I.
Judul
1.1 Korelasi
Pembentukan Oksigen Dan Berat Tumbuhan Air Dalam Proses Fotosintesis
II. Tujuan
2.1
Untuk mengetahui hubungan terbentuknya oksigen dan berat tumbuhan air pada
prose fotosintesis
III. Dasar Teori
Menurut
Puspitaningrum et al. (2012:47),
Tumbuhan air efektif meningkatkan kadar oksigen dalam air melalui proses
fotosintesis. Akan tetapi, tumbuhan air berperan sebagai pengguna oksigen
terbesar melalui respirasi. Pengetahuan produksi dan konsumsi oksigen oleh Hydrilla
verticillata Royle, Ceratophyllum demersum, Eichhornia crassipes Solms,
Salvinia molesta All, dan Lemna minor sangat diperlukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan konsumsi oksigen oleh
tumbuhan air tersebut, serta mengetahui jenis yang paling potensial dalam
mensuplai oksigen. Rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata produksi oksigen paling tinggi adalah Ceratophyllum
demersum yaitu sebesar 0,9 mg/L, sementara paling rendah adalah Salvinia
molesta All dengan rata-rata produksi oksigennya negatif yaitu -0,58 mg/L
artinya spesies tersebut tidak memproduksi oksigen ke dalam air tetapi justru
mengkonsumsi oksigen di dalam air. Konsumsi oksigen paling banyak oleh Hydrilla
verticillata Royle sebesar 1,43 mg/L, yang paling rendah oleh Ceratophyllum
demersum sebesar 0,12 mg/L. Jenis tumbuhan air yang paling potensial
menghasilkan oksigen adalah Ceratophyllum demersum karena memproduksi
oksigen paling banyak dan mengkonsumsi oksigen paling sedikit Kata kunci:
oksigen, konsumsi, produksi, tumbuhan air.
Tumbuhan air efektif meningkatkan kadar
oksigen dalam air melalui proses fotosintesis. Karbondioksida dalam proses
fotosintesis diserap dan oksigen dilepas ke dalam air. Menurut Boyd (1991) dalam
Izzati (2002: 123), proses fotosintesis mempunyai manfaat penting dalam
akuakultur, di antaranya adalah menyediakan sumber bahan organik bagi tumbuhan
itu sendiri serta sumber oksigen yang digunakan oleh semua organisme dalam
ekosistem perairan. Pengendalian jenis dan jumlah tumbuhan akuatik merupakan
salah satu cara untuk mengelola ekosistem perairan.
Oksigen
terlarut dalam air merupakan parameter kualitas aiy yang sanagt vital bagi
kehidupan organisme perairan. Konsentrasi oksigen terlarut cenderung
berubah-ubah sesuai dengan keadaan atmosfir. Sumber utama oksigen terlarut
dalam air adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis organisme yang
mempunyai korofil yang idup di perairan. Kecepatan difusi oksigen dari udara ke
dalam air berlangsung sangat lambat, oleh sebab itu, fitoplanton merupakan
sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut dalam perairan. Kelarutan
oksigen dalam air dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah suhu,
kadar garam (salinitas), pergerakan air di permukaan, luas daerah permukaan
perairan yang terbuka, tekanan atmosfir, dan persentase oksigen
disekelilingnya. Berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air dapat disebabkan
antara lain oleh naiknya temperatur dan salinitas, proses respirasi organisme
perairan, dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme (Muhajir,
2004: 2).
Oksigen adalah salah satu unsur kimia yang sangat
penting sebagai penunjang utama kehidupan berbagai organisme. Oksigen
dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat
organik menjadi zat an-organik oleh mikro organisme. Oksigen terlarut dalam air
berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis organisme berklorofil yang
hidup dalam suatu perairan dan dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi zat
hara yang masuk ke dalam tubuhnya. Adanya penambahan oksigen melalui proses fotosintetis
dan pertukaran gas antara air dan udara menyebabkan kadar oksigen terlarut
relatif lebih tinggi di lapisan permukaan. Dengan bertambahnya kedalaman,
proses fotosintesis akan semakin kurang efektif, maka akan terjadi penurunan
kadar oksigen terlarut sampai pada suatu kedalaman yang disebut“Compensation
Depth”, yaitu kedalaman tempat oksigen yang dihasilkan melalui proses
fotosintetis sebanding dengan oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi . Kadar
oksigen terlarut yang turun drastis dalam suatu perairan menunjukkan terjadinya
penguraian zat-zat organik dan menghasilkan gas berbau busuk dan membahayakan
organisme (Simanjuntak, 2007:60).
Fotosintesis
berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti
menyusun.Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa
kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah
matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu
dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum,
masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga
pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda.
Fotosintesis
merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini menggunakan energi dan
cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil yang terdapat dalam
kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai membran luar dan
membran dalam. Membran dalam mengelilingi suatu stroma yang mengandung
enzim-enzim tang larut dalam struktur membran yang disebut tilakoid. Proses
fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air (H2O),
konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya. Tetapi
yang menjadi faktor utama fotosintesis agar dapat berlangsung adalah cahaya,
air, dan karbondioksida (Lakitan B. 1996 : 56).
Berbeda
dengan organisme heterotrof, organisme autotrof menggunakan energi yang berasal
dari oksidasi dan zat-zat organik tertentu. Organisme yang demikian disebut
kemoautotrof, karena menggunakan zat – zat kimiawi dalam memproduksi senyawa
organik dari senyawa non-organik. Sedangkan peristiwa fotosintesis sendiri
dilakukan oleh organisme autotrof yang seringkali disebut dengan organisme
fotoautotrof, karena dalam proses pembentukan senyawa organiknya menggunakan
energi yang berasal dari cahaya matahari.
Fotosintesis
sering didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan karbohidrat dan
karbondioksida serta air yang dilakukan sel-sel yang berklorofil dengan adanya
cahaya matahari yang disebabkan oleh oksigen (O2). Ada juga yang mengartikan
fotosintesis dengan suatu peristiwa pengolahan atau pemasakan makanan yang
terjadi pada daun dengan bantuan cahaya matahari (Salisbury
dan Ross,1995 : 46).
Lambat cepatnya proses
fotosintesis ditentukan oleh :
1. Intensitas
cahaya, laju fotosintesis maksimal jika banyak cahaya.
2. Suhu,
enzim yang bekerja pada proses ini maksimal pada suhu yang diinginkannya.
3. Banyaknya
karbondioksida, semakin banyak semakin maksimal proses fotosintesis.
4. Banyaknya
air, semakin maksimal jika jumlah air banyak.
5. Tahapan
pertumbuhan, tumbuhan yang masih berkecambah menunjukan laju fotosintesis yang
maksimal dari pada tumbuhan yang dewasa (Sasmitaharja. 1996: 125).
Menurut
Effendi (2003: 56) sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen
yang terdapat di atmosfer dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air. Proses
respirasi tumbuhan air dan hewan serta proses dekomposisi bahan organik dapat
menyebabkan hilangnya oksigen dalam suatu perairan. Selain itu, peningkatan
suhu akibat semakin meningkatnya intensitas cahaya juga mengakibatkan
berkurangnya oksigen. Meningkatnya suhu air akan menurunkan kemampuan air untuk
mengikat oksigen, sehingga tingkat kejenuhan oksigen di dalam air juga akan
menurun. Peningkatan suhu juga akan mempercepat laju respirasi dan dengan
demikian laju pengunaan oksigen juga meningkat . Peningkatan suhu sebesar 1°C
meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%. Konsumsi oksigen dilakukan oleh
semua organisme melalui proses respirasi dan perombakan bahan organik.
Daun
merupakan bagian tanaman yang berperan penting pada fotosintesis, dan
respirasi. Molekul air diambil melalui akar, kemudian melalui proses
fotosintesis diubah menjadi gas oksigen yang dilepas ke udara melalui stomata
daun. Selain itu, dimana seluruh gas oksigen yang terbentuk berasal dari
molekul air dan dalam proses fotosintesis terbentuk molekul-molekul air yang
baru. Suplai oksigen paling rendah terjadi pada perairan yang diberi S.
molesta. Hal ini disebabkan karena akar S. molesta tidak mengandung
klorofil, sebab akarnya tidak berwarna hijau (Sutarmi, 1983: 235).
IV.
Metode
penelitian
4.1 Alat dan Bahan
-
Alat
1. Labu Erlenmeyer
2. Sumbat Gabus
berlubang
3. Pipa kapiler
berskala
4. Stopwatch
5. Timbanga
-
Bahan
1.
Hydrilla sp.
2.
Air jernih
4.2 Langkah Kerja
|
||||||
|
||||||
|
||||||
|
||||||
|
|
||||
|
||||
|
4.2 Hasil Pengamatan
Kel
|
Berat
|
Jarak
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
1
(terik)
|
5
gr
|
0,
41
|
0,41
|
0,43
|
0,45
|
0,46
|
0,49
|
0,52
|
0,55
|
058
|
0,61
|
10
gr
|
0,44
|
0,46
|
0,5
|
0,52
|
0,58
|
0,62
|
0,65
|
0,7
|
0,72
|
0,8
|
|
2
(teduh)
|
5
gr
|
0,46
|
0,44
|
0,42
|
0,42
|
0,42
|
0,41
|
0,41
|
0,41
|
0,40
|
0,40
|
10
gr
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
(terik)
|
5
gr
|
0,41
|
0,42
|
0,42
|
0,42
|
0,43
|
0,43
|
0,43
|
0,43
|
0,43
|
0,44
|
10
gr
|
0,44
|
0,5
|
0,52
|
0,55
|
0,58
|
0,61
|
0,69
|
0,75
|
0,8
|
0,88
|
|
4
(teduh)
|
5
gr
|
0,49
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
gr
|
0,37
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
5
(terik)
|
5
gr
|
0,41
|
0,42
|
0,45
|
0,49
|
0,52
|
0,55
|
0,58
|
0,6
|
0,64
|
0,66
|
10
gr
|
0,5
|
0,51
|
0,53
|
0,54
|
0,55
|
0,57
|
0,59
|
0,61
|
0,7
|
0,77
|
|
6
(teduh)
|
5
gr
|
0,26
|
0,26
|
0,26
|
0,27
|
0,27
|
0,27
|
0,27
|
0,27
|
0,27
|
0,27
|
10
gr
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang
berjudul “Proses Fotosintesis” bertujuan untuk mengetahui korelasi pembentukan
oksigen dan berat tumbuhan air dalam proses fotosintesis. Pada praktikum kali
ini praktikan menggunakan tumbuhan air Hydrilla
sp. yang dimasukkan dalam labu erlenmeyer yang sudah dihubungkan dengan pipa
kapiler. Pada persambungan antara labu erlenmeyer dan pipa kapiler ini dilapisi
dengan malan dengan tujuan agar tidar bocor yang menyebabkan oksigen hasil
fotosintesis dari Hydrilla sp. keluar
dari pipa sehingga nantinya menyebabkan hasil pengamatan tidak valid.
Langkah kerja yang dilakukan pada
praktikum kali ini yaitu yang pertma menimbang Hydrilla sp. dengan berat 5 gram serta 10 gram. Kemudian Hydrilla sp. yang sudah ditimbang
dimasukkan kedalam erlenmeyer berisi air penuh yang kemudian ditutup dengan
gabus berubang. Setelah itu melalui lubang tersebut kemudian praktikan
memasukkan pipa kapiler hingga mencapai dasar kemudian dilapisi dengan malan.
Tujuannya adalah agar oksigen hasil fotosintesis benar-benar dari tumbuhan Hydrilla sp. dan bukan dari udara luar.
Setelah itu memberi tanda pada air
yang berada dalam pipa kapiler. Tujuannya yaitu untuk mengetahui perubahan air
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Pada praktikum kali ini praktikan
melakukan 2 perlakuan yang pertama tumbuhan Hydrilla
sp. diletakka ditempat teduh sedangkan yang lain ditempat yang terik. Selama
praktikun, praktikan mengamati naiknya air pada pipa kapiler tiap menit sampai
10 kali. Setelah itu praktikan membandingkan kenaikan air pada Hydrilla sp. dengan berat 5 gram dan 10
gram serta kenaikan air Hydrilla sp.
pada saat diletakkan ditempat teduh dan
terik.
Dari
hasil pengamatan didapatkan bahwa tumbuhan yang diletakkan pada tempat terik
lebih lambat kenaikan airnya dari pada tumbuhan yang diletakkan ditempat yang
teduh. Hal ini dapat terlihat pada hasil pengamatan kelompok 1 dan 2 yang
beranya sama-sama 5 gram dimana kelompok 1 yang diletakkan ditempat terik
memiliki jarak kenaikan air yaitu 0,41, 0,41, 0,43,0,45, 0,46, 0,49, 0,52,
0,55, 0,58, 0,61 sedangkan pada kelompok 2 yang diletakkan ditempata teduh
memiliki jarak kenaikan air yaitu 0,46, 0,44, 0,42, 0,42, 0,42, 0,41, 0,41,
0,41, 0, 40, 0,40. Hal ini juga terlihat pada kelompok 3 dan 4 dimana kelompok
3 memilki jarak kenaikan air 0,41,0,42,0,42, 0,42, 0,43,0,43, 0,43, 0,43, 0,43,
0,44 sedangkan kelompok 4 memiliki jarak kenaikan 0,49 begitu juga dengan kelompok 5 yang memilki
jarak kenaikan air yaitu 0,41,0,42,0, 45, 0,49, 0,52, 0,55, 0,58, 0,6, 0,64,
0,66.
Hasil
pengamatan tersebut tidak sesuai dengan dasar teori. Seharusnya tumbuhan yang
diletakkan ditempat terik kenaikan air yang lebih cepat dari pada tumbuhan yang
diletakkan ditempat teduh. Hal ini dikarenakan tumbuhan yang diletakkan
ditempat terik akan lebih terpapar oleh cahaya matahari. Cahaya matahari
merupakan energi yang digunakan untuk proses
fotosintesis. Semakin tinggi paparan cahaya matahari menyebabkan proses
fotosintesis akan lebih optimal yang menyababkan oksigen hasil fotosintesis
juga akan semakin optimal. Kenaikan jumlah oksigen dapat terlihat dari kenaikan
air. Oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis akan mendorong air yang
berada dalam pipa untuk naik ke atas. Jadi semakin banyak oksigen maka air akan
semakin banyak terdorong ke atas sehingga ketinggian air akan bertambah.
Hasil pengamatan tersebut tidak
sesuai dengan dasar teori disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kemungkinan
malan yang melapisi antara erlenmeyer dan pipa kapiler tidak rapat sehingga
masih terdapat celah-celah diantara malan tersebut. Adanya celah ini
menyebabkan ada oksigen yang keluar dari pipa kapiler yang menyebabkan hasil
pengamatan tidak valid. Selain itu juga kemungkinan cahaya matahari yang ada
pada saat itu tidak terlau cerah (mendung) yang menyebabkan fotosintesis tidak
optimal.
Pada pengamatan pengaruh berat
tumbuhan terhadap oksigen hasil fotosintesis praktikan menggunakan 2 berat
tumbuhan yang berbeda yaitu yang pertama Hydrilla
sp. dengan berat 5 gram serta Hydrilla
sp. dengan berat 10 gram. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa tumbuhan Hydrilla sp. dengan berat 10 gram
memiliki jarak kenaikan air yang lebih tinggi dari tumbuhan Hydrilla sp. yang memiliki berat 5 gram.
Hal ini sesuai dengan dasar teori. Tumbuhan yang memiliki massa yang lebih
berat, memiliki sel-sel yang mengandung klorofil lebih banyak dari pada
tumbuhan yang memiliki massa sedikit. Klorofil yang banyak akan memacu untuk
terjadinya fotosintesis lebih cepat dan optimal sehingga oksigen hasil
fotosintesis juga akan banyak.
Hal
ini terlihat pada kelompok 1 dimana pada berat 5 gram memiliki kenaikan jarak
air yang lebih rendah pada pada tumbuhn dengan berat 10 gram yaitu 0,41, 0,41,
0,43,0,45, 0,46, 0,49, 0,52, 0,55, 0,58, 0,61 sedangkan pada berat 10 gram
memiliki kenaikan jarak air 0, 44, 0,46, 0,5, 0,52, 0, 58, 0, 62,0, 65, 0, 7,
0, 72 sera 0, 8. Hal ini juga terlihat pada kelompok 3 dimana kenaikan jarak
pada 5 gram yaitu 0,41,0,42,0,42, 0,42, 0,43,0,43, 0,43, 0,43, 0,43, 0,44
sedangkan pada berat 10 gram kenaikan jarak airnya lebih tinggi yakni 0, 44,
0,5, 0,52, 0,55, 0,58, 0, 61, 0, 69, 0,75, 0,8, 0,88. Pada pengamatan kelompok 5 juga sesuai dengan
dasar teori dimana berat tumbuhan Hydrilla
sp. 10 gram kenaikan jarak airnya lebih cepat dari pada kenaikan air tumbuhan Hydrilla sp. 5 gram. Yakni pada berat 5
gram memiliki kenaikan jarak air 0,41,0,42,0, 45, 0,49, 0,52, 0,55, 0,58, 0,6,
0,64, 0,66 sedangakan pada berat 10 gram memiliki kenaikan air 0,5. 0,51, 0,53,
0,54, 0,55, 0,57, 0,59,0, 61, 0,7,0,77.
Massa tumbuhan akan mempengaruhi
proses fotosintesis. Jika masaa atau berat tumbuhan semakin besar maka ini
menunjukkan bahwa semakin banyak sel-sel yang melakukan fotosintesis. Sel-sel
tumbuhan mengandung klorofil yng merupakan bahan baku dalam fotosintesis. Jadi
jika sel- sel mengandung banyak klorofil berari proses fotosintesis juga akan
semakin cepat dan hasil fotosintesis berupa oksigen juga akan semakin banyak.
Hal ini terbukti dari hasil pengamatan bahwa tumbuhan dengan 10 gram lebih
cepat kenaikan airnya daripada tumbuhan dengan berat 5 gram.
VI. Kesimpulan
1. Massa
tumbuhan akan mempengaruhi proses fotosintesis. Jika masaa atau berat tumbuhan
semakin besar maka semakin banyak sel-sel yang melakukan fotosintesis. Sehingga
hasil-hasil fotosintes berupa okisgen juga akan terbentuk lebih banyak dari
pada tumbuhan yang memiliki massa sedikit.
2. Hasil
pengamatan sesuai dengan dasar teori bahwa tumbuhan dengan 10 gram lebih cepat
kenaikan airnya daripada tumbuhan dengan berat 5 gram.
3. Tumbuhan
yang diletakkan di tempat terik memiliki kenaikan air yang lebih cepta dari
pada tumbuhan yang ditempat teduh. Hal
ini dikarekan ditempat terik
fotosintesis aka berlangsung lebih optimal dari pada tempah teduuh. Hasil
pengamatan kali ini tidak sesuai dengan dasar teori.
4. Ketidaksesuaian
antara dasar teori dan hasil praktikum kemungkinan dikeranakan pemasangan malan
tidak rapat atau pencahayan matag=hari kurang maksimal (mendung)
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C.E (1991) dalam Izzati, M (2002). 2004. Peranan Rumput Laut dalam Mengendalikan
Kualitas Air Tambak Pada Model Budidaya Ganda Udang Windu. Disertasi.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Effendi, H. 2003.
Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Yogyakarta:
Perairan. Kanisius.
Lakitan B.
1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
Muhajir, Ahmad, F., Edward. 2004. Variasi Kadar Oksigen
Terlarut Di Perairan Tanimbar Bagian Utara Dan Selatan Maluku Tenggara. Jurnal Sorhi. ISSN. 1693-1483. Vol. III
(01): 2.
Puspitaningrum, M., Izzati, M., Haryati, S., 2012. Prosuksi
konsumsi oksigen terlarut oleh beberapa tumbuhan air. Jurnal Anatomi dan Fisiologi. Vol. XX (1): 47-48.
Salisbury,
F. B dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid I. Bandung: ITB.
Sasmitaharja.
1996. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi PMIPA ITB. Bandung.
Simanjuntak, Marojahan. 2007. Oksigen Terlarut Dan Apparent Oxygen Utillization Di Perairan
Teluk Klabat, Pulau Bangka. Jurnal Ilmu
Kelautan. ISSN 0853-7291. Vol. 12 (2): 60.
Sutarmi, S., Harra, S., Sudiarto, A. 1983. Botani umum 2. Bandung: Angkasa.
Artikel bagus, Pernahkah Anda mendengar LFDS (Le_Meridian Funding Service, Email: lfdsloans@outlook.com --WhatsApp Contact: +1-9893943740--lfdsloans@lemeridianfds.com) adalah ketika layanan pendanaan AS / Inggris mereka memberi saya pinjaman $ 95.000,00 untuk memulai bisnis saya dan saya telah membayar mereka setiap tahun selama dua tahun sekarang dan saya masih memiliki 2 tahun lagi walaupun saya senang bekerja dengan mereka karena mereka adalah Pemberi Pinjaman asli yang dapat memberi Anda segala jenis pinjaman.
BalasHapus