingkungan sekitar
tumbuhan (faktor abiotik) seperti tempertur, kadar 02 udara, persediaan air
serta cahaya.
DAFTAR
PUSTAKA
Azizah, Subagyo, dan Rosanti. 2007. Pengaruh Air Terhadap Laju Respirasii
Tanah Tambah Pada Penggunaan Katul Padi Sebagaipriming Agent. Jurnal Ilmu Kelautan. ISSN 0853-7291.
Vol. 12 (2): 67-68.
Azkab dan Muchtar. 1998. Seberapa Jauh Peranan Oksigen Dilaut?. Jurnal Oseana. ISSN0216-1877. Vol. XXIII
(1): 9.
Campbell Reece, Mitchell. 2006. Biologi
Jilid 2 Ed. 5. Surabaya: Erlangga
Dwidjoseputro. 1985. Biologi. Erlangga.
Jakarta.
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Lestari, Solichatun, dan Sugiyarto. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil,
Dan Laju Respirasi Tanaman Garut (Maranta
Arundinacea L.) Setalah Pemberian Asam Giberelat (GA3). Jurnal Bioteknologi. ISSN: 0216-6887.
Vol. 5 (1): 2.
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah
Tropik. PT Gramedia. Jakarta.
Mulyani, Sri 2008. Anatomi Tumbuhan.
Surabaya. Kanisius
Puspitaningrum, Izaati, dan Haryati. 2012. Produksi Dan Konsumsi Oksigen
Terlarut Oleh Beberapa Tumbuhan Air. Jurnal
Produksi Dan Konsumsi Oksigen. Vol . XX (1): 48
Waluyo,
Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember :
Jember University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar