Laman

Sabtu, 25 Januari 2014

Pembuktian Air Tanah Melewati Berkas Pengangkut



I.         JUDUL   :
1.1 Pembuktian Air Tanah Melewati Berkas Pengangkut
II.      TUJUAN            :
2.1 Untuk membuktikan bahwa air tanah masuk kedalam tumbuhan melalui berkas pengangkut
III.   DASAR TEORI
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem. Air yang berada dalam tanah diserap oleh akar dan disebarkan ke batang dan daun. Pengangkutan air ini terjadi melalui proses kapilaritas. Jaringan yang bertugas mengangkut air ini adalah xylem. Jaringan ini berfungsi sebgai pipa kapiler.

Tumbuhan sebagai organisme autotrof memerlukan beberapa zat untuk kelangsungan hidupnya. Zat yang harus diambil tumbuhan dari lingkungannya sebagain besar adalah air, mineral, oksigen, dan karbondioksida. Kemampuan tumbuhan untuk mengambil zat-zat tersebut dapat dilakukan dengan cara difusi, osmosis dan transport aktif. Oksigen dan karbondioksida dari udara diambil oleh tumbuhan tingkat tinggi melalui daun. Sedangkan air dan garam mineral yang terkandung di dalam air diserap tumbuhan dari dalam tanah melalui ujung dan bulu-bulu akar. Bagi tumbuhan tingkat rendah seperti alga, pengambilan zat-zat dapat dilakukan pula oleh permukaan setiap sel tubuhnya (Salisbury, 1995 :56).
Air di dalam sel berada dalam bentuk bebas dan terikat. Keterikatan air itu mungkin karena terikat pada ion atau molekul polar, terikat dengan ikatan H pada molekul lain, terikat pada koloid (plasma protein atau dinding sel), atau terikat secara kapiler. Apabila tumbuhan kekurangan air, air bebaslah yang terutama hilang terlebih dahulu. Air bebas di dalam sel terutama terdapat di dalam vakuola sebagai cairan encer. Sebagai larutan ar di dalam mempunyai potensial air lebih kecil dan nol. Besarnya potensial air larutan cairan sel dipengaruhi oleh temperature, adanya bahan lain, adanya imbiban (zat yang mampu mengadakan imbibisi), dan adanya atau tegangan (tekanan hidrostatik) (Mudakir, 2004:12).
Air diperlukan dalam jumlah besar oleh tumbuhan hidup. Air merupakan bagian terbesar tubuh tumbuhan yang aktif mengadakan metabolisme. Fungsi air bagi tumbuhan :
1. Menjadi penyusun utama protoplasma
2. Menjadi pelarut bagi zat hara yang diperlukan tumbuhan
3. Menjadi alat transport untuk memindahkan zat hara
4. Menjadi medium berlangsungnya reaksi metabolisme
5. Menjadi bahan dasar-dasar untuk reaksi biokimia
6. Mengatur turgor sel (untuk pembentangan dinding sel)
7. Untuk mempertahankan temperature yang seragam diseluruh tubuh
8. Alat gerak misalnya pada pulvinus tangkai daun (Mudakir, 2004:12).
Tanaman yang berada pada daerah yang kondisi tanahnya kering atau memiliki kelembaban udara rendah akan mengalami transpirasi yang tinggi. Pada daerah ini fenomena tekanan akar tidak terlihat. Hal ini disebabkan karena air di dalam pembuluh xilem tidak dalam keadaan menerima tekanan, tetapi sebaliknya sedang mengalami tarikan (tension). Jadi air bergerak ke atas karena adanya tarikan akibat terjadinya transpirasi dari daun sehingga menimbulkan daya hisap daun (Lakitan: 2004 :79).
Defisit air menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan fotosintesis dan rangkaian fisiologis yang disebabkannya. Proses yang paling dipengaruhi oleh deficit air adalah pertumbuhan sel. Kondisi stress air yang berat menyebabkan terhambatnya fotosintesis. Potensial air merupakan suatu ukuran basah atau keringnya suatu tanaman dan suatu indeks relative dari kondisi stress air yang sedang dialaminya.
Perubahan kandungan relative daun pada saat terjadi kekeringan menunjukkan perubahan volume sel atau kehilangan air dari jaringan tanaman. Defisit air juga mengurangi pertumbuhan dan mempengaruhi pengambilan nutrisi dari dalam tanah karena buruknya aktivitas akar. Berkurangnya pertumbuhan juga berhubungan dengan tekanan osmotic di dalam sel tanaman. Rendahnya potensial air di dalam tanah harus diimbangi dengan tekanan osmotic yang rendah pada sel tanaman untuk menjaga tekanan turgor (Charloq dan Setiado, 2005: 52).
Pengangkutan zat pada tumbuhan dibedakan menjadi :
1.         Pengangkutan vaskuler (intravaskuler) : pengangkutan melalui berkas pembuluh pengangkut. Dalam pengangkutan intravaskuler, air diangkut dari xylem akar ke xylem batang dan diteruskan ke daun. Pengangkutan air dan mineral diserap oleh akar menuju atas ini berlangsung melalui berkas pengangkut, yaitu xylem, sehingga proses pengangkutan disebut pengangkutan vaskuler.
       Setelah melewati sel – sel akar, Air dan garam mineral dari dalam tanah memasuki tumbuhan melalui epidermis akar, menembus korteks akar, masuk ke stele dan kemudian mengalir naik ke pembuluh xylem sampai pucuk tumbuhan (batang sampai ke mesofil daun).
       Pembuluh Xylem (kayu)  disusun oleh beberapa jenis sel, namun bagian yang berperan penting dalam proses pengangkutan air dan mineral ini adalah sel – sel trakea. Bagian ujung sel trakea terbuka membentuk pipa kapiler. Struktur  jaringan xylem seperti pipa kapiler ini terjadi karena sel – sel penyusun jaringan tersebut tersebut mengalami fusi (penggabungan). Air bergerak dari sel trakea satu ke sel trakea yang di atasnya mengikuti prinsip kapilaritas dan kohesi air dalam sel trakea xylem.
2.         Pengangkutan ekstravaskuler : pengangkutan air dan garam mineral di luar berkas pembuluh pengangkut. Pengangkutan ini berjalan dari sel ke sel dan biasanya dengan arah horisontal. Di dalam akar pengangkutan ini melalui bulu akar, epidermis,  korteks, endodermi dan  xylem.
Pengangkutan ekstravaskluler dibedakan :
1.    Transportasi/ lintasan apoplas : menyusupnya air tanah secara bebas atau transpor pasif melalui semua bagian tak hidup dari tumbuhan (dinding sel dan ruang antar sel).
2.    Transportasi/ lintasan simplas : bergeraknya air dan garam mineral melalui bagian hidup dari sel tumbuhan (sitoplasma dan vakoula). Simplas adalah bergeraknya air tanah dan zat terlarut melalui bagian hidup dari sel tumbuhan, misalnya sitoplasma atau vakuola, dari sel ke sel. Pada pengangkutan ini, setelah masuk kedalam sel epidermis bulu akar, air dan mineral yang terlarut bergerak dalam sitoplasma dan vakuola, kemudian bergerak dari satu sel ke sel yang lain melalui plasmodesmata Rahayu, 2008 : 190).
            Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses kecepatan transpirasi uap air dari daun, yaitu:
a.    Temperatur udara, makin tinggi temperatur kecepatan transpirasi akan semakin tinggi.
b.    Instensitas cahaya matahari, semakin tinggi intesitas cahaya matahari yang diterima daun, maka kecepatan transpirasi juga akan semakin tinggi.
c.    Kelembaban udara, jika kelembaban udara disekitar tanaman tinggi justru terjadi perlambatan dalam transpirasi. Jika kelembaban rendah (kering) transpirasi akan berlangsung cepat.
d.   Kandungan air tanah, jika kandungan air tanah banyak maka potensial air tanah akan lebih tinggi daripada di dalam sel-sel xylem sehingga laju transpirasi akan meningkat (tinggi). Jika air tanah sedikit maka penyerapan akar juga akan lambat dan tidak seimbang dengan kecepatan transpirasi.
Di samping itu, transpirasi juga dipengaruhi oleh faktor dalam tumbuhan di antaranyaadalah banyaknya pembuluh, ukuran sel jaringan pengangkut, jumlah, dan ukuran stomata (Dwidjoseputro. 1989 : 74).

                        Beberapa faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya daya hisap daun dan daya tekan akar adalah sebagai berikut:

1.  Tekanan akar: berdasarkan fakta bahwa jika batang tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan selang manometer air raksa, maka air di dalam selang itu akan terdorong ke atas oleh tekanan yang berasal dari akar.
2.     Kapilaritas: merupakan gejala yang timbul akibat interaksi antara permukaan benda padat dengan benda cair yang menyebabkan gangguan terhadap bentuk permukaan cairan yang semula datar, misalnya di dalam pipa yang kecil, permukaan cairan menjadi naik, karena cairan tersebut ditarik oleh dinding bagian dalam pipa oleh gaya adhesi.
3.     Sel pemompa: pergerakan vertikal air dari akar ke daun adalah karena adanya peranan sel-sel khusus yang berfungsi memompa air ke atas, hal ini dibuktikan dengan adanya hasil penelitian, dimana pergerakan vertikal air sebagian besar melalui bagian yang mati dari tanaman (pembuluh xilem dan dinding sel), bukan melalui bagian sel-sel yang hidup.
4.     Kohesi: penyerapan vertikal air dalam tanaman dapat dijelaskan dengan tiga elemen atau konsep kohesi yaitu: adanya perbedaan potensi air antara tanah dan atmosfer sebagai tenaga pendorong, adanya tenaga hidrasi dinding pembuluh xilem yang mampu mempertahankan molekul air terhadap gravitasi dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga keutuhan kolom air dalam pembuluh xilem (Gardner, 1991 : 125).
            Air dan bahan terlarut di dalamnya (unsur hara) diangkut pada lintasan radial melalui bagian apoplas namun pada sel-sel endodermis air akan bergerak melalui bagian simplas:
1.      Apoplas
            Pengangkutan yang terdiri atas bagian tak hidup dari akar tumbuhan, yaitu dinding sel dan ruang antar sel. Air masuk dengan cara difusi, aliran air secara apoplas tidak tidak dapat terus mencapai xilem karena terhalang oleh pita kaspari (lapisan endodermis yang memiliki penebalan dinding sel dari suberin dan lignin). Dengan demikian, pengangkutan air secara apoplas pada bagian korteks dan stele menjadi terpisah. Apoplas terjadi terutama pada jaringan akar yang masih muda yang sel endodermisnya belum mengalami penebalan pita kaspari. Tetapi bila jaringan akar yang sudah tua yang sel endodermisnya sudah mengalami penebalan pita kaspari, maka aliran air dengan cara apoplas akan terhalang dengan kuat. Akibat dari ini maka akan terjadi peningkatan jumlah air dan bahan terlarut, sehingga menimbulkan aliran balik yang keluar dari akar sebagai kebocoran apoplas. Hal lain juga menimbulkan naiknya potensi air sehingga memungkinkan terjadinya osmosis ke dalam sel dan dilanjutkan secara simplas menuju silinder pusat atau ke jaringan pembuluh (Lakitan, 1995: 82).
2.      Simplas
            Lintasan aliran air pada pengangkutan simplas adalah sel-sel bulu akar menuju sel-sel korteks, endodermis, perisikel, dan xilem. Pada pengangkutan ini, setelah masuk kedalam sel epidermis bulu akar, air dan mineral yang terlarut bergerak dalam sitoplasma dan vakuola, kemudian bergerak dari satu sel ke sel yang lain melalui plasmodesmata. Sistem pengangkutan ini, menyebabkan air dapat mencapai bagian silinder pusat (Lakitan, 1995: 83).
Brodersen et al. (2012:1) menyatakan struktur xilem dan fungsinya dapat digambarkan pada tumbuhan berkayu, tetapi implikasi dari organisasi xilem sebagai bagian kecil dari derivat tumbuhan sangat tidak dapat dimengerti. Disini, ada dua tumbuhan paku yang memiliki phenology yang sangat kontras dan organisasi xilem dipilih dan di amati bagaimana efek xilem jika tidak berfungsi dalam kaitannya dengan konduktivitas hidrolitik dan konduksi dengan pembukaan stomata. Koordinasi antara persediaan dan permintaan air pada tumbuhan adalah sesuatu yang sangat penting seperti konduksi stomata yang berhubungan dengan proses fotosintesis untuk konduktivitas hidrolitik. Jadi terdapat hubungan antara hidroitik pengangkutan air dengan fotosintesis.
           







IV.   METODE PENELITIAN
4.1  Alat dan Bahan
-Alat
1. labu erlenmeyer
2. Mikroskop, Deck glass, Cover glass
3. Stopwatch
4. Pisau silet
5. Tempat air

-Bahan
1. Batang tumbuhan air berwarna terang (Impatiens balsamina)
2. Eosin atau pewarna
3. Air jernih

4.2  Cara Kerja
Mengisi labu erlenmeyer dengan eosin
Membuat irisan batang yang sudah berubah warna serta mengamati dibawah mikroskop
Menghitung kecepatan (cm/det) eosin yang merambat dari ujung cabang ke rangka daun
Mengamati warna batang, cabang, dan rangka daun sebelum dan sesudah percobaan
Mengamati perubahan yang terjadi dan mencatat waktunya (perubahan warna pada batang dan rangka daun)
Memotong tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina) didalam air, kemudian memasukkan batang tersebut kedalam labu erlenmeyer
 










































V.      PEMBAHASAN

Praktikum kali ini merupakan acara praktikum yang ke IV yang berjudul “Pembuktian Air Tanah Melewati Berkas Pengangkut”. Praktkum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan bahwa air tanah masuk kedalam tumbuhan melalui berkas pengangkut. Tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan uji coba yaitu pacar air (Impatiens balsamina) dengan alasan tumbuhan ini memiliki batang yang terang atau transparan sehingga memudahkan pengamatan tentang pengangkutan air melalui berkas pengangkut. Agar pengamatan jalannya air melalui berkas pengangkut lebih jelas, maka praktikan menggunakan pewarna eosin sehingga sejauh mana eosin terlihat berarti pengangkutan air sejauh itu.
Praktikum kali ini dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut, pertama praktikan  mengisi labu erlenmeyer dengan air yang sudah diberi eosin, selanjutnya memotong tumbuhan pacar air dengan panjang batang 15 cm dari pangkal daun yang terakhir. Pemotongan batang pacar ini dilakukan didalam air dengan tujuan agar berkas pengangkut tidak terisi oleh udara yang nantinya dapat menggangu proses pengangkutan air. Pada saat pemotongan praktikan menyisakan 5 daun pada batang pacar air. Setelah batang dipotong selanjutnya batang dimasukkan kedalam labu erlenmeyer. Selama tumbuhan pacar air didalam labu erlenmeyer, praktikan melakukan pengamatan  mengenai (perubahan warna dan rangka daun) serta mencatat waktu yang dibutuhkan selama air berada dalam berkas pengangkut.
Selama pengamatan praktikan juga melakukan pengitungan kecepatan (cm/det) terhadap eosin yang merambat dari ujung cabang ke rangka daun. Untuk menghitung kecepatan eosin pada batang yang memiliki panjang 15 cm (berlaku untuk semua kelompok) dilakukan dengan menggunakan rumus v = S / t dengan S merupakan panjang batang (15 cm) da t merupakan waktu yang dibutuhkan eosin sampai pengangkutan air mencapai ujung batang yang memiliki tinggi 15 cm. Sedangkan untuk menghitung kecepatan air mencapai tulang-tulang daun dapat dilakukan dengan menggunakan rumus v = S / t dengan s merupakan jarak daun dari ujung batang yang ditumbuhi daun pertama di tambah 15 cm (S+15 cm), sedangkan t merupakan waktu yang dibutuhkan oleh air hingga samapi ke tulang daun tersebut.
Pada akhir pengamatan untuk membuktikan bahwa air benar-benar melewati berkas pengangkut. Praktikan melakukan pengamatan mikroskopis. Pengamatan ini dilakukan dengan cara membuat irisan batang pacar air sebelum dimasukkan ke dalam larutan eosin serta batang yang sudah direndam dalam eosin selama 20 menit. Setelah kedua irisan di diamati dibawah mikroskop, praktikan membandingkan antara batang yang sudah direndam di larutan eosin dengan batang yang belum direndam dalam larutan eosin.
Berdasarkan hasil pengamatan pada semua kelompok didapatkan hasil, yaitu pengangkutan air pada tumbuhan pacar air yang diamati kelompok 3 waktu yang dibutuhkan relatif cepat dari pada tumbuhan yang lain, yaitu selama 1, 5 menit sehingga kecepatan pengangkutan air pada batang dapat dihitung dengan cara v = S /t , karena panjang batang air yang digunakan 15 cm makan v = 15 / 1,5 x 60 =0,166.  Penghitungan waktu (t) harus dikalikan 60 dikarenakan dalam satu menit ada 60 detik sehingga satuan kecepatannya nanti dalam cm/det. Kecepatan pengangkutan air pada tumbuhan pacar air yang diamati kelompok 3 ini lebih cepat dari pada tumbuhan pacar air yang diamati oleh kelompok yang lain yang memiliki kecepatan 0,83 (kelompok 1), 0,125 (kelompok 2), 0,83 (kelompok 4), 0,125 (kelompok 5) serta 0,1 (kelompok 6).
Hal ini dapat terjadi karena daun yang terdapat pada tumbuhan pacar air kelompk 3 memiliki ukuran (luas daun) yang relatif  besar. Daun yang memiliki ukuran relatif besar menyebabkan proses transpirasi pada daun tersebut juga semakin besar. Besarnya air yang ditranspirasikan menyebabkan potensial air didaun menjadi kecil. Untuk mengatasi hal itu maka tumbuhan melakukan pengangkutan air yang lebih cepat untuk mengimbangi proses trasnpirasi yang cepat. Selain faktor (luas daun), diameter batang tumbuhan pacar air juga berpengaruh. Semakin besar diameter batang maka semakin banyak sel-sel xilem yang berperan dalam pengangkutan air yang menyebabkan proses pengangkutan air lebih cepat dari pada batang yang memiliki diameter lebi kecil. Sehingga kemungkinan diameter batang yang dimiliki oleh tumbuhan pacar air kelompk 3 lebih besar dari pada diameter tmbuhan pacar air kelompok yang lain.
 Jumlah daun juga berpengaruh pada pengangkutan air. Akan tetapi karena jumlah daun yang digunakan sama (sebanyak 5 daun) tiap kelompok, maka pengaruh jumlah daun terhadap kecepatan transpirasi pada praktikum kali ini tidak bisa diamati. Kemungkinan lain kelompok 3 memiliki waktu pengangkutan air yang relatif cepat yaitu , tumbuhan saat digunakan praktikum keadaannya sangat layu dibandingkan kelompok yang lain. Keadaan tumbuhan yang layu tersebut dikarekan tumbuhan kekurangan air. Sehingga saat tumbuhan pacar air tersebut direndam dalam air, tumbuhan tersebut menyerap air sangat cepat karena tumbuhan berada dalam keadaan strees air.
Sedangkan jika dilihat pada hasil pengamatan, tumbuhan pacar air yang memiliki kecepatan pengangkutan air paling lambat yaitu kelompok 1 dan kelompok 4 dengan waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan air selama 3 menit sehinga kecepatannya dapat dihitung dengan v = (15/ 3x60) dengan hasil yaitu 0,083. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena pada saat pemotongan batang, berkas pembuluh angkut terisi oleh udara. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat pemotongan batang ada sebagian batang yang terdedah muncul dipermukaan air. Sehingga ada sebagian udara yang masuk pada pembuluh angkut. Masuknya udara pada pembuluh angkut menyebabkan terganggunya pengangkutan air pada xilem, sehinga waktu pengangkutan air juga relatif lebih lama.
Mengenai waktu yang dibutuhkan berkas pengangkut untuk mengangkut air hingga ke bagian tulang daun, dari hasil pengamatan didapatkan bahwa kelompok 2 membutuhkan waktu yang relatif cepat dibanding kelompok yang lain yaitu dengan waktu 2 menit, sehingga kecepatannya dapat dihitung v = (S+15)/ t, (4,3+15)/2x60=1,61 cm /det. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena tumbuhan pacar air pada kelompok 3 memiliki daun yang relatif besar yang menyebabkan proses transpirasi pada daun tersebut juga semakin besar. Besarnya air yang ditranspirasikan menyebabkan potensial air didaun menjadi kecil. Untuk mengatasi hal itu maka tumbuhan melakukan pengangkutan air yang lebih cepat untuk mengimbangi proses trasnpirasi yang cepat. Selain faktor (luas daun), diameter batang tumbuhan pacar air juga berpengaruh. Semakin besar diameter batang maka semakin banyak sel-sel xilem yang berperan dalam pengangkutan air yang menyebabkan proses pengangkutan air lebih cepat dari pada batang yang memiliki diameter lebi kecil. Sehingga kemungkinan diameter batang yang dimiliki oleh tumbuhan pacar air kelompk 3 lebih besar dari pada diameter tmbuhan pacar air kelompok yang lain. Selain itu kemungkinan tumbuhan pacar air kelompok 3 mengalami stress air (tumbuhan layu) dibanding  tumbuhan pacar air dikelompok yang lain yang menyebabkan pengangkutan air lebih cepat.
Sedangkan tumbuhan pacar air yang memiliki kecepatan paling lambat yaitu tumbuhan pacar air yang diamati kelompok 4 yaitu 0,084 cm/det. Hal ini dikarenkan tumbuhan pacar air kelompok 4 daunnya kecil-kecil, sehingga air yang ditranspirasikan juga relatif sedikit yang menyebabkan pengangkutan air juga semakin lambat, karena daun masih  memiliki potensial air yang tinggi. selain itu diameter batangnnya juga kecil sehingga hanya sedikit saja sel-sel xilem yang menganngkut air, sehingga pengangkutan air relatif lebih lamabat.
          Pengangkutan air melalui berkas pengangkut pada praktikum kali ini terbukti. Hal ini dapat terlihat dari batang tumbuhan pacar air yang awalnya berwarna bening, setelah direndam dengan air yang diberi larutan eosin warnanya berubah menjadi bening kemerahan, sedangkan daun yang pada awalnya berwarna hijau cerah akan tetapi setelah direndam dalam larutan eosin warna daunnya berubah menjadi hijau kemerahan. Ini membuktikan bahwa air diangkut melewati berkas pengangkut. Pengangkutan air yang seperti ini disebut pengangkutan vaskuler.  Untuk meyakinkan bahwa air dingkut ke tumbuhan melalui berkas pengangkut. Praktikan juga mmbuat irisan batang tumbuhan pacar air sebelum direndam dalam eosin dan setelah direndam di eosin. Dari hasil pengamatan, irisan yang sudah direndam eosin memiliki berkas pengangkut yang berwarna merah yang berarti larutan eosin masuk kedalam tumbuhan melalui berkas pengangkut, sedangkan irisan yang belum direndam eosin memliki warna bening
Setelah direndam dalam eosin berkas pengangkut berwarna merah
Sebelum direndam dalam eosin berkas pengankut berwarna bening
 
















           Dalam pengangkutan vaskuler atau disebut juga intravaskuler, air diangkut dari xylem akar ke xylem batang dan diteruskan ke daun. Pengangkutan air dan mineral diserap oleh akar menuju atas ini berlangsung melalui berkas pengangkut, yaitu xylem. Setelah melewati sel – sel akar, Air dan garam mineral dari dalam tanah memasuki tumbuhan melalui epidermis akar, menembus korteks akar, masuk ke stele dan kemudian mengalir naik ke pembuluh xylem sampai pucuk tumbuhan (batang sampai ke mesofil daun).     Pembuluh Xylem (kayu)  disusun oleh beberapa jenis sel, namun bagian yang berperan penting dalam proses pengangkutan air dan mineral ini adalah sel – sel trakea. Bagian ujung sel trakea terbuka membentuk pipa kapiler. Struktur  jaringan xylem seperti pipa kapiler ini terjadi karena sel – sel penyusun jaringan tersebut tersebut mengalami fusi (penggabungan). Air bergerak dari sel trakea satu ke sel trakea yang di atasnya mengikuti prinsip kapilaritas dan kohesi air dalam sel trakea xylem.
          Bayaknya air yang diangkut ke daun melalui berkas pengangkut dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang paling berperan yaitu transpirasi. Meningkatnya trasnpirasi menyebabkan daya hisap daun juga semakin meningkat, hal ini dikarenkan jumlah air didaun semakin berkurang. Jika daya hisap daun meningkat maka pengangkutan air dari tanah juga harus meningkat. Hal ini dikarekana jika pengangkutan air tidak meingkat maka tumbuhan akan stes air, dan jika hal ini dibiarkan dalam waktu yang relatif lama dan sudah melampaui batas toleransi tumbuhan pacar air. Maka tumbuhan pacar air akan mati.

VI.             PENUTUP
6.1  KESIMPULAN
1.      Air tanah masuk kedalam tumbuhan melalui berkas pengangkut, hal ini terbukti dari berubahnya warna batang serta berkas pengangkut (pengamatan mikroskopik) tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina) yang awalnya bening berubahnaya menjadi bening kemerahan, selain itu warna daun yang awalnya berwarna hijau tua, menjadi hijau kemerahan.
2.      Pengangktan air melalui berkas pengangkut disebut pengangkutan vaskuler atau intra vaskuler yaitu pengangkutan yang melalui berkas pengangkut (xilem dan floem).
3.      Pengangkutan air oleh tumbuhan melalui berkas pengangkut dipengaruhi oleh daya hisap daun, transpirasi, daya kapilaritas batang, daya kohesi, daya adhesi, besar kecilnya daun, jumlah daun, keadaan air dalam tumbuhan dan tanah, diameter batang, serta ketepatan memotong batang tumbuhan saat didalam air.
4.      Semakin besar daun atau batang, maka pengangkutan air juga akan semakin cepat. Semakin banyak jumlah daun, maka kecepatan pengangkutan air juga akan semakin cepat. Kondisi tumbuhan yang kekurangan air (layu) akan lebih cepat pengangkutan airnya dari pada tumbuhan yang masih mengandung banyak air (segar).






DAFTAR PUSTAKA

Brodersen, Roark, Pittermann. 2012. The Physiology Implication Of Primary Xilem Organization In Two Ferns. Jurnal Plant, Cell and Environment 2012. Doi:10.1111/j.1365-3040.2012.02524.x
Diakses 13 November 2013
Charloq dan Hot Setiado. 2005. Analisis Stress Air terhadap Pertumbuhan Karet Unggul (Hevea brasiliensis Muell. Arg). Jurnal komunikasi penelitian Vol. 17 (6), 2005, hal. 52.
Diakses 13 November 2013
Dwidjoseputro, D, Prof. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Garmedia.

Gardner, F.P., R. E. Pearce., & R. I. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.             Jakarta: UI press.

Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Mudakir, Imam. 2006. Fisiologi Tanaman. Jember : Universitas Jember Press

Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.

Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB Press.         
           
                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar