Laman

Sabtu, 25 Januari 2014

Peranan gelombang cahaya dalam fotosintesis



I.         Judul      
1.1  Peranan gelombang cahaya dalam fotosintesis
II.      Tujuan   
2.1  Mengetahui peranan cahaya dalam fotosintesis
III.   Dasar teori
Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi. Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam mikron (Tjasjono, 1995: 55).
            Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai penerang. Sedangkan bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya matahari dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO dan air untuk membentuk karbohidrat. Lebih lanjut, adanya sinar matahari merupakan sumber dari energi yang menyebabkan tanaman dapat membentuk gula. Tanpa bantuan dari sinar matahari, tanaman tidak dapat memasak makanan yang diserap oleh tanah, yang mengakibatkan tanaman menjadi lemah atau mati (AAK, 1983:18).
Tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman. Hanya cahaya tampak saja yang dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan fotosintesisnya. Cahaya itu disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity Radiation) dan mempunyai panjang gelombang 400 mili mikron sampai 750 mili mikron. Tanaman juga memberikan respon yang berbeda terhadap tingkatan pengaruh cahaya yang dibagi menjadi tiga yaitu,  intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran. Pengaruh unsur cahaya pada tanaman tertuju pada pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanggapan tanaman terhadap cahaya ditentukan oleh sintesis hijau daun, kegiatan stomata ( respirasi, transpirasi), pembentukan anthosianin, suhu dari organ-organ permukaan, absorpsi mineral hara, permeabilitas, laju pernafasan, dan aliran protoplasma (Jumin 2008: 8-9).
Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai hijau daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya mempercepat pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan oleh radiasi matahari (Tjasjono 1995:190).
            Radisasi matahari merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman yang mempunyai hijau daun, karena dapat dikatakan bahwa produksi tanaman dipengaruhi oleh tersedianya sinar matahari. Akan tetapi pada umumnya terjadi fluktuasi hasil panen (hasil fotosintesis) dari tahun ke tahun, hal tersebut dikarenakan faktor-faktor lain seperti curah hujan, suhu udara, hama penyakit dan lainnya turut mempengaruhi hasil panen (hasil fotosintesis) (Tjasjono, 1995:55).
           Secara teoritis, semakin besar jumlah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis. Sebagian besar tanaman dari daerah sedang adalah fotoperiodik. Namun demikian, di daerah ekuator, panjang siang hari pada setiap bulan menunjukkan perbedaan yang kecil sehingga pengaruh kuantitas atau lamanya penyinaran matahari dalam satu hari tidak mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan tanaman secara signifikan. Respon fotoperiodik memungkinkan tanaman untuk mengatur waktu bagi pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan untuk membentuk bunga agar tetap tegar menghadapi perubahan musim di dalam lingkungannya. Bila satu tanaman dipindahkan ke daerah dengan garis lintang berbeda, maka akan menghentikan fasenya dan tanaman tersebut dapat mati, misalnya karena berusaha tumbuh secara vegetatif pada musim dingin atau musim semi (Fitter dan Hay, 1991: 52-53).
Intensitas cahaya matahari menunjukkan pengaruh primer pada fotosintesis, dan pengaruh sekundernya pada morfogenetik. Pengaruh terhadap morofogenetik hanya terjadi pada intensitas rendah. Pengaruh tanaman dalam kaitannya dengan intensitas cahaya salah satunya adalah penempatan daun dalam posisi di mana akan diterima intersepsi cahaya maksimum. Daun yang menerima intensitas maksimal adalah daun yang berada pada tajuk utama yang terkena sinar matahari (Fitter dan Hay, 1991:54).
Widiastuti et al. (2004:39) menyatakan “Meningkatnya pemberian intensitas cahaya dari 55%, menjadi 75% sampai dengan 100% diikuti dengan semakin lambatnya pemunculan cabang pada tanaman krisan, yang ditunjukkan oleh jumlah hari pengamatan yang banyak. Hal ini disebabkan sifat tanaman krisan sendiri yang selalu tumbuh tinggi bila mendapatkan intensitas cahaya matahari yang banyak. Intensitas cahaya tinggi berpengaruh terhadap aktivitas auksin pada meristem apikal. Apabila intensitas cahaya tinggi maka aktivitas auksin meningkat pula, sehingga mengakibatkan tanaman krisan tumbuh tinggi.
Perlakuan intensitas cahaya yang diturunkan dari 100% menjadi 75% diikuti dengan peningkatan jumlah cabang tanaman krisan. Hal ini dikarenakan dengan intensitas cahaya tinggi, tanaman krisan tumbuh tinggi, sehingga hasil fotosintesis yang digunakan untuk pembentukan cabang sedikit, akibatnya jumlah cabang sedikit. Pada intensitas cahaya 75%, jumlah cabang yang terbentuk banyak, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan intensitas cahaya 55%. Peningkatan intensitas cahaya sampai 75% meningkatkan proses fotosintesis pada tanaman krisan, karena cahaya matahari merupakan sumber energi bagi fotosintesis (Lakitan, 1993). Hasil fotosintesis akan  ditranslokasikan keseluruh jaringan tanaman melalui pembuluh floem, selanjutnya energi dari hasil fotosintesis tersebut akan mengaktifkan pertumbuhan tunas, sehingga jumlah cabang meningkat.”
Fotosintesis digerakkan oleh energi matahari (photon). Dari keseluruhan cahaya yang terpancar, hanya 0,5-3,5 % saja yang diserap daun untuk fotosintesis. Cahaya matahari ditangkap daun sebagai foton. Sinar radiasi matahari mampu diserap tanaman hanyalah cahaya tampak dg panjang gelombang 400-700 nm. Cahaya yang diserap daun 1-5% untuk fotosintesis, 75-85% untuk memanaskan daun dan transpirasi. (Lakitan, 2004: 68).
Organ utama tumbuhan tempat berlangsungny fotosintesis adalah daun. Tumbuhan menangka cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas, dimana fotosintesis berlangsung tepatnya pada bagian stroma. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilka di daun Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu reaksi terang  karena memerlukan cahaya  dan reaksi gelap tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida  (Salisbury dan Ross 1995: 123).
Terdapat perbedaan morfologi daun yang berhubungan dengan proses fotosintesis: ketebalan daun, kloroplas, anatomi daun, dan enzim siklus Calvin. perubahan ini di respon tumbuhan dengan laju fotosintesis turun, berfotosintesis dengan laju tinggi walaupun dengan cahaya rendah, titik kompensasi cahayanya sangat rendah sehingga pertumbuhannya sangat lambat (Salisbury dan Rose, 1991: 125).
Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan dengan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi (Hanum, 2008: 156).
Cahaya matahari (radiasi surya) mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui tiga sifat yaitu intensitas cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan lamanya penyinaran (panjang hari). Pengaruh ketiga sifat cahaya tersebut terhadap pertumbuhan tanaman adalah melalui pembentukan klorofil, pembukaan stomata, pembentukan antocyanin (pigmen merah) perubahan suhu daun atau batang, penyerapan hara, permeabilitas dinding sel, transpirasi dan gerakan protoplasma (Hanum, 2008: 163).
Sel tumbuhan hijau, selain klorofil mengandung karotenoid. Molukel-molukel ini juga merupakan pigmen, mempunyai warna yang berkisaran antara merah dan kuning. Cahaya yang di serap paling kuat dibagian biru dan sprektum yang tampak. Karatenoid acap kali merupakan pigmen dominan pada bunga dan buah (Sugiri, 1998: 145).
Kualitas cahaya berpengaruh berbeda terhadap proses-proses fisiologi tanaman. Tiap proses fisiologi  di dalam respon terhadap kualitas cahaya juga berbeda-beda sehingga di dalam menganalisis komposisi cahaya untuk tiap-tiap proses fisiologi tersebut sangat sukar. Tiap-tiap spesies tanaman juga mempunyai tanggapan yang berbeda-beda terhadap tiap kualitas cahaya. Radiasi energi yang diterima oleh bumi dari matahari berbentuk gelombang elektromagnetik yang bervariasi panjangnya yaitu dari 5000-290 milimikron. Rangkaian spektrum matahari ini dapat dikelompokan berdasarkan panjang gelombangnya. Cahaya mempunyai sifat gelombang dan sifat partikel.
Cahaya hanya merupakan bagian dari energi cahaya yang memiliki panjang gelombang tampak bagi mata manusia sekitar 390-760 nanometer. Sifat partikel cahaya biasanya diungkapkan dalam pernyataan bahwa cahaya itu datang dalam bentuk kuanta dan foton, yaitu paket energi yang terpotong-potong dan masing-masing mempunyai panjang gelombang tertentu. Cahaya memberikan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman/pohon secara langsung melalui tumbuhan hijau atau melalui organisme lain, hal ini tergantung kepada zat-zat organik yang disintesa oleh tumbuhan hijau. Kualitas cahaya berkaitan erat dengan panjang gelombang, dimana panjang gelombang ungu dan biru mempunyai foton yang lebih berenergi bila dibanding dengan panjang gelombang jingga dan merah. Kualitas cahaya dibedakan berdasarkan panjang gelombang menjadi.
1.      Panjang gelombang 750-626 mu adalah warna merah.
2.      Panjang gelombang 626-595 mu adalah warna orange/jingga.
3.      Panjang gelombang 595-574 mu adalah warna kuninga.
4.      Panjang gelombang 574-490 mu adalah warana hijau.
5.      Panjang gelombang 490-435 mu adalah warna biru.
6.      Panjang gelombang 435-400 mu adalah warna ungu.
Semua warna-warni dari panjang gelombang ini mempengaruhi terhadap fotosintesis dan juga mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan pohon baik secara generatif maupun vegetatif, tetapi kuning dan hijau dimanfaatkan oleh tanaman sangat sedikit, panjang gelombang yang paling banyak diabsorbsi beada di wilayah violet sampai biru dan orange sampai merah. Variasi harian dan variasi musiman tidak hanya mempengaruhi masukan energi, tetapi juga suatu masukan faktor periode yang penting. Panjang siang hari pada waktu yang berbeda dalam satu tahun, untuk organisme yang non tropis dan merupakan indikator yang paling dapat dipercaya dan sebagian besar tanaman bersifat fotoperiodik. Irradiasi langsung pada dini hari dan senja hari mengandung banyak radiasi panjang gelombang yang disebabkan oleh celah atmosfer yang lebih panjang dan berakibat penghamburan gelombang pendek.
Cahaya dengan kualitas yang berbeda-beda ditemukan dalam dua keadaan terestial bumi ini : di bawah kanopi daun dan di daerah dengan altitut tinggi. Pada daerah yang memiliki altitut tinggi, terjadi radiasi dengan penambahan jumlah sinar utra-violet (UV). Di daerah yang altitutnya lebih rendah, UV disaring oleh atmosfir terutama oleh oksigen dan ozon (Fitter dan Hay, 1991: 57-60).
Menurut Setyowati (2011:221) menyatakan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit Rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Intensitas cahaya penuh, tanpa naungan (N0, dengan rataan intensitas cahaya 39300 lux) dapat mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan bibit rosela secara nyata, terlihat pada semua parameter yang diamati lebih tinggi (rataan tinggitanaman 68,79 cm, jumlah daun 37,92 helai, diameter batang 6,08 mm, panjang akar 24,09 cm, jumlah akar 24,08, berat kering tanaman 9,24 gram, berat kering akar 2,05 gram, dan indeks mutu bibitnya 0,67) dari pada naungan 25% (N1, dengan rataan intensitas cahaya 16430 lux), dan naungan 50% (N2, dengan rataan intensitas cahaya 5867 lux). Dari hasil pengamatan tampak parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang meningkat secara jelas dengan meningkatnya intensitas penyinaran matahari atau sebaliknya yaitu semakin bertambahnya naungan terlihat pertumbuhan bibit semakin menurun. Bahkan pada penggunaan naungan tinggi N2 (50%) bibit rosela setelah tanam 1 bulan sudah tidak tumbuh lagi, hanya beberapa bibit yang bertahan hidup, kemudian secara bertahap bibit mati, dan pada akhir pengamatan (umur 6 bulan) tidak satu-pun bibit yang dapat bertahan hidup.
Bagian cahaya matahari yang terlihat oleh mata manusia adalah yang berpanjang gelombang 400 nm hingga 700 nm. Bagian cahaya yang terlihat oleh mata manusia itulah yang diubah oleh tanaman menjadi energi kimia dalam proses fotosintesis, sehingga disebut cahaya fotosintesis atau Photosynthetically Active Radiation (PAR). Pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh kelembaban. Apabila kelembaban lingkungan berada di luar batas, maka tanaman akan terganggu pertumbuhannya. Setiap golongan tanaman memerlukan kelembaban udara yang berbeda-beda untuk perkembangan optimalnya. Untuk kebanyakan tanaman, kelembaban nisbi yang dibutuhkan sekitar 80% (Hariadi, 2007:83).
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti menyusun. Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda.
Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai membran luar dan membran dalam. Membran dalam mengelilingi suatu stroma yang mengandung enzim-enzim tang larut dalam struktur membran yang disebut tilakoid. Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air (H2O), konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya. Tetapi yang menjadi faktor utama fotosintesis agar dapat berlangsung adalah cahaya, air, dan karbondioksida (Lakitan B. 1996 : 56).









IV.   Metode Penelitian

4.1  Alat dan Bahan
-Alat
1. Gelas piala ukuran 1000 ml yang berisi 300 ml air
2. Bunsen
3. Silet
4. Penjepit kertas
5. Botol semprot
6. Gelas piala ukuran 500 ml
7. Cawan petri (diameter 9-10 cm)
8. Pipet tetes
9. Pinset
10. Gunting

-Bahan
1. Kertas manila hitam
2. Plastik transparansi warna biru tua, merah, dan bening
3. Daun singkong (Manihot utillisima)
4. Daun jambu (Psidium guajava)
5. Alkohol 70 %
6. Air
7. Larutan I2 pekat dalam alkohol
8. Kantong plastik (Polybag)










4.2 
Satu minggu sebelum percobaan dilaksanakan, memilih tanaman yan telah memiliki 3-4 daun trifoliate dan memilih daun yang sehat. Menentukan 4 lembar daun yang akan diberi perlakuan.
Langkah Kerja


Menyiapkan ethanol mendidih dengan cara menepatkan gelas piala ukuran 1000 ml yang telah berisi air 300 ml diatas bunsen. Menempatkan gelas piala ukuran 500 ml  yang telah berisi  100 ml etanol 70 % kedalam gelas piala 1000 ml tersebut. Menyalakan bunsen dan menunngu ethanol mendidih
Menempelkan tiap pasangan plastik atau kertas tersebut pada tiap daun yang telah dipilih sedemikian rupa sehingga lembar daun berada diantara dua potong palstik atau kertas serta menjepit daun yang telah terbungkus tersebut dengan penjepit kertas.
Pada hari percobaan, mengambil daun yang telah ditempeli potongan plastik atau kertas  serta tidak melepas potongan plastik dari daun sampai daun direbus dalam alkohol. Memberi tanda pada masing-masing daun untuk  mencirikan warna plastik atau kertas yang ditempel pada daun.
Menggambar masing-masing daun diatas kertas dan menentukan posisi kertas atau plastik pembungkus daun.
Meletakkan tanaman pada daerah yang mempunyai cahaya penuh dan membiarkan sampai percobaan dilakukan satu minggu kemudian.
Mengambil tiga pasang potongan plastik transparansi masing-masing berwarna biru, merah, dan bening (tidak berwarna), serta  sepasang kertas manila hitam dan memotong plastik – plastik tersebut dengan ukuran 2,5 x 5,0 cm.
 





























Jika daun telah berwarna putih , mengangkat daun dengan hati-hati dengan pinset. Meletakkan tiap daun pada cawan petri yang berbeda. Mencuci daun dengan akuades dan menambahkan lebih banyak akuades sampai daun terendam. Mematikan bunsen.
Mengamati bagian daun yang berubah menjadi warna ungu kehitaman dan menggambarkan hasil pengamatan.
Menggambar daun sebelum direbus dalam etanol 70 % dan menunjukkan posisi kertas atau plastik dari masing-masing warna.
Menggambar daun setelah direbus di dalam etanol 70 % dan menunjukkan posisi terbentuknya warna.
Membuat  laporan hasil pengamatan
Meneteskan bebrapa tetes larutan iodin pekat ke dalam cawan petri yang telah berisi daun terendam air samapai air mendidih berwarna merah.
 























4.3  Hasil Pengamatan
Jenis plastik transparansi
Keterangan
Plastik  karbon
-          Bagian ujung dan pangkal terdapat amilum
-          Bagian tengah yang ditutupi plastik tidak terdapat amilum
Plastik transparansi merah
-          Amilum menyebar diseluruh bagian daun
Plastik transparansi kuning
-          Pada bagian tengah yang ditutupi plastik warna daun terlihat pucat dan tidak terdapat amilum
-          Pada bagian ujung dan pangkal terdapat amilum
Plastik transparansi bening
-          Amilum menyebar diseluruh permukaan daun
Plastik transparansi biru
-          Amilum menyebar diseluruh permukaan daun
Plastik transparansi hijau
-          Amilum menyebar diseluruh permukaan daun
V.      Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul “Percobaan fotosintesis” dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peranan cahaya dalam fotosintesis. Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti menyusun. Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Lakitan, 1996:56).
Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan daun Manihot utillisima. Daun tersebut satu minggu sebelum praktikum bagian permukaan daun ditutupi dengan 6 plastik transparan yang berbeda warnanya yakni plastik karbon hitam, plastik transparan merah, kuning, bening,  biru, serta hijau. Setelah daun ditutupi dengan plastik trasnparan dengan ukuran kira-kira 2,5 x 5 cm pada hari dimana percobaan akan dilakuka,  daun tersebut diambil dengan tidak  melepas plastik transparannya. Hal ini bertujuan agar daun benar-benar murni tidak terdedah oleh cahaya kecuali cahaya yang berasal dari plastik transparan tersebut. Setelah itu daun-daun tersebut diberi tanda pada bagian tepinya untuk lebih mengingat warna trasnsaparan yang bagian mana yang menutupi daun-daun tersebut. Jadi setiap warna plastik transparan memiliki tanda yang berbeda. Selain tanda untuk warna plastik transparan. Praktikan juga memberi tanda untuk kelompok pada bagian tepi daun. Hal ini bertujuan agar daun tidak tertukar dengan daun pada kelompok yang lain.
Setelah daun diberi tanda selanjutnya daun dididihkan dengan cara menempatkan gelas piala ukuran 1000 ml yang telah berisi air 300 ml diatas bunsen. Dengan hati-hati praktikan menempatkan gelas piala ukuran 500 ml yang telah berisi 100 ml etanol 70 %  ke dalam gelas piala 1000 ml tersebut. Praktikan tidak meletakkan gelas piala yang berisis etanol langsung diatas bunsen dikarenakan etanol mudah terbakar. Setelah itu praktikan menunggu hingga etanol mendidih.
Setelah etanol mendidih praktikan melepaskan plastik-plastik transparan yang berwarna-warni, setelah itu memasukkan daun dalam etanol medidih menggunakan pinset. Fungsi etanol dalam praktikum ini yaitu untuk mengekstrak pigmen daun sehingga nantinya akan diketahui bagian daun yang mana yang melalukan fotosintesis serta bagain daun yang mana yang tidak melakukan fotointesis. Karena daun yang tidak melakukan fotosintesis jika dididihkan dalam ethanol akan berwarna pucat.
Jika daun telah berwrna putih atau pucat, praktikan mengangkat daun tersebut dengan hati-hati menggunakan pinset. Setalah itu daun dimasukkan dalam cawan petri yang berbeda yang telah berisi air. Tujuannya yaitu untuk membersihakan sisa-sisa etanol pada daun serta agar daun lebih cepat dingin. Setelah itu daun diangkat dari aquades kemudian ditetesi dengan iodin. Iodin ini berfungsi untuk mengetahui pada bagian daun yang manakan yang mengandug pati atau amilum. Hal ini dikarenakan bagian yang mengandung pati berarti daun tersebut melakukan fotosintesis. Warna daun yang mengandung pati jika ditetesi dengan iodin akan berwarna ungu kehitaman. Setelah itu praktikan menggambar daun pada kertas HVS yang berbeda agar perbedaan warna pada daun dapat terlihat jelas.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa daun yang ditutupi dengan plastik transparan berwarna hitam didapatkan bahwa pada bagin ujung dan pangkal daun berwana lebih gelap seperti biru keunguan, tapi pada bagian daun yang ditutupi dengan plastik trasnparan berwarna pucat. Hal ini menunjukkan bahwa pada bagian pangkal dan ujung daun mengandung amilum serta pada bagian tengah yang ditutupi plastik transparan tidak mengandung amilum. Ini menunjukkan bahwa hanya pada bagian yang tidak ditutupi plastik transaparanlah yang bisa melakukan fotosintesis. Serta pada bagain yang ditutupi plastik transparan berwarna hitam tidak bisa melakukan fotosintesis.
Hal itu bisa terjadi dikarekan daun yang tertutup kertas karbon berwarna hitam menghalangi spektrum warna lain untuk masuk ke dalam daun sehingga proses fotosintesis tidak terjadi. Adanya warna biru keunguan  pada bagian daun yang tidak tertutup kertas karbon berwarna hitam menunjukkan adanya timbunan pati yang merupakan hasil dari fotosintesis. Ini menunjukkan bahwa warna ketas karbon tidak dapat diserap oleh klorofil serta akan mengahalangi penyinaran cahaya oleh warna yang lain. Sehingga proses fotosintesis tidak dapat terjadi
Pada saat tanaman ditutupi dengan plastik transparan berwarna merah didapatkan hasil bahwa semua permukaan daun berwarna gelap ungu kebiruan yang berarti semua daun mengandung amilum. Hal ini menunjukkan bahwa semua bagian daun melalukan fotosisntesis meskipun pada bagian tengah daun ditutupi plastik trasnparan. Warna merah merupakan warna cahaya  yang mampu diserap klorofil tanaman. Hal ini dikarenakan warna cahaya ini merupakan warna cahaya tampak dengan rata-rata panjang gelombangnya adalah 400-700 nm. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada merah (650-700 nanometer). Hal ini terbukti pada hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa semua bagain daun mengandung amilum yang berari semua bagian daun melakukan fotosintesis.
Pada saat daun ditutupi dengan plastik transparan berwana kuning didapatkan hasil bahwa bagain yang ditutupi plastik transparan berwarna pucat sedangkan bagain yang tidak tertutpi plastik trasparan berwarna gelap keunguan. Hal ini berarti bagian daun yang ditutupi plastik tidak mengandung amilum yang menunjukkan bagian tersebut tidak melakukan fotosintesis sedangkan bagian daun yang tidak tertutupi plastik trasparan mengandun amilum yang berarti bagain daun tersebut melakukan fotosintesis.
Hal tersebut bisa terjadi dikarenkan warna kuning memiliki spekrum cahaya dengan panjang gelombang cahaya yang sangat pendek yakni dibawah 400-700 nm. Panjnag gelombang yang pendek ini tidak dapat diserap oleh klorofil sehingga proses pemerolehan energi untuk fotosintesis tidak didapatkan. Karena energi cahaya tidak dapat diserap oleh klorofil sehingga proses fotosintesis tidak bisa dilakukan. Warna daun yang pucat pada bagian yang ditutupi oleh plastik transparan kuning menunjukan bahwa bagian tersebut tidak bisa melakukan fotosintesis.
Pada saat daun ditutupi dengan plastik trasnparan berwarna bening dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua bagian daun berwarna pucat kebiruan. Hal ini berarti semua daun mengandung amilum hasil proses fotosintesis. Warna bening akan meneruskan penyinaran sinar matahari langsung ke daun. Sehingga meskipun daun ditutupi oleh plastik trasnparan bening, prose fotosintesis tidak tergannggu.
Pada saat daun ditutupi dengan plastik trasnpara berwarna biru dari hasil pengamatan didapatka bahwa semua bagian daun berwarna pucat kebiruan yang berarti semua bagian daun mengandung amilum yang merupakan hasil fotosintesis. Hal in menunjukkan bahwa meskipun daun ditutupi plastik transpara berwarna biru prose fotosintesis masih bisa dilakukan. Warna biru merupakan cahaya tampak yang nantinya akan digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya pada warna biru (400-450 nanometer) sehingga intenstas fotosintesis juga akan semakin tinggi. Akan tetapi warna daun yang ditutupi oleh plastik trasnparan berwarna merah daunnya berwarna lebih pucat yang berarti intensitas fotosintesis pada daun yang ditutupi plastik trasnparan berwarna merah lebih tinggi dari daun yang ditutupi plastik transparan biru. Hal ini dapat terjadi karena warna merah memiliki spektrum gelombang yang lebih panjang dari pada warna biru .
Pada saat daun ditutupi dengan plastik transparan berwarna hijau menunjukkan bahwa semua bagian daun berwarna pucat kebiruan yang berarti semua bagian daun mengandung amilum hasil fotosintesis. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun daun ditutupi oleh plastik transparan berwarna hijau proses fotosintesis tetap terjadi. Akan tetapi kepekatan warna daun yang ditutupi oleh plastik transparan berwarna hijau lebih rendah dari pada daun yang ditutupi oleh plastik transparan berwarna merah atau biru. Warna hijau merupakan salah satu warna yang masih bisa diserap oleh klorofil untuk proses fotosintesis dengan panjang gelombnag (500-600 nanometer).
Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) (Hanum, 2008: 156). Hal ini menunjukkan bahwa warna merah dan biru merupakan warna cahaya yang paling baik untuk terjadinya proses fotosintesis, sehingga semakin banyak penyinaran oleh cahaya yang berwarna merah atau biru berarti proses fotosintesisnya semakin optimal. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan dimana daun yang ditutupi plastik transparan berwarna merah dan biru warna daun lebih keungunan yang berarti lebih banyak mengandung pati hasil fotosintesis.
Kualitas cahaya berpengaruh berbeda terhadap proses-proses fisiologi tanaman. Tiap proses fisiologi  di dalam respon terhadap kualitas cahaya juga berbeda-beda sehingga di dalam menganalisis komposisi cahaya untuk tiap-tiap proses fisiologi tersebut sangat sukar. Tiap-tiap spesies tanaman juga mempunyai tanggapan yang berbeda-beda terhadap tiap kualitas cahaya.
Intensitas cahaya matahari menunjukkan pengaruh primer pada fotosintesis, dan pengaruh sekundernya pada morfogenetik. Pengaruh terhadap morofogenetik hanya terjadi pada intensitas rendah. Pengaruh tanaman dalam kaitannya dengan intensitas cahaya salah satunya adalah penempatan daun dalam posisi di mana akan diterima intersepsi cahaya maksimum. Daun yang menerima intensitas maksimal adalah daun yang berada pada tajuk utama yang terkena sinar matahari (Fitter dan Hay, 1991:54).







VI.             Penutup

6.1  Kesimpulan
-          Spektrum cahaya yang paling baik dan berguna pada fotosintesis adalah cahaya merah dan biru, karena memiliki spektrum gelombang relatif panjang dengan warna-warna yang lain yakni merah (650-700 nanometer)  dan warna biru  (400-450 nanometer).
-          Pada daun dengan kertas karbon tidak terjadi fotosintesis . Hal ini dikarekana cahaya matahari terhalangi oleh kertas karbon, sehingga daun tidak bisa menyerap cahaya.
-          Pada daun mika bening fotosintesis terjadi dengan maksimal karena spektrum biru dan merah dapat diteruskan ke daun .
-          Pada daun yang ditutupi mika kuning tidak warnanya pucat yang berarti daun tidak mengalami fotosintesis. Hal ini dikarenkan warna kuning memiliki panjang gelombnag pendek sehingga cahayanya tidak dapat diserah oleh klorofil.
-          Daun yang ditutupi oleh plastik trasnparan berwarna hijau masih bisa berwana fotosintesis. Hal ini terbukti dari bahwa semua bagian daun mengandung amilum hasil fotosintesis. Akan tetapi kepakatan warna daun lebih rendah dari pada daun yang ditutupi plastik transparan biru dan merah. Hal ini dikarenkan warna hijau memiliki panjang gelombnag yang lebih pendek sehingga proses fotosintesis juga tidak terlalu maksimal.













DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius

Fitter A.H. dan Hay R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Hanum, Chairani. 2008. Teknik media tanam jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan           Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
            Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Hariadi, Toni K. 2007. Sistem Penegendali Suhu, Kelembapan Dan Cahaya Dalam Rumah Kaca. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika.Vol. 10 (1). 82-93.

Jumin, H.B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Lakitan B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan Jilid 3. Bandung:Penerbit ITB

Setyowati, Ninik. 2011. Pengaruh Intensitas Cahaya Dan Media Tanaman Terhadap Pertumbuhan Bibit Rosella. Jurnal Agrivigo. ISSSN 1412-2286. Vol. 10 (2). 221

Sugiri, Nawangsari. 1998. Biologi. Bandung: Erlangga.


Tjasjono Bayong. 1995. Klomatologi Umum. Bandung: Penerbit ITB

Widiastuti, L., Tohari, Sulistyaningsih, E., 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya Dan Kadar Daminosida Terhadap Iklim Mikro Dan Pertumbuhan Tanaman Krisan Dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 11 (2):39




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar