I.
Judul : Respirasi Kecepatan Penggunaan Oksigen
Dalam Respirasi Hewan
II.
Tujuan :
1. Membuktikan
bahwa respirasi membutuhkan oksigen
2. Menghitung
kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi beberapa macam hewan.
III.
Dasar
Teori
Respirasi pertukaran gas adalah pertukaran oksigen
dan karbondioksida antara sel-sel yang aktif dengan lingkungan luarnya atau
antara cairan tubuh hewan dengan lingkungan tempat hidupnya. Definisi respirasi
juga meliputi proses biokimia yang berlangsung di dalam sel berupa perombakan
molekul-molekul makanan dan transfer
energi yang dihasilkan (respirasi
seluler). Proses respirasi erat kaitannya dengan laju
metabolisme (metabolit rate) yang
didefinisikan sebagai unit energi yang dilepaskan per unit waktu. Laju
respirasi pada hewan tergantung pada aktivitas metabolisme total dari organisme
tersebut. Fungsi utama respirasi adalah dalam rangka memproduksi energi melalui
metabolisme aerobik dan hal tersebut terkait dengan konsumsi oksigen (Santoso,
2009).
Bernapas artinya melakukan proses
pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen (O2) dan mengeluarkan Karbondioksisa
(CO2). Oksigen merupakan zat yang sangat penting untuk setiap kehidupan.
Berbagai makhluk hidup sangat memerlukan oksigen bagi kelangsungan hidupnya.
Bahkan kepompong kupu-kupu yang tampak tidak bergerak juga memerlukan oksigen,
sehingga apabila sekelilingnya dilapisi cat, kepompong akan mati. Pertukaran
gas O2 dengan CO2 dapat berlangsung melalui proses difusi.
Proses respirasi
pada serangga, sama dengan pada organisme lain, merupakan proses pengambilan
oksigen (O2), untuk diproses dalam mitokondria. Baik serangga terestrial maupun
akuatik membutuhkan O2 dan membuang CO2, namun pada keduanya terdapat perbedaan
jelas: di udara terdapat kurang lebih 20% oksigen, sedang di air 10%. Oleh
karenanya kecepatan difusinya juga berbeda, di air 3x lebih kecil daripada
kecepatan difusi O2 di udara (Sainssone, 2008).
Serangga mempunyai alat pernapasan
khusus berupa sistem trakea, yang terbuat dari pipa yang becabang di seluruh
tubuh, merupakan salah satu variasi dari permukaan respirasi internal yang
melipat-lipat dan pipa yang terbesar itulah yang disebut trakea. Bagi seekor
serangga kecil, proses difusi saja dapat membawa cukup O2 dari udara
ke sistem trakea dan membuang cukup CO2 untuk mendukung sistem
respirasi seluler. Serangga yang lebih besar dengan kebutuhan energi yang lebih
tinggi memventilasi sistem trakeanya dengan pergerakan tubuh berirama (ritmik)
yang memampatkan dan mengembungkan pipa udara seperti alat penghembus
(Campbell, 2005:113).
Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam
tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh. Respirasi ekternal sama
dengan bernafas, sedangkan respirasi internal seluler ialah proses penggunaan
oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan zat sisa metabolisme sel yang berupa CO2,
penyelenggaraan respirasi harus didukung oleh alat pernafasan yang sesuai
yaitu, alat yang dapat digunakan oleh hewan untuk melakukan pertukaran gas
dengan lingkungannya, alat yang dimaksud dapat berupa alat pernafasan khusus
ataupun tidak (Isnaeni, 2006:78).
Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan
karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap
karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru.
Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari
paru-paru melalui hidungMetabolisme adalah keseluruhan proses-proses kimiawi
yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Proses metabolisme disebut juga
reaksi enzimatis, Karena seluruh proses metabolisme selalu menggunakan
katalisator enzim. Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi dua, yaitu
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa
sederhana menjadi senyawa kompleks, sementara katabolisme adalah reaksi
pemecahan atau pembongkaran senyawa kimia
kompleks yang mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang
mengandung energi lebih rendah.
Pada hewan yang tingkat tropiknya lebih tinggi, memiliki peralatan khusus
untuk menangkap O2 dan melepaskan CO2. Alat-alat ini
dapat berupa insang atau paru-paru atau saluran udara (trakea) atau bentuk lain
yang dapat melangsungkan pertukaran O2 dengan CO2. (Goenarso, 2005:97).
a. Saluran pernapasan melalui permukaan tubuh dimana pertukaran gas terjadi
misal pada protozoa hingga cacing tanah.
b. Pertukaran gas terjadi melalui pertukaran tubuh
yang pipih, bentuk tubuh yang pipih meningkatkan rasio terhadap permukaan
terhadap volume tubuh dan menurunkan jarak difusi keseluruh bagian tubuh,
terdapat pada cacing pipih.
c. Insang dalam yang dilengkapi dengan kapiler jaringan, terdapat
sistem penyaluran air melalui permukaan insang; digunakan pada ikan.
d. Insang luar, alat ini meningkatkan luas permukaan dan alat ini tidak terlindungi sehingga mudah
terluka, pertukaran ini dapat terjadi pada insang luar maupun bagian tubuh yang
lain; misal dijumpai pada kecebong.
e. Paru-paru
yang dilengkapi dengan jaringan pembuluh darah, paru-paru merupakan kantung yang berhubungan dengan faring, udara
dihisap sehingga udara masuk dengan mekanisme ventilasi udara dijumpai pada
vertebrata yang bernafas diudara.
f. Pertukaran gas pada ujung-ujung yang lembut melalui trakea,
cabng-cabang saluran ini menuju ke
berbagai bagian tubuh dan menembus ke berbagai jaringan, ditentukan pada serangga
dan arthopoda (Ridwan, 2010).
Pusat kontrol pernafasan (breathing control center) manusia berlokasi di
dua daerah di otak, yaitu media oblongata dan pons. Dibantu oleh pusat kontrol
di pons, pusat medula menurunkan irama dasar pernafasan, ketika kita bernafas
dalam-dalam, mekanisme umpan balik negatif mencegah paru-paru kita supaya tidak
membesar secara berlebihan, sensor peregangan dalam jaringan paru-paru
mengirimkan influs saraf kembali ke medula yang akan menghambat pusat kontrol
pernafasan (Santoso, 2009).
Serangga merupakan hewan terestial yang tidak memiliki paru-paru tetapi
menggunakan system trakea untuk pertukaran gas. Kulit pada serangga terletak
dikedua sisi bagian toraks dan abdomen, memiliki sederatan paru-paru atau
disebut juga spirakel, yang tersusun pada setiap segmen dan behubungan dengan
system saluran trakea spirakel dilindungi katub atau rambut-rambut untuk
mencegah evaporasi yang berlebihan lewat pori-pori ini. Trakea tersusun dengan
teratur, sebagian berjalan longitudinal dan sebagian lagi tranpersal. Diameter
trakea yang besar berkisar sekitar 1mm dan selalu terbuka dengan penebalan
berbentuk spiral dan melingkar, terbentuk dari khitin yang keras, merupakan suatu
bahan yang juga terdapat pada kutikula (Goenarso,2005:114)
Trakea merupakan invaginasi (lekukan
kedalam)dari ectoderm dan umumnya mempunyai lubang keluar yang disebut
spirakel. Bentuknya berupa pembuluh yang silindris yang mempunyai lapisan kitin
(chitin). Lapisan kitin ini mempunyai penebalan seperti spiral. Spirakel
terdapat sepasang tiap ruas tubuh yang kadang-kadang mempunyai katup untuk
menjaga penguapan air. Trakea mempunyai cabang-cabang dan cabang yang terkecil
yang menembus jaringan disebut trakeolus dengan diameter 1-24. Trakeolus tidak
mempunyai lapisan kitin dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas,
trakeolus pada serangga ujungnya buntu dan berisi udara atau kadang-kadang
berisi cairan .
Alat pernapasan pada serangga berupa trakea, udar masuk dan keluar melalui
lubang kerut yang disebut spirakel atau stigma yang terletak di kanan kiri
tubuhnya. Dari stigma udara terus masuk ke pembuluh trakea memanjang dan
sebagian ke kantung hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh. Pada
system trakea ini pengangkutan oksigen dan karbon dioksida tidak memerlukan
bantuan system transportasi khususnya darah. (Cartono,2005:86)
Fungsi spirakel dan trakea untuk memungkinkan lewatnya udara kepercabangan
saluran yang disebut trakeol, yang merupakan saluran lembut intraseluler dengan
diameter sekitar 1μm. Jumlahnya sangat banyak dan berada diberbagai jaringan,
terutama otot. Berbeda dengan trakease, saluran-saluran lembut ini tidak
dilapisi dengan kutikula, pertukaran gas terjadi dengan mudah melewati dinding
saluran ini. System pernapasan pada serangga melalui sejumlah percabangan
saluran udara pada system trakea. Oksigen langsung dibawa ke jaringan, jadi
tidak dilaksanakan melewati aliran darah. Distribusi oksigen dan pengeluaran
karbondioksida tidak dilakukan lewat system peredaran. Pada kebanyakan serangga
dengan difusi saja sudah tercukupi oleh karena itu tubuh serangga pada umumnya
berukurab kecil. Pada beberapa spesies difusi ini dibantu dengan gerakan
ritmiks toraks atauabdomen. Cara mengalirkan udara (ventilsi) seperti itu, pada
belalang spirakel dibuka dan ditutup bergantian, sehingga udara dapat masuk ke
tubuh lewat spirakel toraks dan keluar tubuh lewat spirakel abdomen. Selain itu
serangga dapat mengendalikan laju masuknya oksigen ke jaringan. Bila terjadi
peningkatan otot (saat terbang ) akan terjadi penumpukan asam laktat di
jaringan. Akibatnya tekanan osmosis cairan jaringan meningkat sehingga cairan
di trakeol terserap masuk, sehingga jalan udara lebih leluasa mencapai jaringan
dan difusi oksigen ke jaringan lebih cepat (Goenarso, 2005:117).
Laju metabolisme adalah jumlah total
energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu (Seeley, 2002).
Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan
proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya
oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat
dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + 6O2
→ 6 CO2 + 6H2O +ATP (Tobin, 2005:69).
Laju metabolisme biasanya
diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup
per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan
memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang
dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup
diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang
mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hwan, ukuran
badan dan aktivitas (Tobin, 2005:70).
1V.
Metodologi Penelitian
3.1 Alat dan Bahan
-Alat: 1. Respirometer
2. Beker glass
3. Pipet
4. Pencatat waktu
5. Timbangan analitik
-Bahan: 1. Belalang
2. Cacing Tanah
3.
Cicak
4. KOH
5. Vaselin atau malan
6. Kapasa
7. Eusin
4. 2 Cara Kerja
Menyeimbangkan
respirometer unit
|
Menimbang
hewan percobaan
|
Memasukkan hewan
percobaan kedalam respirometer dan memasukkan pula KOH yang telah dibungkus
dengan kapas
|
Menutup tabung
dengan pipa kapiler yang terdapat pada respirometer, pada posisi horizontal
|
Meletakkan respirometer pada posisi
horizontal
|
Menghitung kecepatan penggunaan
oksigen tiap menit sebanyak sepuluh kali
|
Mengulangi kegiatan diatas untuk
percobaan hewan lainnya
|
Mengamati dan
mengukur gerakan eusin tiap satu menit sampai sepuluh kali
|
Memasukkan eusin ke
dalam ujung pipa kapiler dengan menggunakan pipet sebanyak satu tetes
|
IV.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul respirasi
tentang kecepatan penggunaan oksigen dalam respirasi hewan dilakukan dengan
tujuan yaitu untuk membuktikan bahwa respirasi membutuhkan oksigen serta untuk
menghitung kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi beberapa macam
hewan. Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan tiga macam hewan yaitu
belalang, cacing dan cicak.
Praktikum kali ini dilakukan dengan cara
memasukkan hewan percobaan kedalam respirometer. Akan tetapi, sebelum
dimasukkan kedalam respirometer, hewan percobaan ditimbang dahulu dengan
menggunakan timbangan analitik. Hal ini dilakkukan untuk mengetahui pengaruh
berat badan atau massa tubuh tehadap kecepatan penggunaan oksigen. Setelah
ditimbang hewan dimasukkan kedalam respirometer. Respirometer
adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan beberapa
hewan yang memiliki ukuran relatif kecil. Prinsip kerja respirometer adalah
alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernafasan ada oksigen yang
digunakan oleh organisme serta ada karbondioksida yang dikeluarkan. Jika
organiseme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbondioksida
yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka
penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat
di amati pada pipa kapiler berskala.
Saat hewan percobaan baik belalang,
cacing serta cicak dimasukkan kedalam respirometer, praktikan juga menambhakan
KOH yang yang dibungkus dengan kapas. Dalam percobaan ini KOH berfungsi sebagai
pengikat CO2 agar organisme
cacing, belalang maupun cicak tidak menghirup CO2 yang
dikeluarkan setelah bernapas dan pergerakan larutan eosin benar-benar hanya
disebabkan oleh konsumsi oksigen. KOH dapat mengikat CO2 karena
memiliki rumus reaksi:
KOH + CO2
→ K2CO3 + H2O
Selain itu pada praktikum kali ini
juga menggunakan larutan eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup
oleh organisme pada repirometer sederhana. Larutan eosin selama percobaan
selalu bergerak mendekati botol respirometer sederhana karena organisme dalam
percobaan dalam respirometer dapat menghirup udara O2 melalui pipa
sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna dapat bergerak yang menandakan
kadar oksigen dalam pipa kapiler menyusut akibat digunakan untuk proses
respirasi. Melalui respirometer ini dapat dibuktikan bahwa dalam proses
respirasi membutuhkan oksigen.
Dengan
respirometer laju konsumsi Oksigen bisa diketahui lewat cairan eosin yang
dimasukkan ke dalam pipa respirometer. Karena hewan yang ada dalam tabung
atau botol
respirometer hanya mengkonsumsi Oksigen yang ada dalam pipa, cairan eosin
perlahan-lahan akan maju sesuai dengan pengambilan oksigen yang dilakukan hewan
tersebut sehingga menunjukkan skalanya. Sedangkan hasil respirasi (CO2)
yang dikeluarkan oleh hewan, diikat oleh KOH yang disimpan ditempat yang sama
dengan hewan yang diuji, sehingga dalam botol maupun dalam pipa respirometer
hanya ada oksigen saja. Dan untuk menghindari kebocoran, praktikan
mengolesi dengan malan
pada sambungan sambungan
antara botol dengan pipa respirometer, karena apabila bocor akan sangat
berpengaruh kepada laju konsumsi oksigen dan menyebabkan laju konsumsi yang dihitung itu tidak murni hasil
respirasi hewan yang sedang diuji.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa
pada kelompok 1 dan 2 yang menggunakan hewan percobaan belalang, pada belalang
yang pertama yang memiliki berat 0,8 gr memiliki rata-rata penggunaan oksigen
sebesar 0,16 sedangkan pada belalang yang diamati oleh kelompok 2 memiliki
berat badan sebesar 1,2 gr serta rata-rata
kecepatan penggunaan oksigen sebesar 0,17. Dari hasil pengamatan ini dapat
dilihat adanya perbedaana kecepatan penggunaan oksigen antara kedua belalang
tersebut. Belalang yang diamati oleh kelompk 2 memiliki kecepatan penggunaan
oksigen lebih cepat dari pada belalang yang diamati oleh kelompok 1. Hal in
dapat terjadi dikarenakan, hewan yang memiki massa tubuh yang relatif besar,
maka energi yang dibutuhkan juga relarif besar. Hal ini dikarenakan hewan yang
memiliki maasa yang relatif besar maka lebih banayak sel yang membutuhkan
oksigen dari pada hewan yang memiliki massa relatif kecil. Sehingga untuk
mengimbangi energi yang besar tersebut. Maka hewan yang memiliki berat atau
masaa yang besar maka hewan tersebut
mempecrcepat proses pengambilan oksigennya, sehinga energi yang diproses juga
akan semkin cepat.
Pada kelompok 3 dan 4 yang sama-sama
menggunakan hewan percobaan cacing didapatkan hasil yaitu pada cacing yang
diamati oleh kelompok 3 memiliki berat 2,9 gr dengan kecepatan rata-rata
penggunaan oksigennya 0,06 sedangkan pada kelompk 4 cacing yang diamati memilik
berat sebasar 3, 9 dengan dengan kecepatan penggunaan oksigen senilai 0,09.
Dari hasil pengamatn tesrsebut dapat dimpulkan bahwa hewan yang memiliki massa
yang lebih besar maka kecepatan penggunaan oksigennya juga semakin cepat. Hal
ini dikarenkan semakin besar hewan maka semakin banyak sel yang membutuhkan
energi serta semakin luas penanmpang sel yang melakukan difusi oksigen,
sehingaa semakin cepat serta semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan agar
energi yang dibutuhkan dapat terpenuhi.
Pada kelompok 5 dan 6 yang menggunakan hewan
percobaan cicak didapatkan hasil yaitu pada cicak yang diamati oleh kelompok 5
memiliki berat sebesar 5 gr serta memiliki kecepatan rata-rata penggunaan oksigen
sebesar 0,2 sedangkan pad acicak yang diamati oleh kelompk 6 memiliki berat
sebesar 2,1 gr dengan kecepatan rata-rata penggunaan oksigen sebesar 0,13. Dari
hasil pengamatan ini didapatkan hasil yang sesuai dengan dasar teori yaitu
semakin besar massa tubuh organisme maka semakin cepat proses respirasinya. Hal
ini dikarenakan organisme yang memiliki ukuran serta berat lebih besar,
metabolisme yang dilakukan juga relatif besar sehingga oksigen yang dibutuhkan
juag relatif besar.
Dari hasil praktikum kelompok 1 dan
kelompok 4 serta pada kelompok 2 dan 3,
berat tubuh bukan merupakan salah satu faktor yang mutlak yang menentukan
kecepatan respirasi. Akan tetapi kecepatan respirasi juga sangat dipengaruhi
oleh laju metabolisme tubuh hewan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada hewan
percobaan kelompok 1 yang memiliki berat tubuh 0,8 gr dengan kecepatan
rata-rata penggunaan oksigen sebesar 0,16 dengan hewan percobaan pada kelompok
3 yang memiliki berat sebesar 2,9 gr dengan kecepatan rata-rata penggunaan oksigen
sebesar 0,06. Jika dilihat pada kedua kelompok tersebut hewan percobaan
kelompok 1 yang memiliki berat tubuh yang relatif kecil memiliki kecepatan
penggunaan lebih besar dari pada kelompok 3. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
hewan pada percobaan kelompok 1 memiliki laju metabolisme yang relatif lebih
cepat dari pada hewan percobaan pada kelompok 3. Belalang relatif lebih aktif
dari pada cacing. Hal ini dikarenakan belalang hampir setiap saat mengepakkan
sayapnya untuk terbang serta bertahan dari segala macam predator, sehingga
energi yang dibutuhkan juga relatif besar dibanding cacing yang hanya berada
dalam tanah untuk menguraikan zat-zat ornganik. Sehingga dalam hal ini laju
metabolisme menjadi faktor utama penentu kecepatan penggunan oksigen oleh suatu
organisme. Semakin cepat laju metabolisme suatu hewan maka semakin cepat
penggunaan oksigen oleh suatu hewan tersebut. Jadi setiap spesies hewan
mempunyai laju metabolisme yang berbeda-beda tergantung aktivitas tubuh hewan
tersebut.
Selain faktor berat badan serta laju
metabolisme kecepatan penggunaan oksigen juga dipengaruhi oleh kelarutan
oksigen dalam suatu lingkungan, semakin tinggi kelarutan oksigen maka semakin
lambat respirasi terjadi. Sedangkan semakin rendah kelarutan oksigen dalam
suatu lingkungan maka rspirasi akan semakin cepat. Luas penampng atau permukaan
tubuh untuk difusi juga mempengaruhi kecepata penggunaan oksigen, luas
penampang ini berhubungan dengan berat badan. semakin luas penampang tubuh
untuk difusi maka respirasi semakin cepat dan begitu juga sebaliknya, semakin
sempit luas penampang maka respirasi semakin lambat. Selain yang dijelaskan
diaatas frekuensi resprasi juga dipengaruhi umur, jenis kelamin serta posisi
tubuh, akan tetapi pada parktikum kali ini faktor-faktor tersebut tidak di
praktikumkan.
Aktivitas tubuh hewan berhubungan dengan
laju metabolisme hewan tersebut. Semakin tinggi aktivitas hewan, maka laju
metabolismenya juga akan semakin cepat yang menyebabkan kecepatan penggunaan
oksigen juga semakin cepat Begitu juga sebaliknya, semakin rendah aktivitas
hewan maka laju metabolismenya juga akan semakin lambat yang menyebabkan
kecepatan penggunaan oksigen juga semakin lambat. laju metabolisme merupakan
faktor utama penentu kecepatan penggunaan oksigen oelh suatu hewan.
KESIMPULAN
-
Respirasi membutuhkan oksigen hal ini dapat dibuktikan
dari hasil praktikum yaitu larutan eosin yang berwarna dapat bergerak yang
menandakan kadar oksigen dalam pipa kapiler menyusut akibat digunakan untuk
proses respirasi
-
Semakin besar massa tubuh organisme maka
semakin cepat proses respirasinya. Hal ini dikarenakan organisme yang memiliki
ukuran serta berat lebih besar, metabolisme yang dilakukan juga relatif besar
sehingga oksigen yang dibutuhkan juag relatif besar.
-
Berat tubuh bukan merupakan salah satu
faktor yang mutlak yang menentukan kecepatan respirasi. Akan tetapi kecepatan
respirasi juga sangat dipengaruhi oleh laju metabolisme tubuh hewan tersebut,
semakin cepat laju metabolisme suatu hewan maka semakin cepat penggunaan oksigen
oleh suatu hewan tersebut. Semakin lambat laju metabolisme maka semakin lambat
pula penggunaan oksigen.
-
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan respirasi antara kelarutan oksigen dalam lingkungan, berat organisme,
laju metabolime, luas penampang untuk difusi oksigen, serta afinitas oksigen.
Daftar Pustaka
Campbell, jwrence G. Mitchell Neil A.2004. Biologi.edisi 5 jilid 3. Jakarta,
Erlangga
Campbell,dkk. 2005. Biologi Jilid 3. Jakarta :
Erlangga.
Cartono, 2005. Biologi Umum Untuk Perguruan Tinggi LPTK, Bandung, Prime
press.
Darmadi Goenarso, 2005. Fisiologi Hewan.UT.
Isnaeni, Wiwi. 2006. FisiologiHewan.
Yogyakarta: Kanisius.
Diakses 30 Oktober 2013
Sainsone. 2008. Sistem Respirasi Pada Hewan.(
http://sainsone.files.com/2008/06
/sistem -respirasi-pada-hewan.pdf)
Diakses 30 Oktober 2013
Santoso, 2009. Bahan Ajar Fisiologi Hewan. Padang: Universtas Andalas.
Tobin, A.J. 2005. Asking About Life. Thomson
Brooks/Cole, Canada.
Wiwi . Isnaeni. 2006. Fisiologi
Hewan. Yogyakarta : Kanisius.
Artikel bagus, Pernahkah Anda mendengar LFDS (Le_Meridian Funding Service, Email: lfdsloans@outlook.com --WhatsApp Contact: +1-9893943740--lfdsloans@lemeridianfds.com) adalah ketika layanan pendanaan AS / Inggris mereka memberi saya pinjaman $ 95.000,00 untuk memulai bisnis saya dan saya telah membayar mereka setiap tahun selama dua tahun sekarang dan saya masih memiliki 2 tahun lagi walaupun saya senang bekerja dengan mereka karena mereka adalah Pemberi Pinjaman asli yang dapat memberi Anda segala jenis pinjaman.
BalasHapus