Laman

Sabtu, 25 Januari 2014

Pertumbuhan Pucuk



I.                   JUDUL
1.1 Pertumbuhan Pucuk
II.                TUJUAN
2.1 Untuk mengetahui letak daerah morfologi mana yang terutama terjadi pertumbuhan pucuk tumbuhan
III.             DASAR TEORI
Menurut Kaufman et al. (1975:203) menyatakan pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel.

Pertumbuhan adalah suatu pertambahan dalam ukuran pertambahan dalam ukuran yang bersifat irreversible. Karna bersifat multi sel maka pertumbuhan bukan saja dalm voume tetapi juga pertambahan dalam hal bobot, jumlah sel, banyaknya proto plasma, dan tinggkat kerumitan. Proses pertumbuhan sebagian besar terjadi dalam fase pembelahan dan pendewasaan sel. Umumya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah mesitem apikal dari tunas akar. Pada rerumputan dan monokotil lainnya daerah pertumbuhan terletak di bagian atas tiap-tiap buku atau nodus. Pertumbuhan juga terjadi pada bagian-bagian lainnya misalnya pada daun sel-sel akan membesar pada batas tertentu. Pertumbuhan lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium. Pertumbuhan bagian pucuk dan akar disebabkan adanya pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristematik (embrionik) pada titk tumbuh diikuti dengan pertumbuhan dan differensiasi sel-selnya,bila mana tumbuhan mencapai ukuran dewasa maka terbentuk bunga (Fahn, 1992:125).
Sel-sel inisial membentuk sel-sel pada ujung akar yang bersifat meristematis. Pembelahan sel terjadi secara longitudinal dan beberapa ke arah lateral yang menyebabkan akar berbentuk silindris. Selanjutnya sel-sel dekat ujung akar aktif berproliferasi, dimana terletak tiga zona sel dengan tahapan pertumbuhan primer yang berurutan (zona pembelahan sel, zona pemanjangan dan zona pematangan). Zona pembelahan sel meliputi meristem apikal dan turunannya, yang disebut meristem primer (terdiri dari protoderm, prokambium dan meristem dasar).
Menurut Campbell et al. (1999:324) menyatakan meristem apikal yang terdapat di pusat zona pembelahan menghasilkan sel-sel meristem primer yang bersifat meristematik. Zona pembelahan sel bergabung ke zona pemanjangan (elongasi). Disini sel-sel memanjang sampai sepuluh kali semula, sehingga mendorong ujung akar, termasuk meristem ke depan. Meristem akan mandukung pertumbuhan secara terus-menerus dengan menambahkan sel-sel ke ujung termuda zona pemanjangan tersebut. Proses pemanjangan tunas terjadi melalui pertumbuhan ruas yang sedikit lebih tua di bawah ujung tunas tersebut. Pertumbuhan ini disebabkan pembelahan sel dan pemanjangan sel dalam ruas tersebut. Pembelahan sel dan pertumbuhan yang terus menerus sehingga mendorong ke arah pemanjangan batang dan tunas
Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel  batang lebih jauh letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung (tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus pada akar tidak diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan kecambah mati (Salisbury dan Ross, 1995: 145).
Menurut Mashudi et al. (2008: 3) mengatakan pemangkasan pada bagian atas tanaman akan menstimulasi tumbuhnya tunas-tunas baru pada bagian aksiler batang. Jumlah tunas yang tumbuh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur pohon, ukuran pohon, tinggi pangkasan, kondisi lingkungan, jarak tanam, waktu dan stimulasi hormon. Semakin tua umur tanaman maka kemampuan untuk menghasilkan trubusan berkurang. Selain itu, kondisi lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan tunas antara lain kelembaban, status unsur hara/kesuburan media dan penyinaran cahaya matahari.
Pembentukan cabang merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan luas daun per tanaman. Kemampuan membentuk cabang akan menurunkan sensitivitas hasil tanaman terhadap jumlah populasi yang dalam hal ini terkait dengan luas daun. Namun demikian, pembuangan tunas ketiak secara visual mempengaruhi postur tanaman. Tanaman tanpa tunas ketiak memperlihatkan postur yang jangkung. Tanaman mengompensasi pemangkasan tunas ketiak kepada pertumbuhan cabang ke atas, sehingga tanaman menjadi sangat tinggi. Sebaliknya, tanaman dengan tunas ketiak memiliki postur yang lebih pendek (Hatta, 2012: 83).
Menurut Adinugraha et al. (2012: 100) mengatakan terdapat 3 fase perkembangan tunas yang dilalui yaitu pembentukan kalus, perkembangan kambium lebih lanjut dan pembentukan jaringan pengangkut (vascular). Perbedaannya nampak pada laju perkembangannya, yang selanjutnya akan mempengaruhi laju pertumbuhan tunasnya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sambungan tanaman yaitu jenis tanaman, kelembaban udara dan suhu. Keberadaan fitohormon sangat berperan dalam pembentukan kalus. Jumlah tunas yang dapat tumbuh tergantung pada jumlah ruas batang atas yang digunakan, karena pada setiap ruasnya terdapat 2 calon tunas yang dapat tumbuh.
Menurut Gardner et al. (1991) menyetakan Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi akar, yaitu:
1.    Genotipe, karakteristik akar secara kuantitatif akan diturunkan ke generasi selanjutnya dan dikendalikan oleh gen, perbedaan genetik ini lalu akan berinteraksi dengan lingkungan.
2.    Persaingan, kompetisi spesies tumbuhan mengeluarkan bahan panghambat oleh akar disebut alelopati.
3.    Penghilangan daun, pemotongan daun dapat mengurangi pertumbuhan akar dan pucuk.
4.    Atmosfer tanah, kandungan COyang lebih banyak dari O2 dalam rhizospere akan merangsang pertumbuhan akar.
5.    pH, dalam pH kurang dari 6 akan membatasi pertumbuhan akar karena meningkatkan kelarutan Al, Mn, Fe.
6.  Temperatur tanah, temperatur optimum pertumbuhan akar lebih rendah dari bagian pucuk.
7.   Kesuburan tanah, pertumbuhan dan perkembangan akar memerlukan sumber mineral yang cukup.
8.    Air, akar tidak akan tumbuh melalui lapisan tanah yang kering.
9.   Daya mekanik dan fisik, akar mngalami resistensi mekanik terhadap pertumbuhan dari bermacam-macam sebab, misal ukuran partikel, kurangnya penggumpalan, kompaksi tanah dan lain-lain.

·         Pertumbuhan dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1.      Pertumbuhan Primer
Yaitu pertumbuhan yang terjadi akibat aktivitas pembelahan sel-sel yang berada di dareah meristematik baik di daerah ujung tunas dan ujung akar. Sifat dari pertumbuhan ini adalah vertikal, dengan memperlihatkan perpanjangan pada bagian ujung tunas dan ujung akar. Biasanya dijumpai pada tanaman secara umum, seperti Monokotil.
2.      Pertumbuhan Sekunder
Yaitu pertumbuhan yang terjadi akibat dari aktivitas pembelahan sel-sel  contoh : jaringan kambium pada bagian kortex. Jaringan kambium mempunyai sifat membelah kedua arah, ke arah dalam akan membentuk jaringan Xylem dan ke arah luar akan membentuk jaringan floem (Salibury dan Ross, 1995: 147).
·         Sifat Pertumbuhan
Sifat pertumbuhan adalah secara horizontal, dengan memperlihatkan pertambahan ukuran diameter pada daerah batang. Biasanya dapat dijumpai pada tanaman Gymnospermae dan Dikotil.
·      Pertumbuhan Lingkaran Tahun
Merupakan akibat dari proses pertumbuhan jaringan kambium yang membentuk suatu lingkaran pada bagian batang tumbuhan. Lingkaran tahun ini dapat digunakan untuk mengetahui lamanya usia atau umur suatu tumbuhan dengan melihat besarnya diamater batang. Jaringan kambium pada setiap tumbuhan sangat berbeda dan ditentukan oleh kondisi lingkungan tempat tumbuhan itu berada serta iklim/musim yang terjadi. Untuk pertumbuhan jaringan kambium di negara 4 musim, jaringan kambium yang terbentuk tidak begitu kentara sekali lingkarannya, sedangkan di negera dengan 2 musim akan telihat sangat jelas. Untuk negara di 2 musim itu juga ada perbedaan yang nyata antara musim penghujan dengan musim kemarau.
Lingkaran Tahun yang terbentuk pada musim penghujan, selnya cenderung untuk membelah lebih giat dan menghasilkan sel dengan ukuran yang besar. Keberadaan sel satu dengan lainnya saling rapat sehingga akan membentuk lingkaran tahun yang nyata/kentara sekali. Sedangkan Lingkaran Tahun yang terbentuk pada musim kemarau, selnya cenderung lebih lambat dalam membelah.Sel yang dihasilkan cenderung lebih kecil dan keberadaannya lebih renggang satu dengan yanag lain. Akibatnya lingkaran tahun yang terbentuk menjadi tipis/tidak begitu jelas/samar dan kadang terputus (Dwidjoseputro:1986: 235).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan pekembang biakan suatu species. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup,tergantung pada tersedianya merisitem, hasil asimilasi, hormone dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkunganyang mendukung. Secara empiris, pertumbuhan tanaman dapat dikatakan sebagai suatu fungsi dari genotype X lingkungan ( internal dan eksternal ). Pertumbuhan itu lebih mudah digambarkan daripada di defenisikan. Pertumbuhan berarti pembelahan sel dan pembesaran sel. Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan merupakan proses yang tidak dapat berbalik.
Pada tumbuhan tingkat tinggi, pertumbuhan merupakan gabungan antara pembentangan dan perbanyakan sel. Tempat berlangsungnya pertumbuhan hanya di meristem, sel dewasa yang tumbuh kembali dinamakan meristem sekunder. Perbedaan akurat diantara organ-organ yang struktur anatominya sama dapat terjadi sebagai akibat sejumlah persyaratan, antara lain mampu membentuk sendiri hormon tubuh serta lingkungan tumbuh, serta lingkungan yang sesuai yaitu ada air,oksigen (zat hara) dan temperatur tepat. Semua faktor yang disebut tadi selain menjadi syarat terjadinya pertumbuhan juga mempengaruhi pertumbuhan.
Pada jaringan meristem apical, titik tumbuh hanya terbatas pada pucuk atau ujung,sedangkan jaringan baru berada di bawahnya. Pola tumbuh yang demikian disebut tumbuh acretinary, pucuk tumbuh batang dan akar selalu embrional dan berpotensi tumbuh untuk jangka waktu lama (Fanklin.P.Garner : 1991: 126).








IV. METODE PENELITIAN
4.1 alat dan bahan
            1. Alat
            -  Bak atau pot
            - Alat penyiram (handprayer)
            - Jangka sorong
            2. Bahan
            1. Benih kacang panjang
            2. Tinta hitam dan spidol transparan
            3. Tanah, pasir, air
Mengisi gelas aqua yang dengan kapas  yang sudah dibasahi secukupnya
4.2 Cara kerja

Mengamati pada nomor interval mana yang mengalami pertumbuhan tercepat dan paling lambat
Meletakkan gelas aqua yang sudah ditanami kacang hijau selama 5 hari
Setelah 48 jam mengukur jarak diantara interval dan menghitung nilai rata-rata panjang pada masing-masing nomor interval
Memberi 10 tanda pada epikotilnya dengan interval 2 mm yang dimulai dari pucuk tumbuhan . Meletakkan kembali ke tempat  gelap
Menanam benih kacang hijau sebanyak 5 biji tiap bak
 

















4.3 Hasil Pengamatan
Kondisi
Tumb ke-
Panjang interval tumbuhan dari atas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gelap
1

8,22
1,85
0,153
0,21
0,23
0,22
0,24
0,22
0,21
0,19

2

12,56
0,24
0,24
0,17
0,29
0,215
0,29
0,18
0,19
0,21

3

15,5
0,5
0,6
1
0,5
0,7
1
0,7
0,3
0,5

4

7,8
1,1
0,9
0,3
0,8
0,3
1,2
0,8
1
1,7

5

12
1,3
1
0,9
0,7
0,8
1
0,6
0,1
0,3
Terang
1

Mati
Mati
Mati
Mati
Mati
Mati
Mati
Mati
Mati
Mati

2

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

3

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

4

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

5

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
V.                PEMBAHASAN
Pada acara praktikum kali ini yang berjudul “Pertumbuhan Pucuk “ dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui letak daerah morfologi mana yang terutama terjadi pertumbuhan pucuk tumbuhan. Pada paraktikum kali ini praktikan menggunakan biji kacang hijau yang ditanam pada gelas aqua yang sudah diberi kapas yang basah dengan air. Pemilihan biji kacang hijau sebagai bahan praktikum dikarenkan biji ini memiliki pertumbuhan yang cepat yang memudakan praktikan dalam proses pengamatan serta penggunaan waktu yang lebih efisien.
Pada praktikum kali ini seminggu sebelum praktikum dilaksanakan, praktikan menanam biji kacang hijau pada 2 gelas aqua yang sudah diberi kapas yang dibasahi dengan air. Setalah itu praktikan meletakkan 5 biji kacang hijau tiap-tiap gelas aqua. Setelah itu praktikan meletakkan 1 gelas aqua ditempat gelap dan satu gelas aqua ditempat terang. 5 hari setelah penanaman praktikan memberi 10 tanda pada epikotilnya dengan interval 2 mm yang dimulai dari pucuk tumbuhan. Setelah itu praktikan meletakkan masing-masing gelas tersebut ketempat semula yaitu yang 1 gelas ditempatkan ditempat terang dan yang satu gelas lagi ditempatkan ditempat yang terang.
Setelah beberapa hari kacang hijau diletakkan di kapas basah pada gelas aqua. Biji kacang hijau mengalami perkecambahan. Perkecambahan merupakan permulaan aktif dari embrio yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya tanaman yang mampu mencukupi kebutuhan nutrisinya sendiri. Proses perkecambahan biji ini di awali oleh proses imbibisi, imbibisi yaitu masuknya air dalam biji yang menyebabkan kulit biji tidak mampu menahan air yang masuk, sehingga kulit biji pecah. Setelah proses imbibisi ini selesa selanjutnya yaitu prose germinasi. Setalah biji mengimbibisi air, embrio melepaskan giberelin. Hormon ini nantinya akan mengirim sinyal ke aleuron yaitu lapisan luar endosperm yang tipis. Selanjutnya aleuron ini akan merespon hormon giberelin dengan menyintesis dan menyekresikan enzim-enzim pencernaan. Enzim ini nantinya akan menghidrolisis nutrien yang tersimpan dalam endosperm. Salah satunya yaitu alfa amilase yang dapat menghidrolisi pati. Pati ini nantinya akan digunakan oleh kecambah sebagai makanan selama tumbuhan tersebut belum bisa melakukan fotosintesis. Pati atau gula ini akan diserap oleh skutelum  (kotiledon)  selama proses perkecambahan.
Pada praktikum kali ini didapatkan hasil yaitu pada biji kacang hijau yang diletakkan ditempat gelap yaitu pada interval 1 didapatkan: tumbuhan 1 memiliki panjang interval  8, 22 cm, tumbuhan 2 memiliki pangjang inteval 12, 56, tumbuhan 3 memiliki panjang interval 15, 5, tumbuhan 4 memiliki panjang interval 7,8 serta tumbuhan 5 memiliki panjang interval 12.
Pada interval 2 pada biji yang diletakkkan ditempat gelap secara berturut-turut dari tumbuhan 1 hingga tumbuhan 5 memiliki panjang interval 1, 85, 0,24, 0,5, 1,1, 1,3. Pada interval 3 yaitu 0,153, 0,24, 0,6, 0,9, 1. Pada interval 4 memiliki panjang yaitu 0,21, 0,17, 1, 0,3, 0, 9. Pada interval 5 memiliki panjang 0, 23, 0,29, 0, 5, 0, 8, 0,7. Pada interval 6 memiliki panjang 0,22, 0, 215, 0,7, 0, 3, 0,8. Pada interval 7 memiliki panjang 0,24, 0,29, 1, 1,2 , 1. Pada interval 8 memiliki panjang 0,22, 0, 18 , 0, 7, 0,8, 0, 6. Pada interval 9 memiliki panjang 0,21, 0, 19, 0, 3, 1, 0,1. Pada interval 10 memiliki panjang yaitu 0,19, 0, 21, 0, 5, 1,7 serta 9,3.
Dari hasil pengamatan pada tempat gelap didapatkan bahwa pertumbuhan pucuk paling cepat yaitu terdapat pada interval yang pertama yaitu interval yang berada pada daerah pucuk. Hal ini terbukti baik jika dilihat dari masing-masing tumbuhan kacang hijau maupun jika dilihat dari rata-rata tiap interval. Jika dilihat dari rata-rata tiap interval didapatkan bahwa interval pertama (1) memiliki pertumbuhan paling panjang yaitu 11, 216. Hal ini dikarenakan pada bagian pucuk merupakan bagian dimana terdapat jaringan meristem yaitu meristem apikal. Jaringan meristem merupakan jaringan embrional yang masih aktif membelah. Pembelahan ini menyebabkan penambahan jumlah sel sehingga dapat menyebabkan pemanjangan sel pada bagian ujung. Selain itu pada bagian ujung  batang terdapat hormon auksin yaitu suatu hormon yang memacu pemanjangan akar.
Mekanisme kerja auksin dalam pucuk tumbuhan adalah sebagi berikut, hormon auksin akan bisa bekerja jika ada pompa proton. Pompa proton berperan utama di dalam respon pertumbuhan sel-sel terhadap auksin. Pada daerah pemanjangan tunas, auksin merangsang pompa proton (H+) di membran plasma. Pemompaan H+ meningkatkan voltase di kedua sisi membran (potensial membran) dan menurunkan pH didalam dinding sel dalam waktu beberapa menit. Pengasaman dinding sel mengaktivasi enzim-enzim yang disebut ekpansin yang mematahkan tautan silang (ikatan hidrogen) antara miofibril-miofibril selulosa dan penyusun-penyusun dinding sel. Peningkatan potensial membran akan menambah pengambilan ion ke dalam sel, yang menyebabkan pengambilan osmotik air dan peningkatan turgor. Turgor dan plastisitas dinding sel yang meningkat memungkinkan sel untuk memanjang.
Selain itu jika dilihat dari hasil pengamatan bahwa pemanjangan interval di bawah interval utama atau dibawah pucuk lebih pendek dari pada pemanjangan interval pada bagian pucuk. Hal ini dikarenakan, jaringan meristematis apikal titik tumbuhnya hanya terbatas pada bagian pucuk atau ujung sedangkan jaringan baru berada dibawahnya. Hal ini menyebabkan jaringan di bawah jaringan meristem apikal mengalami pemanjangan yang lebih lama dari pada jaringan pada bagian apikal atau bagian pucuk.
Pemanjangan pada bagian interval 1 atau interval yang pertama disebut pertumbuhan primer. Pertumbuhan primer merupakan rtumbuhan yang terjadi akibat aktivitas pembelahan sel-sel yang berada di dareah meristematik baik di daerah ujung tunas dan ujung akar. Sifat dari pertumbuhan ini adalah vertikal, dengan memperlihatkan perpanjangan pada bagian ujung tunas dan ujung akar. Pada jaringan meristem apical, titik tumbuh hanya terbatas pada pucuk atau ujung,sedangkan jaringan baru berada di bawahnya. Pola tumbuh yang demikian disebut tumbuh acretinary, pucuk tumbuh batang dan akar selalu embrional dan berpotensi tumbuh untuk jangka waktu lama
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa rata-rata pemanjangan interval paling lambat pada interval ke 9. Hal ini bisa terjadi karena interval ke 9 memiliki jaringan yang sangat jauh dari jaringan meristematik sehingga sifat embrionalnya sudah sangat berkurang atau bahkan tidak ada. Jaringan pada interval ke 9 ini kemungkinan sudah mengalami proses diferensiasi sehingga sudah tidak mengalami pemanjangan sel sehingga pada hasil pengamatan menunjukkan memiliki panjang interval yang sangat kecil. Selain itu juga disebabkan semakin interval kebawah atau jauh dari ujung pangkal meristem semakin lambat dikarenakan auksin sedikit ditemukan. Hal ini disebabkan karena hormon auksin lebih banyak terakumulasi pada daerah pucuk, sehingga mempercepat pemanjangan sel-selnya.
Pada biji kacang hijau yang ditumbuhkan pada tempat yang gelap, akan mengalami etiolasi dimana batang lebih panjang namun batang relatif merunduk, diameternya kecil serta memiliki warna daun yang pucat. Batang yang merunduk ini di sebabkan oleh gerak fototropisme yaitu sutu gerak tumbuhan untuk mencari cahaya matahri. Dikarenakan cahaya matahari sangat jauh dari dimana tumbuhan biji kacang hijau ditanam sehinga biji kacang hijau akan melakukan gerakan fototropisme terus-menerus sehingga batanganya akan sangat panjang. Cahaya matahari merupakan salah satu yang menyebabkan hormon auksin move on atau berpindah  dari bagian pucuk ke bagian batang yang lain. Dikarenkan pada tempat gelap tidak ada cahaya matahari sehingga hormon auksin dapat bekerja secara maksimal yang menyebabkan perpanjangan batang juga maksimal. Auksin juga dapat mengubah eksresi gen dengan cepat sehingga menyebabkan sel-sel didaerah pemanjangan juga mengalami pemanjangan yang cepat.
Pada hasil pengamatan kelompok 6 didapatkan, bahwa semua biji yang diletakkan ditempat terang tidak tumbuh. Hal ini dapat terjadi kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu biji tersebut mengalami dormansi yaitu biji tersebut sebenarnya hidup tapi tidak mau berkecambah. Yang kedua kemungkinan biji tersebut kurang masak sehingga hanya memiliki cadangan makan yang sedikit yang tidak mencukupi dalam proses perkecambahan untuk menjadi tumbuhan baru.
Selain faktor eksternal yang telah disebutkan diatas, kemungkin biji ditempat terang tidak tumbuh untuk menjadi kecambah yaitu ketersediaan air pada kapas dimana biji ditanam kurang, sehingga biji tidak bisa melakukan imbibisi yang menyebabkan biji tidak bisa berkecambah. Kemungkin biji yang digunakan sudah rusak sebelum digunakan untuk praktikum, baik rusak kareana mikroorganisme, jamur atau oleh perlakuan manusia yang menambhakan zat-zat kimia pada biji.












VI.   PENUTUP
-          Letak daerah yang utama terjadinya pertumbuhan yaitu pada bagian pucuk batang yaitu pada interval 1. Hal ini dikarenakan pada bagain ini terdapat jaringan meristem apikal yang bersifat selalu membelah sehingga menambah pemanjangan batang.
-          Pada bagian pucuk megandung hormon auksin yaitu suatu hormon yang memacu pemajangan batang. Hormon ini akan menginduksi sel-sel di bagian pucuk untuk melakukan pemanjangan sehingga sel-sel di bagian pucuk merupakan tempat yang paling utama terjadinya proses pemanjangan sel-sel
-          Pada jaringan meristem apikal, titik tumbuhnya hanya terbatas pada bagian pucuk atau ujung, sedangkan jaringan baru berada dibawahnya.
-          Pada biji kacang hijau yang ditanam ditempat terang tidak tumbuh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
o   Biji tersebut mengalami dormansi yaitu biji tersebut sebenarnya hidup tapi mau berkecambah.
o   Yang kedua kemungkinan biji tersebut kurang masak
o   Ketersediaan air pada kapas dimana biji ditanam kurang,
o   Kemungkin biji yang digunakan sudah rusa sebelum digunakan untuk praktikum, baik rusak kareana mikroorganisme, jamur atau oleh perlakuan manusia yang menambhakan zat-zat kimia pada biji.











DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, Mahfudz, Muchtiari, Huda. 2012. Pertumbuhan Perkembangan Tunas Pada Bibit Nyamplung Hasil Pembiakan Dengan Teknik Sambung. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol. 6 (2): 100
Campbell, N. A, J. B. Reece and L. E. Mitchell. 1999.  Biologi. Jakarta: Erlangga. 
Dwidjoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Fahn, Albert. 1992. Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Fanklin, Garner. 1991.  Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 
Hatta, Muhammad. 2012. Pengaruh Pembuangan Pucuk Dan Tunas Ketiak Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai. Jurnal Floratek. Vol . 7 (7): 83.
Kaufman, P. B., J. Labavitch, A. A. Prouty, dan N. S. Ghosheh.  1975.  Laboratory Experiment in Plant Physiology. New York:  Macmillan Publishing Co., Inc. 
Latunra, A. Ilham. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi Faklutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.
Mashudi, Adinugraha, Setiadi, Ariani. 2008. Pertumbuhan tunas tanaman pulai pada beberapa tinggi pangkasan dan dosis pupuk NPK. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol. 2 (2): 3.
Salisbury, F.R., dan Clean, W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III.  Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar