I. Judul : Difusi Dan Osmosis, Pengaruh Suhu Terhadap
Permeabilitas Membran Sel.
ITujuan:Mengamati
Pengaruh Perlakuan Fisik (Suhu) dan kima (jenis pelarut) terhadap Permeabilitas
Membran Sel
III. Dasar Teori:
Peranan membran dalam aktivitas seluler yaitu mengatur
keluar masuknya bahan antara sel dengan lingkungannya, antara sel dengan
organel-organelnya. Selain itu membran juga berperan dalam metabolisme sel.
Organel-organel sel seperti nukleus, kloroplas, mitokondria, dan retikulum
endoplasma juga diselubungi membran. Berdasarkan dari komposisi kimia membran
dan pemeabilitasnya terhadap solut maka dapat disimpulkan bahwa membran sel
terdiri atas lipid dan protein. Pada membran terdapat lapisan ganda dan
molekul-molekul posfolipid yang letaknya teratur sedemikian rupa sehingga ujung
karbon yang hidropobik terbungkus sedemikian rupa di dalam sebuah lapisan amorf
dalam senyawa lipid. Komponen protein membran digambarkan sebagai suatu selaput
yang menutupi kedua belah permukaan dan lapisa biomolekul posfolipid (Prawiranata,
1981:82).
Membran plasma merupakan batas kehidupan, batas yang
memisahkan sel hidup dari sekelilingnya yang mati. Lapisan tipis yang luar
biasanya ini tebalnya kira-kira hanya 8 nm dibutuhkan lebih dari 8000 membran
plasma mengontrol lalu lintas ke dalam dan ke luar sel yang dikelilinginya.
Seperti semua membran biologis, membran plasma memiliki permeabilitas selektif,
yakni membran ini memungkinkan beberapa substansi dapat melintasinya dengannya
lebih mudah dari pada substansi yang lainnya. Salah satu episode yang paling
awal dalam evolusi kehidupan mungkin berupa pembentukan membran yang membatasi
suatu larutan yang mempunyai komposisi yang berbeda dari larutan sekelilingnya,
tetapi masih bisa melakukan penyerapan nutrien dan pembuangan produk limbahnya.
Kemampuan sel untuk membedakan pertukaran kimiawinya ini dengan lingkungannya
merupakan hal yang mendasar bagi kehidupan, dan membran plasma inilah yang
membuat keselektifan ini bisa terjadi (Campbell, 2002:146).
Adanya sifat hidrofobik di bagian tengah lapisan lipid
membran plasma menyebabkan membran tersebut tidak mudah ditembus oleh molekul
polar, sehingga membran sel mencegah keluarnya komponen-komponen dalam sel yang
larut dalam air. Namun, sel juga memerlukan bahan-bahan nutrisi dan membuang limbahnya
ke luar sel. Untuk memenuhi kebutuhan ini, sel harus mengembangkan suatu
sistem/mekanisme khusus untuk transpor melintasi membran sel (Subowo, 1995:58).
Membran sel merupakan permeabel terhadap bagian
pelarut larutan secara eksternal maka interaksi fisiologi dapat terjadi
diantara aliran-aliran antara pelarut. Untuk mengukur berbagai pelarut berbagai
membran “nilella transinans” bahwa membran terutama plasmolemma dan protoplasma
yang diplasmolisis mungkin sangat berbeda dengan sel yang normal kurang atau
lebih lumid karena tingkat volumenya dari protoplas yang diplasmolisi sulit
diukur dengan tiap terjadinya (Willking, 1989:73).
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang
sangat berbeda komposisi dan strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel
yang tersusun atas selulosa, lignin, dan polisakarida lain. Dinding sel
memberikan kekakuan dan memberi bentuk sel tumbuhan. Pada beberapa bagian,
dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran antara satu
sel dengan sel lainnya. Lubang ini disebut plasmodesmata, berdiameter sekitar
60 nm, sehingga dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul sekitar 1000
Dalton. Lapisan dalam sel tumbuhan adalah membran sel. Membran sel terdiri atas
dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat
hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi
kedalam, sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke
lingkungan yang berair. Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang
berbeda-beda. Beberapa protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam
integral dalam lapis ganda fosfolipid. Membran seperti ini juga terdapat pada
berbagai organel di dalam sel, seperti vakuola, mitokondria, dan kloroplas .
Komposisi lipid dan protein penyusun membran
bervariasi, bergantung pada jenis dan fungsi membran itu sendiri. Namun
demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bersifat selektif
permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil hidrofobik
secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan molekul
polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk
dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (fasilitated
diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk
mengangkut ion dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu
proses transpor aktif harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya
memerlukan energi berupa ATP, ataupun juga digunakan cara couple lewat
proses antiport dan symport.
Membran bukanlah lembaran molekul statis yang terikat
kuat di tempatnya. Membran ditahan bersama terutama oleh interaksi hidrofobik,
yang jauh lebih lemah dari ikatan kovalen. Sebgain besar lipid dan sebagian
protein dapat berpindah secara acak dalam bidang membrannya. Akan tetapi,
jarang terjadi suatu molekul bertukar tempat secara melintang melintasi
membran, yang beralih dari satu lapisan fosfolipid ke lapisan yang lainnya.
Untuk melakukan hal seperti itu, bagian hidrofilik molekul tersebut harus melewati
inti hidrofobik membranya (Campbell, 2002:146).
Suatu membran tetap berwujud fluida begitu suhu turun,
hingga akhirnya pada beberapa suhu kritis, fosfolipid mengendap dalam suatu
susunan yang rapat dan membrannya membeku, tak ubahnya seperti minyak babi yang
membentuk kerak lemak ketika lemaknya mendingin. Suhu beku membran tergantung
pada komposisi lipidnya. Membran tetap berwujud fluida pada suhu yang lebih
rendah jika membran itu mengandung banyak fosfolipid dengan ekor hidrokarbon
tak jenuh. Karena adanya kekusutan di tempat ikatan gandanya, hidrokarbon tak
jenuh tidak tersusun serapat hidrokarbon
Membran haruslah bersifat fluida agar dapat bekerja
dengan baik, membran itu biasanya sekental minyak salad. Apabila membran
membeku, permeabilitasnya berubah, dan protein enzimatik di dalamnya mungkin
menjadi inaktif. Suatu sel dapat mengubah komposisi lipid membrannya dalam
tingkatan tertentu sebagai penyesuaian terhadap suhu yang berubah. Misalnya,
dalam banyak tumbuhan yang dapat bertahan pada kondisi yang sangat dingin,
persentase fosfolipid tak jenuh meningkat dalam musim gugur, suatu adaptasi
yang menghalangi pembekuan membran selama musim dingin.
Terdapat dua populasi utama protein membran. Protein
integral umumnya merupakan protein transmembran, dengan daerah hidrofobik yang
seluruhnya membentang sepanjang interior hidrofobik membran tersebut. Daerah
hidrofobik protein integral terdiri atas satau atau lebih rentangan asam amino
nonpolar. Protein periferal sama sekali tidak tertanam dalam bilayer lipid,
protein ini merupakan anggota yang terikat secrara longgar pada permukaan
membran, sering juga pada bagian integral yang dibiarkan terpapar. (Campbell, 2002:146).
Membran sangat beragam, tapi osmosis terjadi tanpa
menghiraukan bagaimana fungsi membran, sepanjang pergerakan pergerakan linarut
lebih dibatasi dibandingkan dengan pergerakan air. Membran bisa berupa satu
lapis bahan yang lebih mampu melarutkan pelarut daripada partikel linarut,
sehingga melewatkan lebih banyak molekul pelarut daripada partikel linarut.
Selapis udara diantara dua larutan air merupakan pembatas yang menahan sama
sekalim perpindahan linarut yang tidak menguap, yang ketiga berupa saringan
(tapis) dengan sejumlah lubang berukuran tertentu sehingga molekul air dapat
melaluinya, tapi partikel linarut yang lebih besar tidak. (Salisbury dan Ross,
1995:43).
Pergerakan air yang cepat melintasi antar permukaan ke
dalam larutan akan menciptakan tegangan dalam air yang tertinggal di pori, dan
akan menarik air bersamanya dalam bentuk aliran massa. Mekanisme membran ini
menggambarkan kerumitan alam. Ada beberapa perbedaan besar antara karakter
permeabilitas pada tanaman yang berbeda tetapi mempunyai prinsip umum yang
sama. Salah satu faktanya adalah komposisi relatif dari daerah lipid dan area
penjaringan terhadap permeabilitas yang berbeda dari tiap tanaman. Pada Chara,
permeabilitas diatur oleh solubilitas lipid pada penyerapan larutan. Sedangkan
pada Beggiataa, ukuran merupakan penentu paling utama. Pada tumbuhan tingkat
tinggi yang memiliki sifat permeabilitas yang sama dengan Chara, solubilitas
lipid merupakan faktor dominan penyerapan walaupun perbedaan kuantitatif dapat
diperhitungkan pada angka penyerapan. (Kimball, 2000:101).
Model membran uap merupakan contoh membran
semipermeabel yang sejati, padahal semua membran pada tumbuhan harus dapat
melewatkan linarut tertentu saja. Membran seperti itu dikatakan bersifat
permeabel diferensial, tidak lagi disebut semi permeabel sejati. Meskipun
membran hidup bersifat permeabel terhadap pelarut maupun linarut, tapi umumnya
jauh lebih permeabel terhadap pelarut. Permeabilitas membran terhadap linarut
membuat keruwetan lagi pada model osmosis, mempengaruhi laju pergeseran titik
keseimbangan secara bertahap (ditentukan oleh konsentrasi linarut dan tekanan)
saat potensial osmotik di kedua sisi membran berubah, sebagai akibat dari lalu
lalangnya partikel linarut. (Salisbury dan Ross, 1995:45).
Jaringan dewasa mengandung sebuah lapisan tipis
protoplasma yang mengelilingi vakuola inti yang terletak di dinding sel.
Dinding sel yang mempunyai banyak pori merupakan suatu proporsi penting dari
sebuah struktur sel yang tidak hanya berupa sebuah penghalang dari larutan yang
akan masuk. Batasan ini merupakan jalur untuk keluar masuknya larutan ke dalam
sel dan berupa dua lapisan membran. Membran ini tipis untuk dilihat dan secara
mikroskopis berbeda dari protoplasma. Membran ini dapat dikenali dengan mudah
karena komponen selektif permeabelnya. (Bonner, 1961:67).
Difusi merupakan salah satu prinsip yang
menggerakkan partikel zat seperti CO2, O2 dan H2O masuk ke dalam jaringan.
Gerak partikel zat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, meliputi :
1)
Beda suhu: Setiap zat cenderung dalam keadaan bergerak. Tenaga gerak semakin
besar pada suhu yang semakin tinggi, sehingga gerak zat akan semakin cepat.
Coba perhatikan saat kita memanaskan air. Molekul air akan bergerak semakin
cepat bikla akan semakin panas. Adanya gerakan zat ini dapat menjadi salah satu
pendorong masuknya zat ke dalam akar.
2)
Beda konsentrasi: Bila kita membuka botol minyak wangi, apa yang
terjadi? Bau minyak wangi akan segera menyebar ke luar, bukan ? Hal ini
terjadikarena konsentrasi zat minyak wangi dalam botol sangat tinggi,
sebaliknyakeadaan di luar botol. Adanya perbedaan konsentrasi zat antara botol dan diluarbotol,
mendorong zat minyak wangi menyebar ke luar. Dengan kata lain, perbedaan
konsentrasi zat membangkitkan tenaga gerak suatu zat.
3)
Beda tekanan. Pergerakan zat juga terjadi karenaadanya beda tekanan
antara dua daerah. Misalnya, antara daerah di sekitar akar (rizhosfir) dengan
keadaan di dalam sel atau jaringan.
4)
Zat-zat adsorptif (permukaannya mudah mengikat zat). Adanya daya ikat permukaan
partikel zat menyebabkan gerak zat dihambat. Suatu zat juga akan bergerak
menyebar karena adanya perbedaan (gradien) tekanan atau suhu. Angin merupakan
udara yang bergerak. Udara bergerak dari daerah bertekanan kuat ke daerah
bertekanan lemah, dari daerah dingin ke daerah yang lebih panas. Suatu zat juga
akan bergerak menyebar dari daerah berkonsentrasi lebih besar (lebih pekat) ke
daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Jadi, pada dasarnya setiap zat akan
bergerak bila terjadi perbedaan suhu, tekanan atau konsentrasi.Pada saat kita
melarutkan gula dalam segelas air, atau membuat minuman sirup, kadang dengan
air dingin atau air panas. Dengan air manakah gula atau sirup akan lebih cepat
larut ? Bila gerak partikel zat gula lebih cepat maka zat gula akan lebih cepat
larut menyebar. Gerak penyebaran zat akan berhenti setelah larutan gulamenyebar
merata (larutan menjadi homogen).
2)
Osmosis
Difusi terjadi pada semua jenis zat, termasuk
gas-gas, ion-ion dan air. Masuknya air dari luar ke jaringan akar juga
merupakan peristiwa difusi. Air bergerak dari daerah yang airnya lebih banyak
ke daerah yang airnya lebih sedikit. Kandungan air dalam tanah relatif tidak
terbatas (potensial air sebesar-besarnya =mendekati 0) daripada air jaringan
akar. Adanya perbedaan kadar air ini mendorong air berdifusi masuk ke dalam
akar. Air yang masuk ke dalam akar akan mengisi ruang-ruang antar sel atau
masuk ke dalam sel. Air dapat masuk ke dalam sel-sel akar setelah air menembus
dindingdan membran sel. Air yang bergerak menembus membran sel inilah yang
disebut osmosis. Dengan kata lain, osmosis adalah difusi air menembus
membran sel. Daun layu terjadi karena sel-sel jaringan kehilangan air (Meyer,
2001).
Faktor penyerapan secara Osmosis
Terdapat dua (2) faktor penting sesuai dengan hukum
Fick pertama yang menentukan laju osmosis ke dalam jaringan (melewati membran),
yaitu :
1)
Faktor perbedaan (gradien) potensial air antara cairan sel penyerapan dengan
larutan tanah di luarnya.
2)
Permeabilitas membran terhadap zat-zat (Suyitno, 2008).
IV. Metode
Penelitian
4.1 Alat dan
Bahan
-Alat
1. Pelubang gabus berdiameter 0,5 cm
2. Bunsen atau pemanas listrik
3. Tabung reaksi bertutup ulir (10 buah, diameter 2,5
cm)
4. Gelas kimia atau wadah tahan panas
-Bahan
1. Umbi kunyit
2. Metanol
3. Aseton
4. Aquades
4.2 Cara
kerja perlakuan fisik (suhu)
Membuat 10 silinder
umbi kunyit dengan ukuran 0,8 X 0,8 cm dengan menggunkan silet
|
Mencelupkan masing-masing dua potong
kunyit kedalam aquades yang bersuhu 70C, 50C, dan 40C selama 1 menit
|
Setelah itu memindahkan silinder
umbi langsung kedalam 5 ml aquades bersuhu kamar dan membiarkannya statis
selama 1 jam.
|
Mencuci kunyit
dengan air mengalir untuk menghilangkan pigmen yang ada pada permukaan
silinder
|
4.2 Cara
kerja perlakuan kimia (pelarut organik)
Merendam
dua potong silinder umbi kunyit kedalam 5 ml metanol
|
Masing-masing rendaman di biarkan
selama 30-40 menit pad asuhu kamar
|
Sebagai kontrol,
memasukkan dua potong silinder umbi kunyit ke dalam aquades dan
menbiarkannya pada suhu kamar dalam waktu yang sama
|
Bersamaa dengan itu juga merendam
dua potong silinder umbi kunyit kedalam 5 ml aseton
|
4. 3 HASIL PENGAMATAN
Kelompok
|
Perlakuan
|
Warna larutan
|
|
1
|
Fisik
Kontrol
|
40 C
50 C
70 C
Aquades
|
Kuning agak keruh
Kuning
Kuning agak bening
Kuning keruh
|
2
|
Fisik
Kontrol
|
40 C
50 C
70 C
Aquades
|
Kuning muda keruh
Kuning muda agak keruh
Kuning muda bening
Kuning agak keruh
|
3
|
Fisik
Kontrol
|
40 C
50 C
70 C
Aquades
|
Kuning tua keruh
Kuning agak bening
Kuning bening
Kuning bening
|
4
|
Pelarut organik
Kontrol
|
Metanol
Aseton
Aquades
|
Kuning keruh
Kuning bening
Bening
|
5
|
Pelarut organik
Kontrol
|
Metanol
Aseton
Aquades
|
Orange keruh
Kuning bening
Bening agak kekuningan
|
6
|
Pelarut organik
Kontrol
|
Metanol
Aseton
Aquades
|
Kuning keruh
Kuning bening
Putih agak keruh
|
DAFTAR PUSTAKA
Bonner, J. 1961. Priciples of Plant Physiology.
Canada : Pasadena.
Campbell, dkk. 2002 Biologi Edisi Kelima Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Gelston, A. 1961. The Life of Green Plant. New
Jessey : Prentice Hall.
Kimball, J.W. 2000. Biologi Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
Lovelles. 1991. Prinsip-Prinsip
Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropika. Bandung : Gramedia Pustaka Utama.
Meyer, Bernard S. 2001. “A
critical evaluation of the terminology of difuison phenomene”. (http://www.plantphysiol.org/content/20/1/142.full.pdf).
Diakses 28 oktober 2013
Prawinata, W. 1981. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid
I. Bandung : ITB.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan
Jilid I. Bandung : ITB.
Subowo. 1995. Biologi Sel. Bandung : Angkasa.
Suyitno. 2008.
Osmosis Dan Penyerapan Pada Tumbuhan.(online: http://staff.uny.ac.id
/sites/default/files/pengabdian/suyitno-aloysius-drs-ms/osmosis-dan-penyerapan-zat-pada-tumbuhan.pdf)
Di akses 26 oktober 2013
Willking. 1989. Fisiologi Tanaman II. Bandung :
Bina Angkasa.
Yatim, W. 2000. Embriologi. Semarang : CV.
Tarsito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar