I.
JUDUL
1.1 Pertumbuhan Pucuk
II.
TUJUAN
2.1 Untuk mengetahui letak daerah
morfologi mana yang terutama terjadi pertumbuhan pucuk tumbuhan
III.
DASAR
TEORI
Menurut Kaufman et al. (1975:203) menyatakan pertumbuhan didefinisikan sebagai
pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi.
Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena organisme multisel
tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam
bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan
biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain.
Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel
merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel
terjadi dengan pembelahan sel.
Pertumbuhan adalah suatu pertambahan
dalam ukuran pertambahan dalam ukuran yang bersifat irreversible. Karna
bersifat multi sel maka pertumbuhan bukan saja dalm voume tetapi juga
pertambahan dalam hal bobot, jumlah sel, banyaknya proto plasma, dan tinggkat
kerumitan. Proses pertumbuhan sebagian besar terjadi dalam fase pembelahan dan
pendewasaan sel. Umumya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah mesitem
apikal dari tunas akar. Pada rerumputan dan monokotil lainnya daerah
pertumbuhan terletak di bagian atas tiap-tiap buku atau nodus. Pertumbuhan juga
terjadi pada bagian-bagian lainnya misalnya pada daun sel-sel akan membesar
pada batas tertentu. Pertumbuhan lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel
yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium. Pertumbuhan bagian pucuk dan
akar disebabkan adanya pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristematik
(embrionik) pada titk tumbuh diikuti dengan pertumbuhan dan differensiasi
sel-selnya,bila mana tumbuhan mencapai ukuran dewasa maka terbentuk bunga
(Fahn, 1992:125).
Sel-sel inisial membentuk sel-sel
pada ujung akar yang bersifat meristematis. Pembelahan sel terjadi secara
longitudinal dan beberapa ke arah lateral yang menyebabkan akar berbentuk
silindris. Selanjutnya sel-sel dekat ujung akar aktif berproliferasi, dimana
terletak tiga zona sel dengan tahapan pertumbuhan primer yang berurutan (zona
pembelahan sel, zona pemanjangan dan zona pematangan). Zona pembelahan sel
meliputi meristem apikal dan turunannya, yang disebut meristem primer (terdiri
dari protoderm, prokambium dan meristem dasar).
Menurut Campbell et al. (1999:324) menyatakan meristem
apikal yang terdapat di pusat zona pembelahan menghasilkan sel-sel meristem
primer yang bersifat meristematik. Zona pembelahan sel bergabung ke zona
pemanjangan (elongasi). Disini sel-sel memanjang sampai sepuluh kali semula,
sehingga mendorong ujung akar, termasuk meristem ke depan. Meristem akan
mandukung pertumbuhan secara terus-menerus dengan menambahkan sel-sel ke ujung
termuda zona pemanjangan tersebut. Proses pemanjangan tunas terjadi melalui
pertumbuhan ruas yang sedikit lebih tua di bawah ujung tunas tersebut.
Pertumbuhan ini disebabkan pembelahan sel dan pemanjangan sel dalam ruas
tersebut. Pembelahan sel dan pertumbuhan yang terus menerus sehingga mendorong
ke arah pemanjangan batang dan tunas
Pada batang yang sedang tumbuh,
daerah pembelahan sel batang lebih jauh letaknya dari ujung daripada
daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung (tunas).
Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus pada akar tidak diketahui pertambahan
panjang terbesar dikarenakan kecambah mati (Salisbury dan Ross, 1995: 145).
Menurut Mashudi et
al. (2008: 3) mengatakan pemangkasan pada bagian atas tanaman akan
menstimulasi tumbuhnya tunas-tunas baru pada bagian aksiler batang. Jumlah
tunas yang tumbuh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur pohon, ukuran
pohon, tinggi pangkasan, kondisi lingkungan, jarak tanam, waktu dan stimulasi
hormon. Semakin tua umur tanaman maka kemampuan untuk menghasilkan trubusan
berkurang. Selain itu, kondisi lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan tunas
antara lain kelembaban, status unsur hara/kesuburan media dan penyinaran cahaya
matahari.
Pembentukan
cabang merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan luas daun per tanaman.
Kemampuan membentuk cabang akan menurunkan sensitivitas hasil tanaman terhadap
jumlah populasi yang dalam hal ini terkait dengan luas daun. Namun demikian,
pembuangan tunas ketiak secara visual mempengaruhi postur tanaman. Tanaman
tanpa tunas ketiak memperlihatkan postur yang jangkung. Tanaman mengompensasi
pemangkasan tunas ketiak kepada pertumbuhan cabang ke atas, sehingga tanaman
menjadi sangat tinggi. Sebaliknya, tanaman dengan tunas ketiak memiliki postur
yang lebih pendek (Hatta, 2012: 83).
Menurut Adinugraha et al. (2012: 100) mengatakan terdapat 3 fase perkembangan tunas
yang dilalui yaitu pembentukan kalus, perkembangan kambium lebih lanjut dan
pembentukan jaringan pengangkut (vascular). Perbedaannya nampak pada
laju perkembangannya, yang selanjutnya akan mempengaruhi laju pertumbuhan
tunasnya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
sambungan tanaman yaitu jenis tanaman, kelembaban udara dan suhu. Keberadaan
fitohormon sangat berperan dalam pembentukan kalus. Jumlah tunas yang dapat tumbuh
tergantung pada jumlah ruas batang atas yang digunakan, karena pada setiap ruasnya
terdapat 2 calon tunas yang dapat tumbuh.
Menurut Gardner et
al. (1991) menyetakan Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi
akar, yaitu:
1.
Genotipe, karakteristik akar secara kuantitatif akan diturunkan ke generasi
selanjutnya dan dikendalikan oleh gen, perbedaan genetik ini lalu akan
berinteraksi dengan lingkungan.
2.
Persaingan, kompetisi spesies tumbuhan mengeluarkan bahan panghambat oleh akar
disebut alelopati.
3. Penghilangan daun, pemotongan
daun dapat mengurangi pertumbuhan akar dan pucuk.
4.
Atmosfer tanah, kandungan CO2 yang lebih banyak dari O2
dalam rhizospere akan merangsang pertumbuhan akar.
5.
pH, dalam pH kurang dari 6 akan membatasi pertumbuhan akar karena meningkatkan
kelarutan Al, Mn, Fe.
6. Temperatur
tanah, temperatur optimum pertumbuhan akar lebih rendah dari bagian pucuk.
7. Kesuburan
tanah, pertumbuhan dan perkembangan akar memerlukan sumber mineral yang cukup.
8. Air, akar tidak akan tumbuh
melalui lapisan tanah yang kering.
9. Daya
mekanik dan fisik, akar mngalami resistensi mekanik terhadap pertumbuhan dari
bermacam-macam sebab, misal ukuran partikel, kurangnya penggumpalan, kompaksi
tanah dan lain-lain.
·
Pertumbuhan dibedakan
menjadi 2 macam yaitu :
1.
Pertumbuhan Primer
Yaitu pertumbuhan yang terjadi akibat aktivitas pembelahan
sel-sel yang berada di dareah meristematik baik di daerah ujung tunas dan ujung
akar. Sifat dari pertumbuhan
ini adalah vertikal, dengan memperlihatkan perpanjangan pada bagian ujung tunas
dan ujung akar. Biasanya dijumpai pada tanaman secara umum, seperti Monokotil.
2.
Pertumbuhan Sekunder
Yaitu pertumbuhan yang terjadi akibat dari aktivitas pembelahan
sel-sel contoh : jaringan kambium pada
bagian kortex. Jaringan kambium mempunyai sifat membelah kedua arah, ke arah
dalam akan membentuk jaringan Xylem dan ke arah luar akan membentuk jaringan
floem (Salibury dan Ross, 1995: 147).
·
Sifat Pertumbuhan
Sifat pertumbuhan adalah secara horizontal, dengan
memperlihatkan pertambahan ukuran diameter pada daerah batang. Biasanya dapat
dijumpai pada tanaman Gymnospermae dan Dikotil.
·
Pertumbuhan Lingkaran Tahun
Merupakan akibat dari
proses pertumbuhan
jaringan kambium yang membentuk suatu lingkaran pada bagian batang tumbuhan.
Lingkaran tahun ini dapat digunakan untuk mengetahui lamanya usia atau umur
suatu tumbuhan
dengan melihat besarnya diamater batang. Jaringan kambium pada setiap tumbuhan sangat berbeda
dan ditentukan oleh kondisi lingkungan tempat tumbuhan itu berada serta iklim/musim yang
terjadi. Untuk pertumbuhan jaringan kambium di negara 4 musim, jaringan
kambium yang terbentuk tidak begitu kentara sekali lingkarannya, sedangkan di
negera dengan 2 musim akan telihat sangat jelas. Untuk negara di 2 musim itu
juga ada perbedaan yang nyata antara musim penghujan dengan musim kemarau.
Lingkaran
Tahun yang terbentuk pada musim penghujan, selnya cenderung untuk membelah lebih
giat dan menghasilkan sel dengan ukuran yang besar. Keberadaan sel satu dengan
lainnya saling rapat sehingga akan membentuk lingkaran tahun yang nyata/kentara
sekali. Sedangkan Lingkaran Tahun yang terbentuk pada musim kemarau, selnya
cenderung lebih lambat dalam membelah.Sel yang dihasilkan cenderung lebih kecil
dan keberadaannya lebih renggang satu dengan yanag lain. Akibatnya lingkaran
tahun yang terbentuk menjadi tipis/tidak begitu jelas/samar dan kadang terputus
(Dwidjoseputro:1986:
235).
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan
pekembang biakan suatu species. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara
terus-menerus sepanjang daur hidup,tergantung pada tersedianya merisitem, hasil
asimilasi, hormone dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkunganyang
mendukung. Secara empiris, pertumbuhan tanaman dapat dikatakan sebagai suatu
fungsi dari genotype X lingkungan ( internal dan eksternal ). Pertumbuhan itu
lebih mudah digambarkan daripada di defenisikan. Pertumbuhan berarti pembelahan
sel dan pembesaran sel. Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan
merupakan proses yang tidak dapat berbalik.
Pada tumbuhan tingkat
tinggi, pertumbuhan merupakan gabungan antara pembentangan dan perbanyakan sel.
Tempat berlangsungnya pertumbuhan hanya di meristem, sel dewasa yang tumbuh
kembali dinamakan meristem sekunder. Perbedaan akurat diantara organ-organ yang
struktur anatominya sama dapat terjadi sebagai akibat sejumlah persyaratan,
antara lain mampu membentuk sendiri hormon tubuh serta lingkungan tumbuh, serta
lingkungan yang sesuai yaitu ada air,oksigen (zat hara) dan temperatur tepat.
Semua faktor yang disebut tadi selain menjadi syarat terjadinya pertumbuhan
juga mempengaruhi pertumbuhan.
Pada
jaringan meristem apical, titik tumbuh hanya terbatas pada pucuk atau
ujung,sedangkan jaringan baru berada di bawahnya. Pola tumbuh yang demikian
disebut tumbuh acretinary, pucuk tumbuh batang dan akar selalu embrional dan
berpotensi tumbuh untuk jangka waktu lama (Fanklin.P.Garner : 1991: 126).
IV. METODE PENELITIAN
4.1 alat dan bahan
1. Alat
-
Bak atau pot
- Alat penyiram (handprayer)
- Jangka sorong
2. Bahan
1. Benih kacang panjang
2. Tinta hitam dan spidol transparan
3. Tanah, pasir, air
Mengisi
gelas aqua yang dengan kapas yang
sudah dibasahi secukupnya
|
Mengamati pada
nomor interval mana yang mengalami pertumbuhan tercepat dan paling lambat
|
Meletakkan
gelas aqua yang sudah ditanami kacang hijau selama 5 hari
|
Setelah
48 jam mengukur jarak diantara interval dan menghitung nilai rata-rata
panjang pada masing-masing nomor interval
|
Memberi
10 tanda pada epikotilnya dengan interval 2 mm yang dimulai dari pucuk
tumbuhan . Meletakkan kembali ke tempat
gelap
|
Menanam
benih kacang hijau sebanyak 5 biji tiap bak
|
4.3 Hasil Pengamatan
Kondisi
|
Tumb
ke-
|
Panjang
interval tumbuhan dari atas
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
Gelap
|
1
|
8,22
|
1,85
|
0,153
|
0,21
|
0,23
|
0,22
|
0,24
|
0,22
|
0,21
|
0,19
|
2
|
12,56
|
0,24
|
0,24
|
0,17
|
0,29
|
0,215
|
0,29
|
0,18
|
0,19
|
0,21
|
|
3
|
15,5
|
0,5
|
0,6
|
1
|
0,5
|
0,7
|
1
|
0,7
|
0,3
|
0,5
|
|
4
|
7,8
|
1,1
|
0,9
|
0,3
|
0,8
|
0,3
|
1,2
|
0,8
|
1
|
1,7
|
|
5
|
12
|
1,3
|
1
|
0,9
|
0,7
|
0,8
|
1
|
0,6
|
0,1
|
0,3
|
|
Terang
|
1
|
Mati
|
Mati
|
Mati
|
Mati
|
Mati
|
Mati
|
Mati
|
Mati
|
Mati
|
Mati
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
V.
PEMBAHASAN
Pada
acara praktikum kali ini yang berjudul “Pertumbuhan Pucuk “ dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui letak daerah morfologi mana yang terutama terjadi
pertumbuhan pucuk tumbuhan. Pada paraktikum kali ini praktikan menggunakan biji
kacang hijau yang ditanam pada gelas aqua yang sudah diberi kapas yang basah
dengan air. Pemilihan biji kacang hijau sebagai bahan praktikum dikarenkan biji
ini memiliki pertumbuhan yang cepat yang memudakan praktikan dalam proses
pengamatan serta penggunaan waktu yang lebih efisien.
Pada
praktikum kali ini seminggu sebelum praktikum dilaksanakan, praktikan menanam
biji kacang hijau pada 2 gelas aqua yang sudah diberi kapas yang dibasahi
dengan air. Setalah itu praktikan meletakkan 5 biji kacang hijau tiap-tiap
gelas aqua. Setelah itu praktikan meletakkan 1 gelas aqua ditempat gelap dan
satu gelas aqua ditempat terang. 5 hari setelah penanaman praktikan memberi 10
tanda pada epikotilnya dengan interval 2 mm yang dimulai dari pucuk tumbuhan.
Setelah itu praktikan meletakkan masing-masing gelas tersebut ketempat semula
yaitu yang 1 gelas ditempatkan ditempat terang dan yang satu gelas lagi
ditempatkan ditempat yang terang.
Setelah
beberapa hari kacang hijau diletakkan di kapas basah pada gelas aqua. Biji
kacang hijau mengalami perkecambahan. Perkecambahan merupakan permulaan aktif
dari embrio yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya tanaman yang
mampu mencukupi kebutuhan nutrisinya sendiri. Proses perkecambahan biji ini di
awali oleh proses imbibisi, imbibisi yaitu masuknya air dalam biji yang
menyebabkan kulit biji tidak mampu menahan air yang masuk, sehingga kulit biji
pecah. Setelah proses imbibisi ini selesa selanjutnya yaitu prose germinasi.
Setalah biji mengimbibisi air, embrio melepaskan giberelin. Hormon ini nantinya
akan mengirim sinyal ke aleuron yaitu lapisan luar endosperm yang tipis.
Selanjutnya aleuron ini akan merespon hormon giberelin dengan menyintesis dan
menyekresikan enzim-enzim pencernaan. Enzim ini nantinya akan menghidrolisis
nutrien yang tersimpan dalam endosperm. Salah satunya yaitu alfa amilase yang
dapat menghidrolisi pati. Pati ini nantinya akan digunakan oleh kecambah
sebagai makanan selama tumbuhan tersebut belum bisa melakukan fotosintesis.
Pati atau gula ini akan diserap oleh skutelum
(kotiledon) selama proses
perkecambahan.
Pada
praktikum kali ini didapatkan hasil yaitu pada biji kacang hijau yang diletakkan
ditempat gelap yaitu pada interval 1 didapatkan: tumbuhan 1 memiliki panjang
interval 8, 22 cm, tumbuhan 2 memiliki
pangjang inteval 12, 56, tumbuhan 3 memiliki panjang interval 15, 5, tumbuhan 4
memiliki panjang interval 7,8 serta tumbuhan 5 memiliki panjang interval 12.
Pada
interval 2 pada biji yang diletakkkan ditempat gelap secara berturut-turut dari
tumbuhan 1 hingga tumbuhan 5 memiliki panjang interval 1, 85, 0,24, 0,5, 1,1,
1,3. Pada interval 3 yaitu 0,153, 0,24, 0,6, 0,9, 1. Pada interval 4 memiliki
panjang yaitu 0,21, 0,17, 1, 0,3, 0, 9. Pada interval 5 memiliki panjang 0, 23,
0,29, 0, 5, 0, 8, 0,7. Pada interval 6 memiliki panjang 0,22, 0, 215, 0,7, 0,
3, 0,8. Pada interval 7 memiliki panjang 0,24, 0,29, 1, 1,2 , 1. Pada interval
8 memiliki panjang 0,22, 0, 18 , 0, 7, 0,8, 0, 6. Pada interval 9 memiliki panjang
0,21, 0, 19, 0, 3, 1, 0,1. Pada interval 10 memiliki panjang yaitu 0,19, 0, 21,
0, 5, 1,7 serta 9,3.
Dari
hasil pengamatan pada tempat gelap didapatkan bahwa pertumbuhan pucuk paling
cepat yaitu terdapat pada interval yang pertama yaitu interval yang berada pada
daerah pucuk. Hal ini terbukti baik jika dilihat dari masing-masing tumbuhan
kacang hijau maupun jika dilihat dari rata-rata tiap interval. Jika dilihat
dari rata-rata tiap interval didapatkan bahwa interval pertama (1) memiliki
pertumbuhan paling panjang yaitu 11, 216. Hal ini dikarenakan pada bagian pucuk
merupakan bagian dimana terdapat jaringan meristem yaitu meristem apikal.
Jaringan meristem merupakan jaringan embrional yang masih aktif membelah.
Pembelahan ini menyebabkan penambahan jumlah sel sehingga dapat menyebabkan
pemanjangan sel pada bagian ujung. Selain itu pada bagian ujung batang terdapat hormon auksin yaitu suatu
hormon yang memacu pemanjangan akar.
Mekanisme
kerja auksin dalam pucuk tumbuhan adalah sebagi berikut, hormon auksin akan
bisa bekerja jika ada pompa proton. Pompa proton berperan utama di dalam respon
pertumbuhan sel-sel terhadap auksin. Pada daerah pemanjangan tunas, auksin
merangsang pompa proton (H+) di membran plasma. Pemompaan H+
meningkatkan voltase di kedua sisi membran (potensial membran) dan menurunkan
pH didalam dinding sel dalam waktu beberapa menit. Pengasaman dinding sel
mengaktivasi enzim-enzim yang disebut ekpansin yang mematahkan tautan silang
(ikatan hidrogen) antara miofibril-miofibril selulosa dan penyusun-penyusun
dinding sel. Peningkatan potensial membran akan menambah pengambilan ion ke
dalam sel, yang menyebabkan pengambilan osmotik air dan peningkatan turgor.
Turgor dan plastisitas dinding sel yang meningkat memungkinkan sel untuk
memanjang.
Selain
itu jika dilihat dari hasil pengamatan bahwa pemanjangan interval di bawah
interval utama atau dibawah pucuk lebih pendek dari pada pemanjangan interval
pada bagian pucuk. Hal ini dikarenakan, jaringan meristematis apikal titik
tumbuhnya hanya terbatas pada bagian pucuk atau ujung sedangkan jaringan baru
berada dibawahnya. Hal ini menyebabkan jaringan di bawah jaringan meristem
apikal mengalami pemanjangan yang lebih lama dari pada jaringan pada bagian
apikal atau bagian pucuk.
Pemanjangan
pada bagian interval 1 atau interval yang pertama disebut pertumbuhan primer.
Pertumbuhan primer merupakan rtumbuhan yang terjadi akibat
aktivitas pembelahan sel-sel yang berada di dareah meristematik baik di daerah
ujung tunas dan ujung akar. Sifat dari pertumbuhan ini adalah vertikal, dengan
memperlihatkan perpanjangan pada bagian ujung tunas dan ujung akar. Pada
jaringan meristem apical, titik tumbuh hanya terbatas pada pucuk atau
ujung,sedangkan jaringan baru berada di bawahnya. Pola tumbuh yang demikian
disebut tumbuh acretinary, pucuk tumbuh batang dan akar selalu embrional dan
berpotensi tumbuh untuk jangka waktu lama
Dari
hasil pengamatan didapatkan bahwa rata-rata pemanjangan interval paling lambat
pada interval ke 9. Hal ini bisa terjadi karena interval ke 9 memiliki jaringan
yang sangat jauh dari jaringan meristematik sehingga sifat embrionalnya sudah
sangat berkurang atau bahkan tidak ada. Jaringan pada interval ke 9 ini
kemungkinan sudah mengalami proses diferensiasi sehingga sudah tidak mengalami
pemanjangan sel sehingga pada hasil pengamatan menunjukkan memiliki panjang
interval yang sangat kecil. Selain itu juga disebabkan semakin interval kebawah
atau jauh dari ujung pangkal meristem semakin lambat dikarenakan auksin sedikit
ditemukan. Hal ini disebabkan karena hormon auksin lebih banyak terakumulasi
pada daerah pucuk, sehingga mempercepat pemanjangan sel-selnya.
Pada
biji kacang hijau yang ditumbuhkan pada tempat yang gelap, akan mengalami
etiolasi dimana batang lebih panjang namun batang relatif merunduk, diameternya
kecil serta memiliki warna daun yang pucat. Batang yang merunduk ini di
sebabkan oleh gerak fototropisme yaitu sutu gerak tumbuhan untuk mencari cahaya
matahri. Dikarenakan cahaya matahari sangat jauh dari dimana tumbuhan biji
kacang hijau ditanam sehinga biji kacang hijau akan melakukan gerakan
fototropisme terus-menerus sehingga batanganya akan sangat panjang. Cahaya
matahari merupakan salah satu yang menyebabkan hormon auksin move on atau
berpindah dari bagian pucuk ke bagian
batang yang lain. Dikarenkan pada tempat gelap tidak ada cahaya matahari
sehingga hormon auksin dapat bekerja secara maksimal yang menyebabkan
perpanjangan batang juga maksimal. Auksin juga dapat mengubah eksresi gen
dengan cepat sehingga menyebabkan sel-sel didaerah pemanjangan juga mengalami
pemanjangan yang cepat.
Pada
hasil pengamatan kelompok 6 didapatkan, bahwa semua biji yang diletakkan
ditempat terang tidak tumbuh. Hal ini dapat terjadi kemungkinan disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu biji tersebut mengalami dormansi yaitu biji tersebut
sebenarnya hidup tapi tidak mau berkecambah. Yang kedua kemungkinan biji
tersebut kurang masak sehingga hanya memiliki cadangan makan yang sedikit yang
tidak mencukupi dalam proses perkecambahan untuk menjadi tumbuhan baru.
Selain
faktor eksternal yang telah disebutkan diatas, kemungkin biji ditempat terang
tidak tumbuh untuk menjadi kecambah yaitu ketersediaan air pada kapas dimana
biji ditanam kurang, sehingga biji tidak bisa melakukan imbibisi yang
menyebabkan biji tidak bisa berkecambah. Kemungkin biji yang digunakan sudah
rusak sebelum digunakan untuk praktikum, baik rusak kareana mikroorganisme,
jamur atau oleh perlakuan manusia yang menambhakan zat-zat kimia pada biji.
VI.
PENUTUP
-
Letak daerah yang utama terjadinya
pertumbuhan yaitu pada bagian pucuk batang yaitu pada interval 1. Hal ini
dikarenakan pada bagain ini terdapat jaringan meristem apikal yang bersifat
selalu membelah sehingga menambah pemanjangan batang.
-
Pada bagian pucuk megandung hormon
auksin yaitu suatu hormon yang memacu pemajangan batang. Hormon ini akan
menginduksi sel-sel di bagian pucuk untuk melakukan pemanjangan sehingga
sel-sel di bagian pucuk merupakan tempat yang paling utama terjadinya proses
pemanjangan sel-sel
-
Pada jaringan meristem apikal, titik
tumbuhnya hanya terbatas pada bagian pucuk atau ujung, sedangkan jaringan baru
berada dibawahnya.
-
Pada biji kacang hijau yang ditanam
ditempat terang tidak tumbuh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
o
Biji tersebut mengalami dormansi yaitu
biji tersebut sebenarnya hidup tapi mau berkecambah.
o
Yang kedua kemungkinan biji tersebut
kurang masak
o
Ketersediaan air pada kapas dimana biji
ditanam kurang,
o
Kemungkin biji yang digunakan sudah rusa
sebelum digunakan untuk praktikum, baik rusak kareana mikroorganisme, jamur
atau oleh perlakuan manusia yang menambhakan zat-zat kimia pada biji.
DAFTAR
PUSTAKA
Adinugraha, Mahfudz, Muchtiari, Huda. 2012.
Pertumbuhan Perkembangan Tunas Pada Bibit Nyamplung Hasil Pembiakan Dengan
Teknik Sambung. Jurnal Pemuliaan Tanaman
Hutan. Vol. 6 (2): 100
Campbell, N. A, J. B. Reece and L. E. Mitchell.
1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Dwidjoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Fahn,
Albert. 1992. Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Fanklin, Garner. 1991.
Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Gardner, F.
P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Hatta,
Muhammad. 2012. Pengaruh Pembuangan Pucuk Dan Tunas Ketiak Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Cabai. Jurnal Floratek.
Vol . 7 (7): 83.
Kaufman, P.
B., J. Labavitch, A. A. Prouty, dan N. S. Ghosheh. 1975. Laboratory
Experiment in Plant Physiology. New York: Macmillan Publishing Co.,
Inc.
Latunra, A.
Ilham. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan
Biologi Faklutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.
Mashudi,
Adinugraha, Setiadi, Ariani. 2008. Pertumbuhan tunas tanaman pulai pada
beberapa tinggi pangkasan dan dosis pupuk NPK. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol. 2 (2): 3.
Salisbury,
F.R., dan Clean, W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar